Menuju konten utama
Lebaran Idulfitri 2023

Menghitung Perputaran Uang & Dampak Ekonomi ke Daerah Saat Mudik

Bhima Yudhistira memperkirakan uang beredar di daerah akan mencapai Rp50-67 triliun selama mudik lebaran.

Menghitung Perputaran Uang & Dampak Ekonomi ke Daerah Saat Mudik
Sejumlah kendaraan memasuki pintu Tol Cikampek Utama menuju Palimanan di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (15/4/2023) dini hari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.

tirto.id - Dua hari sebelum keberangkatan atau H-2 jelang mudik lebaran, Nurlaela bersama suaminya terlihat sibuk. Di ruang tamu rumah berukuran 3 x 3 meter persegi itu, ia sedang memetakan uangnya untuk kebutuhan selama di kampung halaman dan kembali ke Bekasi, Jawa Barat.

Sedikitnya ia menyiapkan sekitar Rp6 juta untuk kebutuhan selama mudik. Uang itu sudah termasuk angpau yang akan dibagikan kepada ponakan-ponakan di kampungnya. Juga termasuk biaya ongkos perjalanan menggunakan kendaraan pribadi yakni roda empat.

“Biasanya memang gini harus di pos-posin dulu uangnya biar ketahuan alokasinya ke mana-mana aja," kata dia saat berbincang santai dengan reporter Tirto, Minggu (16/4/2023).

Tumpukan uang Rp20.000 edisi baru dan Rp5.000 edisi lama beserta amplop kecil berkelir merah dan biru terlihat menghias meja tamunya. Uang-uang tersebut yang rencananya akan dibagikan ke saudara-saudara hingga ponakan di kampung halamanya.

Pasangan suami istri itu berbagi tugas. Sang suami menyiapkan uang tunai dengan pecahan Rp25.000 dan Rp40.000 yang kemudian dilipat menjadi tiga bagian. Sementara Nurlaela bertugas memasukan uang-uang tersebut yang sudah dilipat suaminya.

"Yang pecahan Rp25.000 ini buat ponakan yang kecil-kecil, sedangkan Rp40.000 untuk yang sudah agak besar," ujarnya.

Untuk angpau saja, ia menghabiskan sekitar Rp2,5 juta. Terdiri dari pecahan Rp25.000 sebanyak 50 lembar amplop dan Rp40.000 sebanyak 22 amplop. Sementara sisanya sekitar ratusan ribu disimpan untuk keperluan lain.

Jatah angpau selesai, kemudian Nurlaela kembali menghitung sisa kebutuhan lainnya. Ia memasukkan sekitar Rp2 juta untuk ongkos bensin beserta tol. Sedangkan Rp1,5 juta untuk kebutuhan makan dan lainnya selama di kampung halaman.

"Ini cuma estimasi aja, pun kalau misal kurang ada tabungan yang mungkin bisa dipakai untuk kebutuhan lain-lainnya" katanya.

Pasangan baru menikah sekitar tiga tahun ini rencananya akan mudik ke Yogyakarta pada Selasa, 18 April 2023. Ia memilih jam keberangkatan malam sehabis Isya agar tidak terik.

Data Kementerian Perhubungan memperkirakan potensi pergerakan nasional pada mudik Lebaran 2023 sebanyak 123,8 juta orang (45,8 persen) atau meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 31,6 persen (85,5 juta orang).

Sementara khusus untuk Jabodetabek, potensi pergerakan pemudik diperkirakan melonjak mencapai 54,31 persen atau sebanyak 18,3 juta orang. Di mama pada 2022 saat itu hanya sebesar 14,3 juta pemudik.

Peningkatan mudik ini, didorong oleh berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan tidak adanya lagi pembatasan mudik lebaran. Hal ini tentu akan berdampak pada melonjaknya jumlah pemudik tahun ini.

Dongkrak Ekonomi Daerah

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, perayaan hari raya Idulfitri 1444 Hijriyah atau tahun ini memang menjadi momentum masyarakat Indonesia dapat melaksanakan kembali tradisi mudik ke kampung halaman pasca pembatasan kegiatan akibat pandemi COVIS-19. Kondisi ini diyakini akan dapat meningkatkan roda perputaran ekonomi di daerah-daerah.

“Secara ekonomi itu kita harapkan ada dampaknya, yaitu bergeraknya ekonomi di daerah," ujar Wapres Ma'ruf dalam pernyataanya.

Wapres Ma'ruf menyebutkan, keberadaan masyarakat di kampung halaman akan memberikan dampak pada peningkatan perekonomian di daerah. Khususnya melalui aktivitas perbelanjaan.

“Mereka akan berbelanja di daerah, hidup di daerah, ini akan menimbulkan peningkatan ekonomi daerah. Itu saya kira dampaknya," jelasnya.

Dia bahkan optimistis terjadi peningkatan perekonomian daerah yang signifikan. Hal ini karena diperkirakan sejumlah 130 juta jiwa akan melakukan mudik lebaran di tahun ini.

"Sehingga akan terjadi pergerakan dari kota-kota ke daerah. Karena kalau 130 juta bergerak kembali ke daerah, membeli makanan di daerah, belanja di daerah, maka roda ekonomi daerah akan bergerak naik," imbuhnya.

Dia juga menyambut baik antusiasme masyarakat untuk dapat kembali melaksanakan mudik lebaran. Oleh karenanya, dia meminta kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya.

"Tentu masyarakat sangat senang karena sudah dua tahun lebih, hampir tiga tahun tidak bisa mudik. Oleh karena itu, kesempatan ini digunakan mudik,” kata Wapres Ma’ruf.

Perputaran Uang

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan, uang beredar di daerah akan mencapai Rp50-67 triliun selama mudik lebaran. Angka ini didasarkan pada kenaikan mobilitas masyarakat yang mendorong belanja di momen lebaran.

Pembayaran THR tanpa dicicil akan digunakan oleh masyarakat untuk mengirimkan sebagian uang ke sanak saudara di desa. Kondisinya, kata Bhima, akan berbeda dengan puncak pandemi, karena perusahaan sudah mampu bayar THR karyawan secara penuh menjadi katalis naiknya uang beredar.

"Kenaikan uang beredar juga dipicu oleh pertumbuhan kredit perbankan yang cukup positif," kata Bhima kepada reporter Tirto, Senin (17/4/2023).

Bhima memperkirakan daerah yang perputaran uangnya tinggi selama lebaran adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta provinsi di Sumatera Utara, Sumatera Barat hingga Sulawesi Tenggara. Di daerah yang akan dilalui pemudik atau tujuan destinasi wisata seperti Yogyakarta dan Bali pun terjadi kenaikan uang beredar.

"Sedangkan sektor usaha yang tumbuh tinggi adalah sektor jasa transportasi, ritel, makanan minuman, penyediaan rest area, pakaian jadi dan perhotelan," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Sarman Simanjorang mengasumsikan, perputaran uang selama libur Idulfitri akan lebih tinggi yakni mencapai Rp92,3 triliun yang tersebar diseluruh pelosok Tanah Air. Jumlah tersebut dihitung dari jumlah pemudik sebesar 123,8juta orang atau setara dengan 30.752.000 keluarga.

"Jika setiap keluarga membawa uang rata rata Rp3.000.000, maka perputaran uangnya sebesar tersebut di atas, ini dihitung rata-rata paling minimal, masih berpeluang di atas itu," kata Sarman dihubungi terpisah.

Sarman mengatakan perputaran uang tersebut di dominasi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten dan Jabodetabek sebesar 62,5 persen dengan jumlah pemudik sebanyak 77,3 juta orang atau setara 19.325.000 keluarga. Sisanya akan menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Bali/NTB,Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua.

"Dengan potensi perputaran yang cukup besar tersebut dipastikan ekonomi daerah akan produktif dan bergairah dan akan mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.

Dari sisi pemerintah daerah, lanjut Sarman, juga akan mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak hotel, restoran, cafe, retribusi masuk destinasi wisata dan lain-lain selama musim libur Idulfitri ini. Karena itu, diharapkan pemda dapat membantu kelancaran arus mudik dan memastikan para pengusaha di daerah tujuan tidak menaikkan harga yang jorjoran yang membuat para pemudik enggan membelanjakan uangnya.

"Seperti tarif masuk ke lokasi wisata, tarif hotel atau penginapan, harga makanan/minuman dan harga makanan khas daerah atau oleh- oleh, diharapkan tidak mengalami kenaikan yang memberatkan konsumen," katanya

"Pelaku usaha di daerah tujuan mudik harus dapat menciptakan pelayanan yang berkesan dan menyenangkan sehingga para pemudik tidak ragu membelanjakan uangnya selama liburan," lanjut Sarman menambahkan.

Di samping perputaran tersebut, beberapa daerah juga akan mendapatkan perputaran uang tambahan kiriman TKI dari luar negeri atau remitansi yang juga mengalami kenaikan menjelang Idulfitri. Dia memperkirakan terdapat sepuluh provinsi pengirim TKI paling banyak dan akan mendapatkan kiriman remitansi dari para TKI, antara lain: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Bali, Sumut, Banten, Yogyakarta dan DKI Jakarta.

"Sampai dengan 2021, jumlah TKI yang bekerja di luar Negeri mencapai 3,2 juta orang, jika para TKI tersebut mengirimkan uang lebaran kepada keluarganya rata rata Rp5 juta, maka jumlah remintasi diperkirakan mencapai Rp16 triliun," jelasnya.

Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh

Dengan potensi besar tersebut, Bhima Yudhistira memperkirakan, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh 5,5 persen di kuartal ke II 2023.

"Lebaran sumbangan konsumsi rumah tangga akan mendongkrak ekonomi sepanjang tahun. Pertumbuhan kuartal II atau yang bertepatan dengan lebaran diperkirakan tumbuh 5 sampai 5,5 persen yoy," katanya.

Porsi konsumsi rumah tangga pun diperkirskan akan relatif tinggi dikisaran 55-57 persen dari PDB. Kalau dibedah, saat lebaran baik 20 persen kelompok atas hingga 40 persen alami lonjakan preferensi belanja. Tidak sedikit rumah tangga yang siapkan konsumsi 2-3 bulan sebelum lebaran.

“Harapannya momen lebaran ini titik balik ya dari tekanan pandemi dalam tiga tahun terakhir. Banyak UKM di daerah juga tidak sabar menanti efek lebaran, mereka rekrut tenaga kerja lebih banyak dan tentu berharap omzet bisa sama dengan lebaran pra-pandemi," jelasnya

Tinggal bagaimana, lanjut Bhima, tugas pemerintah untuk kendalikan tingkat inflasi. Sehingga konsumsi selama lebaran bisa maksimal, serta menjaga kelancaran arus mudik.

“Selama arus mudik bisa lancar, perputaran uang jadi lebih banyak. Pemda juga bisa dilibatkan untuk membuat beragam event menyambut lebaran, terutama di destinasi wisata," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2023 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz