Menuju konten utama

Mengenal Tradisi Tabot dalam Menyambut Tahun Baru Islam di Bengkulu

Apa itu upacara Tabot atau tradisi Tabot yang dilaksanakan di bulan Muharram? Berikut penjelasan selengkapnya.

Mengenal Tradisi Tabot dalam Menyambut Tahun Baru Islam di Bengkulu
Ilustrasi tradisi Tabot di Bengkulu dalam menyambut Tahun Baru Islam. ANTARA FOTO/David Muaharmansyah

tirto.id - Masyarakat Bengkulu memiliki tradisi yang dikenal dengan nama upacara Tabot. Tabot berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul akan mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka.

Saat ini, Tabot yang digunakan dalam upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni.

Apa Itu Upacara Tabot atau Tradisi Tabot?

Endang Rochmiatun dalam tulisannya berjudul Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi mengatakan beberapa literatur menuliskan bahwa upacara Tabot merupakan acara mengenang gugurnya Imam Husein Bin Ali Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW ketika ditawan oleh tentara Yazid Bin Muawiyah di Padang Karbala, Irak.

Secara historis, tradisi Tabot erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam, khususnya Islam Syi'ah di Bengkulu.

Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja Islam Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719).

Tradisi Tabot ini terdiri dari sembilan rangkaian acara. Pertama mulai dari menggambik tanah (mengambil tanah) tanah yang diambil harus mengandung unsur-unsur magis oleh karena itu harus diambil dari tempat keramat.

Kedua, Duduk Penja (mencuci jari-jari) Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya. Karenanya penja ini disebut juga dengan jari-jari.

Ketiga, Meradai (mengumpulkan dana) yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10—12 tahun). Acara Meradai diadakan pada tanggal 6 Muharam.

Keempat, Menjara (mengandun) artinya berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji/bertanding dol, sejenis beduk yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya serta ditutupi dengan kulit lembu.

Tahap kelima adalah Arak Penja, yang mana penja diletakkan di dalam Tabot dan diarak di jalan-jalan utama Kota Bengkulu.

Tahap keenam merupakan acara mengarak penja yang ditambah dengan serban (sorban) putih dan diletakkan pada Tabot kecil.

Tahap ketujuh adalah Gam (tenang/berkabung), merupakan tahapan dalam upacara Tabot yang wajib ditaati. Tahap Gam merupakan saat di mana tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan apapun.

Tahap kedelapan dilakukan pada tanggal 9 Muharam juga yang disebut dengan Arak Gendang. Tahap ini dimulai dengan pelepasan Tabot Besanding di gerga masing-masing.

Tahap terakhir dari keseluruhan rangkaian upacara Tabot disebut dengan Tabot Tebuang yang diadakan pada tanggal 10 Muharam.

Amalan di Bulan Muharram

Amalan sunah yang dimaksud ialah puasa. Kesunahan puasa di bulan Muharam didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah: "Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharam,” (HR Ibnu Majah).

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut. “Puasa yang paling utama setelah Ramadan ialah puasa di bulan Allah, Muharam.”

Puasa Asyura atau puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharam jatuh pada Kamis (20/9/2018) minggu depan. Amalan ini menjadi lebih sempurna ketika dilakukan pada 8, 9, dan 10 Muharam.

Hadits yang menjadi dasar ibadah puasa sunnah tersebut diriwayatkan oleh Abu Qatadah ra, Rasulullah bersabda, “Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Abbas ra juga berkata “Aku tidak pernah melihat Rasulullah, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Amalan lainnya adalah muhasabah atau introspeksi diri. Hal ini penting dilakukan oleh setiap muslim.

Rasulullah bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal saleh sebagai persiapan menghadapi kematian".

Pergantian tahun tentu bukan hanya sekedar menjadi pergantian kalender saja, namun juga dapat menjadi peringatan bagi umat islam mengenai amalan apa yang sudah dilakukan pada tahun lalu, dan apa yang akan dilakukan besok.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan untuk mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan di masa lalu agar amalan yang dilakukan di masa depan semakin meningkat, sebagai bekal di hari akhir.

Di samping amalan-amalan yang dapat dilakukan pada bulan Muharam, ada beberapa keutamaan bulan Muharam.

Para ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu dengan lafaz jalalah (lafaz Allah) memiliki makna pemuliaan.

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; DzulQo’dah, Zulhijah, Muharam dan Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada keempat bulan inilah Allah melarang kaum muslimin untuk berperang dan juga melakukan maksiat dan dosa, walaupun bukan berarti berbuat maksiat dibolehkan pada bulan-bulan lainnya. Namun memang lebih ditekankan untuk menghindari maksiat pada bulan ini.

Kemudian keutamaan lain pada bulan ini adalah mengenang hijrah Rasulullah saw. Bulan Muharam juga memperingati hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal.

Sesampainya di Madinah, Rasulullah dan pengikutnya memulai babak baru perjuangan islam. Perjuangan demi perjuangan mulai dilakukan Rasululllah untuk menyampaikan wahyu Allah dan mendidik manusia yang beradab.

Baca juga artikel terkait TAHUN BARU ISLAM atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Yulaika Ramadhani