tirto.id - Graeme Whiting merupakan contoh kecil dari jutaan pengalaman buruk penderita disleksia. Ia kesulitan membaca sebuah buku sehingga kerap dianggap malas dan bodoh oleh teman-temannya.
Menurut laporan Austin Learning Solutions, hampir 40 juta orang dewasa di Amerika telah menderita disleksia. Parahnya, dari sekian banyak itu, hanya 2 juta yang benar-benar mengetahui.
Sementara menurut Asosiasi Disleksia Indonesia, 10 hingga 15 persen anak sekolah di seluruh dunia juga menyandang disleksia. Dari 50 juta anak sekolah di Indonesia, 5 juta di antaranya mengidap gangguan itu.
Disleksia bisa diderita siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Gejalanya juga bisa berbeda, oleh karena itu, kenali apa itu disleksia, penyebab, gejala dan cara menyembuhkannya.
Apa Sebenarnya Disleksia?
Dilansir dari Web MD, Disleksia merupakan gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca, mengeja, menulis, dan berbicara.
Anak-anak dengan disleksia kesulitan menyambungkan huruf-huruf yang mereka lihat dengan suara yang didengarkan untuk menjadi sebuah kalimat.
Disleksia sering teridentifikasi pada masa kecil, tapi disleksia bisa juga tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun.
Disleksia tidak ada kaitannya dengan kecerdasan seseorang, karena gangguan ini merupakan gangguan neurobiologis yang mempengaruhi bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan bahasa.
Jenis-Jenis Disleksia
Dilansir dari Healthline, terdapat tiga jenis disleksia utama, dan ketiganya memiliki tingkatan yang berbeda. Ketiga jenis disleksia tersebut adalah sebagai berikut:
· Dysnemkinesia
Tipe ini melibatkan keterampilan motorik. Hal ini menyebabkan kesulitan menulis saat membuat surat. Orang dengan tipe ini biasanya menulis surat dengan terbalik.
· Dysphonesia
Tipe ini melibatkan keterampilan mendengarkan atau pendengaran. Hal ini menyebabkan kesulitan dengan mengucapkan kata-kata atau memahami kata-kata asing.
· Dyseidesia
Tipe ini melibatkan keterampilan visual. Hal ini menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan untuk mengetahui atau memahami kata-kata tertulis. Ini juga menyebabkan kesulitan mengetahui kata-kata dengan suara.
Penyebab Disleksia
Kembali dilansir dari Web MD, penyebab disleksia yang paling utama adalah pengaruh genetis. Itulah sebabnya kenapa hal ini bisa terjadi dalam satu keluarga yang mempunyai riwayat yang sama.
Selain itu, kondisi ini juga berasal dari perbedaan bagian otak yang memproses bahasa. Di mana otak seseorang yang mengidap disleksia menunjukkan bahwa area otak yang seharusnya aktif ketika membaca tidak berfungsi dengan baik.
Untuk anak-anak yang mengalami disleksia, otak memiliki waktu yang sulit untuk menghubungkan huruf ke suara yang mereka buat, dan kemudian memadukan suara-suara itu menjadi kata-kata.
Jadi bagi seseorang dengan disleksia, kata "kucing" mungkin dibaca sebagai "tac”, karena bagi mereka hurufnya bercampur-baur, sehingga membaca bisa menjadi proses yang lambat dan sulit bagi mereka.
Gejala Disleksia
Gejala disleksia bisa berbeda-beda untuk usia tertentu. Seperti gjala untuk anak-anak dan orang dewasa juga berbeda.
Gejala disleksia pada orang dewasa, seperti dilansir dari Healthline, ialah:
· Bacaan
· Sulit menyelesaikan masalah matematika
· Sulit menghapal
· Manajemen waktu
Orang dewasa dengan disleksia juga tidak dapat membuat ringkasan cerita yang mereka dengar atau baca. Selain gejala-gejala ini, masalah lain yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, adalah:
· Mengalami kesulitan fokus pada satu tugas
· Menghindari pertemuan yang berhubungan dengan perencanaan
· Menjadi kewalahan jika diminta untuk mengisi formulir yang panjang
· Bereaksi berlebihan terhadap kesalahan
· Memberlakukan aturan ketat pada diri sendiri
· Belajar lebih baik secara visual atau melalui pengalaman langsung
· Mudah terkena stres
· Memiliki harga diri yang rendah
Sedangkan gejala untuk anak-anak seperti dilansir dari Web MD dengan judul berbeda, khsususnya anak dengan umur prasekolah, gejalanya adalah sebagai berikut:
· Kesulitan dalam memproses bahasa.
· Anak-anak prasekolah yang memiliki gangguan belajar ini tertinggal di belakang rekan-rekan mereka dalam keterampilan berbahasa.
· Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara dan menulis.
Anak-anak prasekolah dengan disleksia mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti ini:
· Mereka merasa sulit untuk belajar atau mengingat huruf-huruf alfabet.
· Mereka salah mengucapkan kata-kata akrab.
· Mereka kesulitan mengenali huruf. Misalnya, mereka keliru "t" untuk "d."
· Mereka tidak mengenali pola rima.
Cara Merawat Disleksia
Meskipun gangguan ini sulit dideteksi, disleksia bisa disembuhkan melalui beberapa cara, salah satunya dengan menjalani program Dyslexia Dyspraxia and Attention Treatment (DDAT) yang ditemukan oleh pengusaha Wynford Dore.
Selain itu, terdapat rencana-rencana dalam proses perawatan untuk orang yang terkena disleksia, seperti:
· Pelatihan atau bimbingan untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca
· Terapi okupasi untuk membantu Anda belajar cara mengatasi dan mengelola masalah
· Cari metode belajar dan mengingat
· Pelatihan tambahan dalam mata pelajaran atau tugas yang membuat kita tidak nyaman
Teknologi juga dapat menjadi bagian penting dalam mengelola disleksia, terutama untuk orang dewasa yang bekerja. Beberapa hal yang dapat membantu termasuk:
· Merekam rapat atau percakapan penting untuk didengarkan lagi nanti jika melewatkan informasi penting
· Menggunakan aplikasi dan perangkat ucapan ke teks sehingga tidak perlu menulis atau mengetik semuanya
· Menggunakan aplikasi organisasi atau alat elektronik yang dapat membantu kita meminimalkan gangguan.