tirto.id - Tata surya kita menjadi tempat tinggal bagi banyak benda langit, termasuk batu meteor. Meteor atau meteorit adalah benda langit berupa debu, pasir, atau batuan kecil.
Melansir Rumah Belajar, meteor disebut sebagai meteorit ketika berada di luar angkasa. Lalu, ketika masuk ke Bumi dan bergesekan dengan atmosfer barulah disebut sebagai meteor.
Di angkasa, jumlah meteorit sangat banyak dan terus bergerak hingga ditarik oleh gravitasi planet. Data dari NASA menyebutkan bahwa ada sekitar 48,5 ton material meteorit yang jatuh ke Bumi setiap harinya.
Ketika menyentuh atmosfer, meteor akan terbakar dan memunculkan lintasan cahaya yang indah. Lintasan cahaya akibat terbakarnya meteor mirip seperti cahaya bintang jika dilihat dari Bumi. Inilah yang menjadi alasan mengapa meteor sering disebut sebagai bintang beralih atau bintang jatuh.
Karena ukurannya yang kecil, maka proses pembakaran meteor tidak berlangsung lama. Peristiwa terbakarnya meteor atau bintang jatuh biasanya hanya dapat dilihat dalam waktu yang sangat singkat.
Namun, ada peristiwa khusus dimana proses terbakarnya meteor bisa dilihat berkali-kali dalam jumlah yang banyak. Peristiwa itu disebut sebagai hujan meteor.
Peristiwa hujan meteor bisa terjadi secara periodik. Misalnya, hujan meteor Orionid yang terjadi pada Oktober atau hujan meteor Perseid yang terjadi setiap 12 Agustus.
Perbedaan Jenis-jenis Batu Meteor
Dikutip dari Rumah Belajar ilmuwan mencatat tiga jenis batu meteor yang ada di angkasa. Ketiga jenis batu meteor itu dibedakan berdasarkan kandungan logamnya. Adapun perbedaan antara ketiga jenis batu meteor antara lain:
- Meteor batu: meteor yang banyak mengandung kalsium dan magnesium
- Meteor besi-nikel: meteor yang mengandung besi 90 persen dan nikel 80 persen
- Meteor toktit: meteor yang mengandung asam klesel 80 persen
Perbedaan Meteorit dan Asteroid
Baik meteorit dan asteroid merupakan objek kosmis berupa batuan yang ada di tata surya. Namun, keduanya memiliki ukuran yang berbeda.
Asteroid adalah batuan yang memiliki ukuran lebih kecil dari planet namun lebih besar dari meteorit. Asteroid terbentuk dari objek yang tersisa saat pembentukan tata surya. Menurut Rumah Belajar, asteroid juga sering disebut sebagai bintang kerdil yang memiliki diameter kurang lebih 240 kilometer.
Sebagian besar asteroid yang ada di tata surya ditemukan pada sabuk asteroid utama. Sabuk asteroid tersebut berlokasi di antara planet Mars dan Jupiter. Selain mengorbit di sabuk utama, asteroid juga mengorbit Matahari.
Sementara itu, meteorit adalah batuan atau pasir berukuran lebih kecil dari asteroid. NASA menyebutkan meteorit bisa tercipta dari sisa potongan kecil asteroid atau komet yang hancur.
Ketika sedang melakukan orbit, asteroid bisa bertabrakan satu sama lain. Pecahan-pecahan dari asteroid itulah yang kemudian disebut sebagai meteorit.
Editor: Yantina Debora