tirto.id - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan duduk perkara ucapannya mengenai memilih 'Amin berarti bidah' dan tak ada substansinya. Dia menjelaskan konteks 'Amin' yang dia singgung adalah Kepala Balitbang Diklat Kemenag Prof Amin Suyitno berpidato di Pembukaan Orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Surabaya, Rabu (13/9/2023)
Yaqut membantah bahwa dia menyindir pasangan bakal capres dan cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau disingkat dengan Amin.
"Santai saja menghadapi Pemilu ini kita riang gembira. Kita hadapi perbedaan yang memang sudah jadi kodrat kita. Takdir kita ini semua kan berbeda-beda," kata Yaqut dalam konferensi pers di Kantor KPU RI pada Jumat (15/9/2023).
Dirinya juga membantah bahwa istilah bidah yang diucapkannya memiliki konotasi buruk. Menurutnya, bid'ah berarti sesuatu kebaruan dan dia menyebut hal itu sebagai positif.
"Sebenarnya secara istilah itu netral, bahkan kalau mau cari blessing itu positif loh. Jadi ini orang kemudian mempersempit seolah bid'ah itu sesuatu yang jelek, bidah itu artinya kreatif, novelty kebaruan," jelasnya.
Menurutnya, kalimat 'Amin berarti bidah' yang diucapkan menjadi pro dan kontra karena ada banyak pihak yang tak memahami bahwa hal itu hanya guyonan. Selain itu ada pihak lain yang menimpanya dengan permasalahan keagamaan.
"Itu memang guyonan dan itu tadi bid'ah adalah kata yang netral kemudian orang banyak menimpanya dengan istilah keagamaan. Apa pesan moralnya? Santai saja menghadapi Pemilu ini," ungkapnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Reja Hidayat