Menuju konten utama

Megathrust di Selatan Jawa, Pakar: Kaji Ulang Kelaikan Bangunan

Pemerintah diminta memetakan semua bangunan fasilitas publik di zona Megathrust Selatan Jawa, untuk mengecek kelaikan sebagai antisipasi potensi gempabumi.

Megathrust di Selatan Jawa, Pakar: Kaji Ulang Kelaikan Bangunan
Zona Megathrust di Indonesia. (FOTO/Dok. BNPB)

tirto.id - Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menyatakan, pemerintah perlu melakukan kegiatan untuk memetakan semua bangunan fasilitas publik di zona Megathrust Selatan Jawa, untuk mengecek kelaikan yang sesuai dengan potensi ancaman gempabumi di wilayah tersebut.

Hal ini Eko sampaikan merespons kejadian gempa tektonik M6,0 di wilayah Selatan Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis (8/6/2023), pukul 00.04.55 WIB dini hari.

“Bencana itu urusan semua orang. Demikian pula bencana terkait gempabumi. Terkait atau tidak dengan dinamika Megathrust atau tidak, semua harus bersiap diri,” ucap Eko dihubungi reporter Tirto, Kamis (8/6/2023).

Kejadian gempabumi semalam, kata Eko, dilihat dari posisinya pada episentrum jarak 128 km di Selatan Jawa dan kedalaman hiposentrum pada kedalaman 48 km, memang merupakan salah satu dinamika dari subduksi lempeng Selatan Jawa.

“Meski kuat dirasakan, gempa tersebut tidak mengaktifasi dan produk dari Sesar Grindulu di Pacitan dan Sesar Opak di Yogyakarta,” ujar Eko.

Eko menjelaskan, Megathrust Selatan Jawa secara sederhana adalah tekanan sangat besar (mega) di Selatan Jawa. Tekanan besar ini terjadi akibat di lokasi tersebut terdapat penyusupan/subduksi lempeng samudera Indo-Australia ke bawah lempeng benua Euro-Asia.

Gerakan lempeng Indo-Australia ini bergerak dengan kecepatan mencapai 7 mm/tahun dan akan terakumulasi menjadi energi besar yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan (sebagian atau seluruhnya) dalam bentuk gempa-gempa dengan berbagai skala.

Eko berpesan agar warga di daerah Selatan Jawa perlu menyimak kembali kualitas bangunan tempat tinggalnya.

“Apakah mempunyai kekuatan yang memadai? Bila belum, maka penguatan perlu dilakukan. Tidak harus semua ruang, tetapi ruang penting yang memang diperuntukkan bagi perlindungan,” ujar Eko.

Bagi masyarakat kawasan pantai, kata Eko, kesiapan juga perlu dilakukan atas potensi tsunami yang sewaktu-waktu dapat muncul akibat gempabumi besar di zona Megathrust.

“Rasanya, sosialisasi peta-peta skenario guncangan gempabumi dan rendaman tsunami perlu lebih diperluas. Tentu harus diikuti dengan praktik respons terhadap potensi risiko tersebut,” sambung Eko.

Di sisi lain, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa di Selatan Jawa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.

“Gempa M 5,8 di selatan DIY-Jawa Timur dengan mekanisme naik (thrusting),” kata Daryono dalam keterangannya, Kamis (8/6/2023).

“Ini menjadi ciri aktivitas gempa interplate di zona megathrust Selatan Jawa,” sambungnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA YOGYAKARTA atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri