tirto.id - Bekerja sama dengan Pemerintah Swiss, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian dalam penanganan masalah singkong atau ubi kayu pascapanen.
"Singkong merupakan sumber makanan dan sumber bahan baku industri bahkan energi potensial yang kita miliki, persoalan yang dihadapi adalah singkong mudah membusuk sehingga risiko kehilangan pascapanen cukup tinggi," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Enny Sudarmonowati di sela diskusi tentang singkong di Cibinong Science Center Kabupaten Bogor Jawa Barat, Kamis (21/7/2016).
Ia mengatakan Pemerintah Swiss melalui ETH Zurich yakni perguruan tinggi berbasis teknologi ternama di Swiss tertarik untuk bekerja sama melakukan penelitian dalam rangka mengatasi masalah pascapanen singkong di Indonesia.
“Melalui kerja sama ini, Swiss menawarkan bioteknologi yang dapat memutus percepatan pembusukan singkong sehingga memiliki daya tahan lebih lama dari biasanya,” ungkap Enny.
Tingkat produksi singkong saat ini memang terus meningkat. Indonesia menrupakan urutan terbesar ketiga di dunia penghasil singkong setelah Nigeria dan Thailand.
"Data statistik FAO 2013 Indonesia diperkirakan berpotensi lebih besar dari Thailand menjadi produsen singkong," katanya.
Ia menyebutkan tingginya kerusakan singkong pascapanen merupakan akibat dari rendahnya daya tahan akar terhadap kerusakan setelah tanaman dicabut dari tanah.
Kerusakan fisiologi atau Post-harvest Physiological Deterioration (PPD) terjadi di Nigeria sebagai produsen singkong terbesar dunia. Sebanyak 40 persen singkong pascapanen Nigeria telah hilang akibat pembusukan PPD.
"LIPI dan ETH Zurich bekerja sama mendeteksi PPD pada singkong, yang tujuannya untuk menemukan solusi menghambat PPD pada singkong pascapanen," katanya.
Duta Besar Switzerland untuk Indonesia Yvonne Baumann mengatakan Indonesia negara produsen singkong besar di dunia. Pihaknya tertarik untuk bekerja sama agar permasalahan singkong pascapanen dapat diatasi.
"Swiss berperan mendorong ketahanan pangan dunia [dan] mewujudkan target SDGs. Kami tertarik membantu pengembangan singkong dapat mengatasi masalah kelaparan di dunia," katanya.
Ia mengatakan banyak negara-negara miskin seperti Afrika mengalami kelaparan. Mereka termasuk negara yang mengkonsumsi singkong.
"Dengan mendorong perkembangan produksi singkong, serta teknologi pascapanen, kita dapat mewujudkan ketahanan pangan dunia," katanya.
Yvonne menambahkan kerja sama penelitian dengan Indonesia diharapkan dapat dikembangkan dan hasil penelitian dapat disebarluaskan ke negara luas sehingga ketahanan pangan dunia dapat terwujud.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari