Menuju konten utama

Lia Eden Meninggal karena Stroke dan Jenazahnya Telah Dikremasi

Lia Eden meninggal dunia karena stroke pada Jumat (9/4/2021). Jenazahnya sudah dikremasi dan abunya dibuang ke laut.

Lia Eden Meninggal karena Stroke dan Jenazahnya Telah Dikremasi
Lia Eden. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

tirto.id - Lia Eden alias Lia Aminuddin meninggal dunia karena stroke pada Jumat (9/4/2021). Pada Oktober 2020, Lia Eden juga pernah mengalami stroke ringan.

Kabar penyebab meninggalnya Lia Eden diketahui dari keterangan tertulis yang diterima oleh Tirto. Informasi inipun dibenarkan oleh anggota komunitas Lia Eden, Jamaah Salamullah kepada reporter Tirto. Namun, mereka tidak ingin dicantumkan namanya sebagai sumber resmi.

"Menurut dokter pribadi beliau di Rumah Sakit St. Carolus, dimungkinkan wafatnya disebabkan karena terserang stroke kembali, karena sebelumnya beliau pernah terserang stroke ringan pada akhir Oktober 2020," demikian keterangan resmi yang diterima Tirto, Selasa (13/3/2021).

Berdasarkan keterangannya, dia menjelaskan kronologi meninggalnya perempuan yang sejak 1995 meyakini terus menerima bimbingan malaikat Jibril. Pada Kamis sore, 8 April 2021, Lia Eden bersama pengikutnya berkumpul dan bekerja bersama Lia Eden untuk merapikan dan membersihkan taman di depan rumah.

Malam harinya sampai pukul 21.30 WIB, beberapa jemaah berada di kamar Lia dan pada saat meninggalkannya, Lia masih dalam keadaan sehat. Namun, pada Jumat (9/4/2021) pukul 5.30 WIB, Lia Eden sudah tak sadarkan diri di pembaringannya.

"Kakinya sudah dingin dan denyut nadi tangannya sudah tak teraba, tapi bagian ubun-ubun di kepala masih terasa," ucapnya.

Lantas, mereka segera memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit dan diperiksa, petugas ambulans DKI menyatakan bahwa Lia Eden telah meninggal dunia.

Karena tidak diperbolehkan mengenakan ambulans oleh petugas, akhirnya mereka membawa sendiri jenazah Lia ke Rumah Sakit St. Carolus dan menuju ruang IGD. Jenazah langsung dibawa ke dokter jaga. Pihak rumah sakit pun mengeluarkan Sertifikat Medis Penyebab Kematian (SMPK) pada tanggal 09 April 2021 pukul 07:45 WIB.

Mereka mengaku pernah mendapatkan pesan dari Lia Eden, apabila pimpinannya itu meninggal dunia, jenazahnya ingin dikremasi dan abunya ditabur ke laut agar menyatu dengan semesta, sehingga tak ada jejak fisik yang ditinggalkan. Hal ini untuk menghindari pengkultusan di kemudian hari, termasuk mengeramatkan kuburannya.

Akhirnya, dari rumah sakit mereka langsung membawa jenazah Lia ke Rumah Duka Grand Heaven, Pluit, dan disemayamkan sampai waktunya dikremasi pada hari Senin, 12 April 2021 pukul 10:10 WIB.

"Setelah itu, kami menabur abunya ke laut lepas," tuturnya.

Lia Edenn, kata mereka, telah menyelesaikan Kitab Suci Surga, buku Teologi untuk Pancasila sebanyak 5 jilid, buku Teori Segalanya, dan beberapa tulisan yang lainnya. "Itulah warisan yang paling berharga yang ditinggalkan. Kewajiban kami adalah merawat, menjaga dan melaksanakan ajarannya," terangnya.

Setelah meninggalnya Lia, kata mereka, maka Pewahyuan Tuhan di Eden usai. Saat ini tak ada di antara anggota Komunitas Eden yang menerima otoritas pewahyuan.

"Kami percaya bahwa Paduka Maharaja Ruhul Kudus dan Paduka Maharatu Lia Eden senantiasa menyertai dan memandu jalan kami untuk mewujudkan Surga Eden yang penuh damai di Bumi ini untuk semua umat dan kepercayaan apa pun yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa," terangnya.

Lia Eden pernah menggegerkan Indonesia saat kemunculannya pada 2005 yang mengaku mendapatkan wahyu. Dia mengaku memperoleh wahyu dari Jibril dan mendapatkan sejumlah pengikut lewat Takhta Suci Kerajaan Tuhan.

Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai ajaran Lia Eden sebagai ajaran sesat. Dia juga ditangkap atas tuduhan penodaan agama. Yang terakhir dia pernah dihukum selama 2,5 tahun penjara dan bebas pada 15 April 2011.

Saat bebas, Lia Eden mengaku tidak kapok dipenjara. Lia menyatakan akan terus menyiarkan keyakinannya dengan mendamaikan semua agama.

Baca juga artikel terkait LIA EDEN atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz