Menuju konten utama

Kronologi Singapore Airlines Turbulensi & Mendarat Darurat

Berikut kronologi Singapore Airlines mengalami turbulensi dan mendarat darurat di Bangkok, Selasa (21/5/2024). Apakah ada korban WNI?

Kronologi Singapore Airlines Turbulensi & Mendarat Darurat
Sebuah pesawat Singapore Airlines yang membawa penumpang gelombang pertama mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) di bawah program Malaysia-Singapore Vaccinated Travel Lane (VTL), di Sepang, Malaysia, Senin (29/11/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Lai Seng Sin/HP/sa.

tirto.id - Pesawat Singapore Airlines mengalami turbulensi dan mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, pada Selasa (21/5/2024). Insiden pesawat SQ321 itu terjadi dalam penerbangan dari Bandara Heathrow London menuju Singapura membawa 211 penumpang dan 18 awak.

Dilansir dari The New York Times, insiden tersebut terjadi di atas Cekungan Irrawaddy di Myanmar pada ketinggian 37.000 kaki. Penyebab turbulensi yang dialami pesawat Boeing 777-300ER yang dioperasikan oleh Singapore Airlines masih belum diketahui secara jelas.

Data satelit menunjukkan bahwa pada saat kejadian, atmosfer di wilayah tersebut tidak stabil dengan badai yang sedang berkembang di atas Myanmar. Para ahli menduga bahwa perubahan iklim mungkin berperan dalam meningkatnya kejadian turbulensi di udara.

Insiden Singapore Airlines menjadi pembicaraan hangat di media sosial, termasuk di X (dulu Twitter). Warganet juga mencari tahu apakah ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden ini.

Pasalnya, kejadian ini mengakibatkan satu penumpang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami cedera. Enam di antara para korban juga dikonfirmasi terluka parah dan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Kronologi Singapore Airlines Turbulensi dan Mendarat Darurat

Senin malam (20/5), penerbangan SQ321 Singapore Airlines lepas landas dari Bandara Heathrow, London pada pukul 22.38 waktu setempat. Pesawat Boeing 777-300ER ini membawa 211 penumpang dan 18 awak, dengan tujuan akhir Bandara Changi, Singapura.

Masih dilansir dari The New York Times, rata-rata waktu penerbangan untuk rute ini biasanya memakan waktu sekitar 13 jam. Namun, sekitar 10 jam setelah lepas landas, pesawat mengalami turbulensi ekstrem secara tiba-tiba saat berada di atas Cekungan Irrawaddy di Myanmar pada ketinggian 37.000 kaki.

Menurut data dari FlightRadar24, pesawat turun dari ketinggian tersebut ke sekitar 31.000 kaki dalam beberapa menit saja. Pilot pun segera menyatakan keadaan darurat medis dan memutuskan untuk mengalihkan penerbangan ke Bangkok, Thailand.

Dikutip dari Sky News, seorang penumpang asal Inggris, Andrew Davies, mengatakan saat terjadi turbulensi tanda sabuk pengaman telah menyala. Sayangnya, beberapa awak kabin tidak memiliki waktu untuk duduk di tempat mereka.

“Semua awak kabin yang saya lihat terluka, kemungkinan besar mengalami cedera di bagian kepala,” ujar Davies.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa salah satu dari awak kabin mengalami cedera punggung dan terlihat sangat kesakitan. Kesaksian lain disampaikan oleh seorang mahasiswa, Dzafran Azmir (28 tahun) juga mengungkapkan kejadian di dalam pesawat saat turbulensi terjadi.

“Beberapa orang terbentur kepalanya ke kabin bagasi di atas kepala dan penyok. Mereka terbentur di area lampu dan pelindung wajah sehingga langsung pecah,” ujarnya pada ABC News.

Kittipong Kittikachorn, manajer umum Bandara Suvarnabhumi, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa penurunan tiba-tiba terjadi ketika para penumpang sedang disuguhkan makanan.

Adapun pesawat mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, pada pukul 15:45 waktu setempat pada hari Selasa (21/5/2024). Setibanya di sana, petugas medis segera melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap para penumpang dan awak yang terluka.

Jumlah Korban Insiden Singapore Airlines

Masih merujuk The New York Times, pihak Rumah Sakit Samitivej Srinakarin melaporkan bahwa 71 orang terluka dalam insiden turbulensi Singapore Airlines. Di antara para korban terdapat enam orang yang mengalami cedera serius.

Insiden ini juga mengakibatkan seorang pria berusia 73 tahun dari Inggris meninggal dunia di atas pesawat, sementara istrinya terluka dan dilarikan ke rumah sakit. Direktur Bandara Suvarnabhumi, Kittipong Kittikachorn, menggambarkan situasi di dalam pesawat sebagai "kacau" setelah mendarat.

Para korban berasal dari berbagai negara seperti Inggris, Malaysia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Irlandia, dan Spanyol. Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam turbulensi parah pesawat Singapore Airlines.

“KBRI Bangkok telah berkoordinasi dengan otoritas setempat, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden turbulensi yang dialami pesawat Singapore Airlines,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkat yang dikirim pada Selasa (21/5/2024) malam, seperti dikutip dari Antara News.

Meskipun masih terguncang oleh kejadian yang mengejutkan itu, sebanyak 100 penumpang yang tidak terluka dijadwalkan melanjutkan perjalanan mereka ke Singapura pada hari yang sama.

Singapore Airlines menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan meminta maaf atas pengalaman traumatis yang dialami oleh semua penumpang dan awak pesawat.

Kementerian Transportasi Singapura dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat telah mengirim tim penyelidik untuk membantu dalam investigasi insiden tersebut. Pemerintah Thailand juga siap memberikan bantuan yang diperlukan bagi para korban.

Baca juga artikel terkait PESAWAT atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Yonada Nancy