Menuju konten utama

Kritik SBY dan Friksi Gerindra vs Demokrat yang Terus Diumbar

SBY menyarankan Prabowo-Sandi menjadi “superstar” dan memiliki narasi dan gaya kampanye yang tepat untuk menarik dukungan publik.

Kritik SBY dan Friksi Gerindra vs Demokrat yang Terus Diumbar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono didampingi putranya Agus Harimurti Yudhoyono menerima kunjungan bakal calon Presiden Prabowo Subianto di kediamannya di Kuningan, Jakarta, Rabu (12/9/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) buka suara terkait kritik Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang menyebut SBY berjanji mengampanyekan pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga, tapi belum dilaksanakan. Menurutnya, daripada menyalahkan pihak lain, lebih baik Gerindra mawas diri.

“Sebenarnya saya tak harus tanggapi pernyataan Sekjen Gerindra. Namun, karena nadanya tak baik & terus digoreng terpaksa saya respons *SBY*,” kata Presiden ke-6 RI itu melalui akun Twitternya @SBYudhoyono, Kamis malam (15/11/2018).

SBY menilai, mengeluarkan pernyataan politik yang sembrono hanya akan merugikan, termasuk bagi capres-cawapres nomor urut 02 yang diusung juga diusung Demokrat.

“Saya pernah 2 kali jadi Calon Presiden. Saya tak pernah menyalahkan & memaksa ketum partai-partai pendukung untuk kampanyekan saya *SBY*,” demikian Twit SBY.

Menurut SBY, dalam pilpres yang paling menentukan adalah calonnya. Karena itu, SBY menyarankan, seharusnya capres dan cawapres menjadi “superstar” dan miliki narasi dan gaya kampanye yang tepat untuk menarik dukungan publik.

“Saat ini rakyat ingin dengar dari capres apa solusi, kebijakan & program yang akan dijalankan untuk Indonesia 5 tahun ke depan *SBY*,” kata SBY menambahkan.

Pernyataan SBY ini sebagai respons balik atas kritik Muzani yang yang menagih janji SBY dan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY untuk mengampanyekan pasangan calon nomor urut 02 itu. Sebab, kata Muzani, janji itu belum ditepati.

“Pak SBY juga berjanji akan melakukan kampanye untuk Prabowo dan Sandi, walaupun sampai sekarang belum terjadi,” kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/11) lalu.

Sedangkan AHY, kata Muzani, selalu menomorduakan agenda kampanye Prabowo-Sandi dibandingkan agenda pribadi atau partainya. “Sudah beberapa kali janjian [kampanye bersama], tapi kemudian belum pas [waktunya]. Pada waktu yang ditentukan, kemudian ternyata AHY ada jadwal lain,” kata dia.

Respons BPN dan Dalih Demokrat

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mardani Ali Sera menyambut positif kritik SBY. Politikus PKS ini pun mengamini pandangan SBY agar capres-cawapres menjadi superstar dalam kampanye.

“Pak SBY wajar buat Tweet seperti itu. Dan sebagai pelaku dua kali menang pilpres. Dan benar isi Tweet-nya. Superstar-nya, ya capres,” kata Mardani dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Jumat (16/11/2018).

Mardani menilai, pelaksanaan pemilu legislatif dan pilpres yang dilaksanakan serentak ini membuat strategi pemenangan harus fleksibel.

Politikus PKS ini menganggap, kritik SBY dan Partai Demokrat sebagai upaya pendewasaan tim pemenangan Prabowo-Sandi. Ia mengklaim semua kritik, masuk dalam pertimbangan tim pemenangan.

Tiap pekan kami selalu rapat dengan seluruh direktorat yang merupakan perwakilan dari semua parpol dan relawan. Masukan selalu diterima dan dibahas,” kata Mardani.

Sementara itu, Wasekjen Demokrat Putu Supadma Rudana menjelaskan, sikap partainya mengkritik Gerindra maupun BPN Prabowo-Sandi demi kebaikan di masa depan. Menurutnya, Demokrat mengkritik karena ingin Prabowo-Sandi tidak mengalami masalah apabila memenangkan pilpres nanti.

“Yang dipikirkan bukan sekadar kemenangan pilpres, tapi justru partai koalisi lolos threshold, PKS PAN, Demokrat dan Gerindra harus lolos threshold. […] di parlemen harus 50 persen +1. Kalau Prabowo-Sandi menang bisa mengawal [di parlemen]” kata Putu kepada reporter Tirto, Jumat (16/11).

Dia mengklaim, kritik partai berlambang mercy itu murni dilakukan sebagai kepedulian Demokrat dalam koalisi pengusung Prabowo-Sandiaga.

Menurut Putu, komitmen partainya sudah dibuktikan dengan keluarnya rekomendasi Demokrat mendukung Prabowo-Sandi, serta masuknya SBY sebagai jurkamnas dan AHY selaku Komandan Kogasma dalam BPN Prabowo-Sandi.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan. Menurutnya, Demokrat tetap solid mendukung Prabowo-Sandi untuk Pilpres 2019. Ia pun mengklaim partainya sudah tidak kecewa karena Prabowo lebih memilih Sandiaga sebagai cawapres daripada AHY.

Kendati demikian, kata Syarief, sikap Demokrat sudah jelas, yaitu akan fokus pada pemilihan legislatif. Namun Syarief menampik bila sikap ini karena melihat peluang Prabowo yang kecil mengalahkan Jokowi. Menurutnya, keputusan ini diambil karena berdasarkan hasil survei, elektabilitas Demokrat tidak naik.

“Dari hasil survei, kan, memang kami tidak naik-naik,” kata Syarief. “Kami tetap kampanye, tetapi kami prioritasnya pileg. Itu sudah keputusan bersama,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Partai Gerindra Andre Rosiade tidak mau berkomentar soal pilihan fokus Demokrat tersebut. Namun dia berjanji ketegangan antar-partai pendukung Prabowo akan berlalu seiring berjalannya waktu.

“Pak Sandi ini, kan, pengusaha dengan 30 ribu karyawan. Saya percaya beliau akan menepati janjinya,” kata Andre kepada reporter Tirto.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai sejak awal Demokrat memang tidak all out untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Hal itu terlihat dari sikap Demokrat yang ikut mendukung pasangan ini di akhir waktu pendaftaran.

“Ada proposal yang belum kelar dibicarakan, tapi karena ada tuntutan untuk segera daftar ke KPU maka gaduh lah seperti yang disampaikan Demokrat itu, ada pembicaraan yang belum selesai,” kata dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah ini.

Menurut Adi, pembicaraan yang belum selesai itu akhirnya membuat Demokrat berhak bebas bergerak. Sikap politik Demokrat yang tidak total mengampanyekan Prabowo-Sandi ini diperparah dengan posisi strategis di BPN yang dipegang Gerindra.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz