tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengungkap sejumlah masalah berpotensi muncul setelah terjadinya gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Ketua KPU RI Arief Budiman mengatakan salah satu permasalahan yang akan muncul adalah terputusnya jalur pengiriman logistik pemilu ke wilayah tersebut. Selain itu, gempa dan tsunami yang terjadi juga mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang jatuh.
"Menjadi tantangan kami dengan waktu yang singkat harus kembali merekap data-data. Karena ada pemilih yang sudah tidak ada," kata Ketua KPU RI Arief Budiman di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
Gempa yang terjadi di Donggala berkekuatan 7,4 SR terjadi pada Jumat (28/9/2018) pukul 18.02 WITA. Titik pusat gempa di Sulteng berada di kedalaman 10 km, tepatnya di 27 kilometer Timur Laut Donggala. BMKG langsung mengeluarkan peringatan dini tsunami usai kejadian itu.
Tsunami terjadi sekitar pukul 18.22 WITA. Berdasar data pantauan BMKG, ditambah informasi saksi lapangan, ketinggian tsunami mencapai 1,5 meter. Air di pesisir Mamuju tingginya mencapai 6 cm.
Saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menemukan sejumlah korban akibat gempa dan tsunami di Sulteng. Berdasarkan keterangan terakhir, jumlah korban meninggal mencapai 48 orang dan 356 lainnya mengalami luka-luka.
"Jumlah DPT dan wilayah menjadi penting untuk keberlangsungan pemilu. Sebabnya, keduanya berhubungan erat dengan jumlah logistik yang harus disiapkan," kata Arief.
Menurut Arief, jumlah korban jiwa akibat bencana tersebut akan berdampak pada logistik pemilu. Pasalnya, Arief menyebut, sebentar lagi KPU akan memulai produksi logistik untuk pemungutan suara pemilu 2019.
"Itu berpengaruh dengan jumlah bilik dan kotak suara. Apalagi, bilik dan kotak suara akan kami produksi dalam waktu dekat ini," kata Arief.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto