tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, berdasarkan data sementara, jumlah korban yang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mencapai 48 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah tersebut sesuai dengan data yang diterima pada pukul 10.00 WIB, Sabtu (29/9/2018). Selain itu, ada 356 orang korban yang mengalami luka-luka. Seluruh korban jiwa dan korban luka tersebut telah dilarikan ke sejumlah rumah sakit.
Berikut adalah daftar rumah sakit beserta rincian jumlah korban ;
a. Rumah Sakit Woodward Palu: 2 Meninggal dunia, 28 luka
b. Rumah Sakit Budi Agung Palu: 10 Meninggal dunia, 114 luka
c. Rumah Sakit Samaritan Palu: 6 Meninggal Dunia, 54 luka
d. Rumah Sakif Undata Palu: 30 Meninggal Dunia, 160 luka.
Jumlah korban jiwa dan korban luka ini masih bisa terus bertambah. Ini diakibatkan sampai saat ini tim penanggulangan bencana masih terus melakukan pendataan terhadap kerusakan bangunan. "Diperkirakan puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan," kata Sutopo melalui keterangan tertulisnya.
Sampai saat ini listrik di dua kota tersebut masih padam, mengakibatkan sinyal komunikasi juga turut menghilang. "Komunikasi lumpuh akibat listrik padam menyebabkan pendataan dan pelaporan dampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala tidak dapat dilakukan dengan cepat," kata dia.
Daftar Bangunan yang Rusak
Berbagai jenis bangunan mengalami kerusakan berat, salah satunya ialah Mal Tatura, mal terbesar di Kota Palu itu ambruk akibat kejadian ini. Hotel Roa-Roa yang memiliki 8 lantai juga ambruk, diketahui dari 80 kamar yang tersedia, 76 di antaranya diisi oleh tamu. Rumah Sakit Anutapura, Kota Palu yang memiliki 4 lantai pun roboh akibat diterjang gempa dan tsunami.
Saat musibah terjadi juga sedang diselenggarakan Festival Pesona Pulau Nomoni. "Puluhan hingga seratusan orang pengisi acara, sebagian merupakan para penari, belum diketahui nasibnya," ujar Sutopo.
Aliran listrik di Palu dan Donggala pun ikut terputus. 7 gardu induk PLN yang tersebar di 2 kota tersebut padam. Sampai saat ini baru 2 gardu yang bisa dihidupkan kembali. Putusnya aliran listrik ini mengakibatkan 276 base station tidak dapat digunakan akibatnya jaringan komunikasi terputus.
Demikian pun dengan jalur transportasi, Jalan trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor, Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat dan Donggala Timur roboh akibat diterjang tsunami, dan Bandara SIS Al-Jufri Palu ditutup hingga 29 September 2018 pukul 19.20 WITA dengan catatan tak ada lagi gempa dan tsunami.
Pasalnya, bagian tower lantai 4 runtuh, peralatan komunikasi rusak, pemancar radio
rusak, jaringan Usat down, radar & VOR belum berfungsi, 500 meter dari 2.500 meter landas pacu atau runway retak akibat gempa. Landas pacu yang tersisa sepanjang 2.000 meter tersebut tidak dapat didarati. pesawat jet berukuran besar, seperti Boeing 747 dan sejenisnya.
Berbagai upaya penanggulangan bencana pun langsung dilakukan sejumlah kementerian dan lembaga. TNI mengerahkan 7 SSK dari Yonkes, Yonzipur, Yonif, dan Yonzikon menggunakan 2 pesawat Hercules C-130. Heli Superpuma dari Makassar pun dikerahkan dengan membawa peralatan navigasi portabel.
Polri pun menggerakkan personil, logistik, peralatan dan obat-obatan untuk penanganan darurat. Sementara Kementerian Komunikasi dan Informasi melakukan penanganan jaringan komunikasi.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Alexander Haryanto