tirto.id - Jumlah korban tewas dalam insiden jatuhnya pesawat Air India tujuan London dengan 242 orang di dalamnya, bertambah menjadi 260 jiwa. Insiden nahas itu terjadi di Bandara Ahmedabad, India, Kamis (12/6/2025) siang.
Pesawat dengan nomor penerbangan AI171 rute Ahmedabad menuju London itu jatuh menabrak kampus perguruan tinggi kedokteran yang berisikan puluhan siswa di dalamnya, sehingga menyebabkan kenaikan jumlah korban. Insiden ini dinilai sebagai kecelakaan penerbangan paling mematikan di India sejak 1996, bahkan paling mengerikan dalam sejarah terkini.
“Boeing 787-8 Dreamliner menabrak ruang makan sekolah kedokteran di mana sedikitnya lima siswa tewas,” kata dekan sekolah itu dalam sebuah wawancara, melansir The New York Times, Jumat (13/6/2025),
Insiden nahas itu terjadi setelah lepas landas pada pukul 1:38 siang waktu setempat saat membawa 230 penumpang dan 12 awak.
Dekan Sekolah B.J. Medical College, Minakshi Parikh, mengatakan pesawat itu menabrak ruang makan yang didalamnya terdapat 60 hingga 80 mahasiswa.
“Sebagian besar mahasiswa melarikan diri, tetapi 10 atau 12 terjebak dalam api,” katanya.
Air India mengatakan 242 penumpang dan awak pesawat itu termasuk 169 warga India, 53 warga negara Inggris, tujuh warga negara Portugal, dan satu warga Kanada.
Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, mengatakan dirinya telah bertemu dengan satu orang yang selamat dari pesawat tersebut. Air India mengonfirmasi bahwa hanya satu penumpang yang selamat dari kecelakaan tersebut. Penumpang yang selamat itu, yakni Viswash Kumar Ramesh.
Pria berusia 40 tahun itu diketahui tengah melakukan perjalanan menuju London, Inggris bersama saudaranya setelah mengunjungi keluarganya. Pria berkewarganegaraan Inggris itu posisinya duduk di dekat pintu darurat dan berhasil melompat keluar pesawat.
“Ketika saya bangun, ada mayat di sekitar saya. Saya takut. Saya berdiri dan berlari. Ada potongan-potongan pesawat di sekitar saya. Seseorang memegang saya dan memasukkan saya ke dalam ambulans dan membawa saya ke rumah sakit,” kata Viswashkumar kepada Hindustan Times.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama