Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Konflik Ukraina dan Rusia: AS Kirim 3.000 Tentara ke Eropa

Hampir 3.000 tentara Amerika akan dikerahkan ke Eropa timur terkait krisis Ukraina dan Rusia.

Konflik Ukraina dan Rusia: AS Kirim 3.000 Tentara ke Eropa
Tentara Amerika. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan, negaranya akan mengerahkan hampir 3.000 tentara Amerika ke Eropa timur dalam beberapa hari mendatang. Hal ini dilakukan terkait kebuntuan di tengah krisis antara Ukraina dan Rusia.

Reuters melaporkan, tentara itu disebut akan bergerak melindungi NATO dari potensi konflik kalau seandainya perang benar-benar terjadi.

Pada bulan lalu, Pentagon sudah menurunkan lebih dari 8.500 tentara AS ke Polandia dan Rumania untuk bersiap dikerahkan ke Eropa jika diperlukan.

Langkah ini mereka lakukan untuk meyakinkan sekutu NATO yang gelisah akibat penumpukan pasukan militer yang dilakukan Rusia di perbatasan Ukraina.

Sikap Biden yang mengerahkan tentara AS ini juga bisa dinilai sebagai tanda untuk mengambil langkah-langkah militer yang lebih proaktif ketika Rusia terus melanjutkan penumpukkan tentara.

"Penting bagi kami untuk mengirimkan sinyal yang kuat kepada Tuan Putin dan, sejujurnya, kepada dunia bahwa NATO penting bagi Amerika Serikat dan itu penting bagi sekutu kami," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam jumpa pers, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

The Guardian melaporkan, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat mengabaikan komentarnya tentang krisis yang berkembang di Ukraina sejak Desember.

Konflik Ukraina Rusia

Anggota tentara Rusia menembakkan peluncur granat berpeluncur roket (RPG) saat latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Jumat (21/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/WSJ/cfo

Dalam konferensi pers di Kremlin, Vladimir Putin mengaku tidak puas dengan respons AS atas tuntutan Rusia yang meminta NATO menarik pasukan dari Eropa timur.

“Sudah jelas … bahwa kekhawatiran utama Rusia diabaikan,” kata Putin usai berbicara dengan perdana menteri Hungaria, Viktor Orbán.

Putin menuding barat memakai Ukraina sebagai "alat untuk menghalangi Rusia".

Menurut Putin, dengan bergabungnya Ukraina ke NATO, maka dapat mengakibatkan konflik atas Krimea, semenanjung yang dianeksasi oleh Rusia di tahun 2014. Namun demikian, Putin mengaku siap melanjutkan negosiasi dengan barat.

Pernyataan ini beririsan dengan tudingan terhadap Rusia yang akan menginvasi Ukraina dengan cara mengerahkan ribuan tentara dan senjata ke perbatasan.

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, dia yakin kalau Putin belum memutuskan apakah akan melancarkan serangan ke Ukraina atau tidak.

Sebagai upaya meredakan krisis antara Ukraina dan Rusia, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sudah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

“Jika Putin tidak bermaksud perang atau perubahan rezim, inilah saatnya untuk mundur,” kata Blinken kepada Lavrov, menurut seorang pejabat senior departemen luar negeri.

Baca juga artikel terkait KRISIS RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya