Menuju konten utama

Konflik Israel-Palestina Tak Memengaruhi Nilai Perdagangan RI

Nilai perdagangan antara Indonesia dengan Israel dan Palestina memang tidak terlalu signifikan, meski terus terjadi konflik di sana.

Konflik Israel-Palestina Tak Memengaruhi Nilai Perdagangan RI
Personel darurat dan warga Palestina memeriksa kerusakan pasca serangan Israel, menyusul serangan mendadak Hamas, di kamp pengungsi Beach, di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem

tirto.id - Hubungan antara Israel dan Palestina semakin memanas. Ketegangan tersebut pun dikhawatirkan berdampak kepada hubungan dagang antara Indonesia dengan kedua negara itu.

Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana mengatakan, hubungan dagang dengan Israel dan Palestina akan sangat bergantung terhadap sejauh mana eskalasi konflik ini menyeret negara-negara lainnya.

Total nilai perdagangan dengan Israel pada tahun lalu mencapai 228,45 juta dolar AS dengan net ekspor 141,96 juta dolar AS. Sedangkan dengan Palestina nilainya 2,07 juta dolar AS dengan net impor berupa 412 ribu dolar AS.

"Bila dibandingkan dengan keseluruhan perdagangan Indonesia, nilai keduanya memang tidak terlalu signifikan yakni hanya sekitar 0,08 persen dari neraca perdagangan tahun lalu," kata Andri kepada Tirto, Minggu (15/10/2023)

Andri mengatakan jika dilihat secara historis, Israel selalu lepas dari sanksi perdagangan sehingga pertumbuhan perdagangan sering kali tidak banyak terpengaruhi. Di sisi lain, bombardir dan pengepungan yang sangat masif dari Israel ke Palestina sangat mempengaruhi keberlangsungan ekonomi baik dari tingkat permintaan hingga daya produksi Palestina.

"Secara relatif akan lebih berdampak terhadap nilai perdagangannya dengan Indonesia," ucapnya.

Jika merujuk neraca perdagangan pada kedua negara, transaksi perdagangan Indonesia ke Israel lebih tinggi dibandingkan ke Palestina.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai transaksi Indonesia dengan Palestina pada 2022 berjumlah 2 juta dolar AS, terdiri atas 823 ribu dolar AS ekspor dan 1,2 juta dolar AS impor. Sedangkan perdagangan dengan Israel menghasilkan 228 juta dolar AS atau 100 kali lipat. Ia bersumber dari 185 juta dolar AS ekspor dan 43 juta dolar AS impor.

Di sisi lain, Palestina dan Israel juga memberi pengaruh berbeda terhadap neraca perdagangan RI. Pada 2022, aktivitas ekspor-impor dengan Palestina menyebabkan Indonesia defisit 421 ribu dolar AS. Sebaliknya, Indonesia surplus 142 juta dolar AS dari Israel.

Selama 2014-2022, nilai transaksi dagang Indonesia dan Israel mencapai 1,7 miliar dolar AS, setara Rp26,9 triliun dalam kurs Rp15.471 per dolar AS. Dengan total nilai ekspor 1,2 miliar dolar AS dan impor 506 juta dolar AS, maka neraca perdagangan Indonesia surplus 727 juta dolar AS atau Rp11,2 triliun.

Situasi tak berbeda pada 2023. Hubungan dagang RI-Israel terus berlanjut. Israel mempertahankan lapaknya di sektor ekspor-impor Indonesia, negara yang notabene menolak hubungan diplomasi mereka. Meski begitu, kita justru lebih banyak berdagang dengan Israel ketimbang Palestina.

Sepanjang Januari-Juli 2023, nilai transaksi Indonesia dan Palestina menghasilkan 2,8 juta dolar AS, berasal dari 1,3 juta dolar AS ekspor dan 1,5 juta dolar AS impor. Pada periode sama, nilai perdagangan RI dengan Israel 50 kali lipat lebih besar, yakni mencapai 104 juta dolar AS, yakni 92,4 juta dolar AS ekspor dan 12 juta dolar AS impor.

BPS mencatat beraneka barang Israel masuk ke Indonesia pada 2023. Hingga pertengahan tahun, mesin dan peralatan mekanik merupakan golongan dengan nilai tertinggi, yaitu 3,7 juta dolar AS. Sementara impor senjata dan amunisi bernilai 6,5 ribu dolar AS.

Selain impor, Indonesia juga aktif mengirim bermacam komoditas ke Israel. Mulai dari golongan lemak, minyak nabati, olahan daging, tepung, sayuran, buah, minuman, alkohol, cuka, garam, belerang, semen, ampas dan sisa industri makanan, bahan kimia organik dan produk farmasi.

Namun, di tengah kekhawatiran yang akan terjadi tersebut Pemerintah Indonesia tetap optimis dampaknya tidak begitu besar kepada Indonesia. Apalagi kedua negara tersebut bukan menjadi mitra dagang utama Indonesia.

"Ya, kalau Indonesia kan salah satu regional yang dan ASEAN 20 tahun terakhir stabil. Jadi walaupun Ukraina dan yang lain [Israel-Palestina], dan Indonesia optimistis. Karena stability growth bergeser, epicentrumnya ke Indo-Pasifik atau ke ASEAN," ucap Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto kepada wartawan, dikutip Kamis (12/10/2023).

Baca juga artikel terkait KONFLIK ISRAEL-PALESTINA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto