tirto.id - Sepanjang Mei sampai Agustus 1993, hujan terus mengguyur sembilan negara bagian Amerika Serikat: North Dakota, South Dakota, Nebraska, Kansas, Minnesota, Iowa, Missouri, Wisconsin, and Illinois. Air turun sedikitnya 20 hari dan beberapa daerah lain lebih dari itu. Level air niscaya bertambah, tidak terkecuali di Sungai Mississippi.
Ketinggian air sungai terpanjang di Amerika bagian utara itu normalnya 20-30 kaki atau sekitar 6-9 meter. Namun pada bulan-bulan itu akhirnya mencetak rekor ketinggian hingga 43 kaki atau 13 meter. Minggu berikutnya, ketinggian air mencapai 47 kaki di negara bagian Iowa. Peningkatan juga terjadi di daerah lain hingga di awal Agustus 1993 mencapai 49,58 kaki atau sekitar 15,1 meter. Sumber lain menyatakan di kota St. Louis tingginya mencapai 49,47 kaki.
Angka itu terbilang sangat tinggi. Sebagai perbandingan, sebelumnya rekor air sungai meluap sekitar 42 kaki.
Luapan air Sungai Mississippi kemudian membuat ratusan tanggul yang melindungi permukiman warga jebol. Beberapa daerah mulai kebanjiran pada Mei dan Juni, dan paling parah terjadi pada Juli dan Agustus. Setidaknya air merendam hingga 75 kota.
Tinggi air sampai pada tingkatan mampu menutup jembatan penghubung antarkota. Sementara soal luas daerah terdampak, setidaknya air merendam hingga 75 kota. Peneliti dari Hydrologic Research Laboratory, Lee W Larson, menyebut air menutupi lebih dari 400 ribu mil persegi atau sekitar 103 juta hektare tanah. Lalu setidaknya ada 50 ribu rumah yang hancur. Puluhan ribu orang harus mengungsi bukan hanya hitungan hari, tapi berbulan-bulan. Setidaknya 50 orang meninggal dalam bencana tersebut. Kerugian diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS.
“Banjir tahun 1993 adalah banjir paling besar dan signifikan yang pernah terjadi di Amerika Serikat,” kata Larson.
Banjir baru mereda pada Oktober. Tinggi air sungai kembali normal. Banjir menggenang kurang lebih selama 200 hari. Tapi semua tidak langsung seperti semula. Banyak lahan perkebunan tidak bisa lagi dipakai, entah sampai berapa tahun. Moda transportasi banyak yang terhambat.
Redanya banjir juga tak berarti usainya derita. James Scott adalah salah satu yang tetap merasakannya sebab setelah itu pria 24 tahun tersebut harus berhadapan dengan penegak hukum. Bukan karena perkara pencurian atau perampasan, Scott dituding sebagai biang kerok salah satu bencana paling besar dalam sejarah Negeri Paman Sam.
Dianggap Merusak Tanggul
“Orang yang mengenal Mississippi akan segera percaya, mungkin tidak dengan lantang, tetapi bersenandika dengan diri sendiri, bahwa sepuluh ribu Komisi Sungai, dengan semua tambang di dunia di belakang mereka, tidak dapat menjinakkan aliran sungai yang liar, tidak dapat mengekang atau membatasinya, tidak dapat mengaturnya, dan membuatnya patuh; tidak bisa menyelamatkan daratan yang sudah terdampak; tidak bisa menghalangi jalannya, dan bersukaria dan menertawakannya.”
Demikianlah Samuel Clemens, mantan juru mudi kapal uap yang orang banyak kenal dengan nama Mark Twain, berpendapat soal Sungai Mississippi dalam buku Life on the Mississippi (1883). Singkatnya, dia menyatakan bahwa Sungai Mississippi adalah bagian alam yang tidak bisa ditaklukan. Namun sebagian orang lain tidak sepakat dengan Twain meski tak pernah membaca karyanya, terutama mereka yang menuding James Scott sebagai dalang dari banjir 1993.
Pria yang kerap dipanggil kawan-kawannya Jimmy Scott ini dijemput oleh polisi di gerai makanan cepat saji pada 1 Oktober 1993. Di malam itu dua polisi yang bersaudara, Bruce Baker dan Neal Baker, membawanya ke kantor karena dugaan kasus pencurian. Alasan itu diketahui hanya kedok. Dua aparat ini tahu bahwa ketika pencurian terjadi Scott tengah bekerja.
Mereka, yang memperlakukan Scott dengan baik, awalnya bertanya soal empat kasus pencurian. Scott menampik terlibat dalam kejahatan tersebut. Mereka sempat keluar ruangan interogasi tiga kali untuk merokok. Di saat itulah Baker menyelipkan pertanyaan soal tindakan Scott di tengah banjir.
Ketika air mulai meninggi, warga bergotong royong memperkuat tanggul Sungai Mississippi, tepatnya di pinggiran negara bagian Missouri, West Quincy. Tanggul hanya mampu menahan hingga ketinggian 32 kaki. Tentu mereka ketakutan ketika pada 13 Juli 1993 ternyata tinggi air sudah mencapai 31,9 kaki. Air sudah membeludak menuju daratan.
Scott bersama kawan-kawannya kemudian berusaha meninggikan tanggul dengan karung pasir. Usaha yang dilakukan selama dua hari ini juga melibatkan istri Scott bernama Suzie.
Pada hari biasa Scott kerap mabuk-mabukan di malam hari usai bekerja. Pada 16 Juli 1993 pun dia berniat melakukan itu setelah mengurusi tanggul, tapi tiba-tiba terdengar kabar bahwa tanggul telah jebol. Dia mengubah agenda dan menyebarkan kabar itu kepada warga lain. Di tempat itu ada pembawa acara yang kemudian menarik Scott untuk meminta penjelasan terkait kondisi tanggul. Dia diwawancara sebanyak dua kali.
“Aku mencoba menambal tanggul dengan karung pasir dan itu tidak berhasil,” kata Scott.
Ternyata wawancara tersebut juga ditonton oleh polisi yang tadi sudah disebut, Neal Baker. Ternyata pula Baker mengenali wajah Scott sebab pernah menangkapnya pada 1988 karena kasus pembakaran. Scott juga terlibat kasus yang sama enam tahun sebelumnya. Karena itulah, ditambah Scott menunjukkan gelagat mencurigakan, Baker merasa perlu mengawasi. Scott yang tengah menceritakan kisah heroiknya menambal tanggul dan memperingatkan warga seketika berubah menjadi penjahat di mata Baker.
Apa yang diceritakan Scott kepada media? Dia mengaku melihat air merembes menyelusup dari tanggul. Dia kemudian pergi untuk melepas dahaga sejenak, tetapi air menyembur dari balik karung pasir.
Cerita ini, menurut aparat dan pemerintah, cukup aneh. Pertama, tanggul yang dikatakan jebol menurut mereka adalah yang paling kuat. Kedua, petugas sempat memantau dua jam sebelum kejadian dan tanggul masih kokoh. Ketiga, Scott sempat mengaku memindahkan karung-karung pasir sebelum kejadian tapi dia berusaha menutup tanggul lain yang terdampak banjir.
“Aku tidak ingin melukai siapa pun. Mereka butuh bantuan, makanya aku bantu,” jelas Scott kala itu.
Polisi, menurut catatan kontributor Time Adam Pitluk, kesulitan untuk memidanakan Scott hanya dari bukti-bukti situasi. Namun tiba-tiba mereka menangkap Scott dengan tudingan sengaja menyebabkan bencana alam.
Polisi menguatkan analisis dengan mendatangkan Joe Flachs, teman yang juga merupakan tahanan rumah seperti Scott. Dia mengatakan bahwa Scott bercerita kepadanya ingin meninggalkan istrinya di Missouri untuk pergi berpesta miras di Illinois. Scott mengaku mereka hanya berpesta dan tidak ada sama sekali pembicaraan mengenai sabotase tanggul demi meninggalkan sang istri. Scott tidak habis pikir dari mana Flachs mendapat cerita itu selain dugaan bahwa dia membuat perjanjian dengan polisi dengan imbalan kasus hukumnya.
Cerita Scott membuat tanggul jebol kemudian mengakibatkan kebakaran di sekitar daerah West Quincy menjadi santapan lezat media.
Pada 1998, Scott akhirnya diadili dan diputuskan bersalah. Dia divonis 20 tahun penjara hingga seumur hidup. Artinya, dia baru bisa dilepas setidaknya dua dekade kemudian atau justru hukuman bisa bertambah sampai seumur hidup. Sejak aturan hukum tentang pelaku penyebab bencana alam ini disahkan tahun 1979, Scott masih menjadi satu-satunya yang diadili.
Bagi Pitluk dalam tulisannya berjudul Scapegoat, Scott adalah sosok yang ideal menjadi kambing hitam di tengah banyaknya derita yang masyarakat terima. Scott tidak hanya mengalami kerugian materiel. Dia juga kehilangan kebebasan. Sekarang yang dia punya hanyalah waktu–itu pun di penjara.
“Aku banyak mengacau di masa lalu dan sangat ingin memutar waktu. Aku turut berduka kepada mereka yang terluka dan sakit karena kebakaran saat itu dan tentunya sangat bersedih atas kerugian orang di tengah banjir sekarang, tapi aku tidak akan meminta maaf atas hal yang tidak kulakukan,” kata Scott dilansir Pitluk. “Aku hanya berharap suatu hari akan ada seseorang yang percaya kepadaku.”
Editor: Rio Apinino