Menuju konten utama

Kisah Giovanni Falcone Sang Pemberantas Mafia

Setelah kematiannya, Pemerintah Italia membentuk Giovanni Falcone Foundation untuk melanjutkan upaya Falcone dalam memerangi kejahatan terorganisasi.

Kisah Giovanni Falcone Sang Pemberantas Mafia
Header Mozaik Giovanni Falcone. tirto.id/Fuad

tirto.id - “Lebih baik memerintah daripada bercinta,” ucap Tommaso Buscetta menirukan prinsip Salvatore Riina, pemimpin mafia Cosa Nostra, ketika berdialog dengan hakim Italia, Giovanni Falcone di kantor markas besar Criminalpol Roma.

Tommaso Buscetta dikenal sebagai "bos mafia dalam pelarian". Ia memainkan peran penting dalam membongkar rahasia Cosa Nostra, sebuah organisasi kejahatan yang berbasis di Sisilia, Italia. Organisasi ini telah ada sejak tahun 1800-an dan menjadi salah satu organisasi kriminal terbesar di dunia.

Ia merupakan anggota senior Cosa Nostra yang melarikan diri ke Brasil sebelum otoritas Italia menangkapnya dan memberi tawaran perlindungan.

Dalam adegan film The Traitor (2020) digambarkan bagaimana penangkapan Buscetta yang menggunakan nama samaran.

“Ini paspornya, namanya Roberto Felici,” ujar Cristina, istri ketiganya, sembari menunjukkan identitas suaminya.

Ketika dua anak dan kerabatnya dibunuh oleh anggota Cosa Nostra, Buscetta memutuskan untuk melanggar omertà, kode bungkam yang dianut anggota Cosa Nostra.

Dia akhirnya bekerja sama dengan otoritas Italia dan bersedia menjadi informan untuk memberi informasi rinci tentang struktur organisasi, kegiatan dan rencana mereka, serta nama-nama anggota penting.

Buscetta mengungkapkan bagaimana Cosa Nostra beroperasi dan cara mereka mengontrol pemerintahan dan bisnis di Sisilia, serta hubungan mereka dengan para politikus dan pejabat pemerintah.

Dia memberikan kesaksian penting dalam beberapa persidangan, termasuk Maxi Trial yang dipimpin Giovanni Falcone.

Persidangan tersebut menghasilkan banyak penangkapan dan hukuman terhadap anggota Cosa Nostra.

Pengaruh dan Kekuasaan Cosa Nostra

Cosa Nostra artinya "hal-hal kita" atau "milik kita", merujuk pada ikatan solidaritas dan pengaruh yang dimiliki oleh anggotanya. Meskipun sering disebut sebagai Mafia Sisilia, Cosa Nostra sebenarnya bisa disebut konfederasi dari kelompok-kelompok kejahatan yang terorganisasi dengan cara yang berbeda-beda.

Selain kode bungkam omertà, John Dickie dalam Cosa Nostra: A History of the Sicilian Mafia (2004) menulis bahwa di Cosa Nostra ada kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya dengan kehati-hatian. Ketika seorang anggotanya memberi informasi mengenai kebenaran, hal itu adalah kutukan bagi Cosa Nostra.

“Di kalangan orang terhormat, pernyataan itu tidak dapat ditarik kembali,” sambung Dickie.

Cosa Nostra dikenal dengan tindakan kriminalnya yang brutal dan luas, seperti perdagangan narkoba, penyelundupan senjata, pembunuhan, penipuan, dan pemerasan. Mereka menggunakan kekerasan sebagai cara untuk mempertahankan kekuasaan dan memperluas pengaruh, termasuk menjalin koneksi dengan politikus, pejabat pemerintah, dan polisi korup untuk mencapai tujuan.

Cosa Nostra dipimpin oleh seorang bos yang disebut sebagai "capo di tutti capi" atau "boss of all bosses". Kenyataannya, struktur kepemimpinan Cosa Nostra jauh lebih kompleks daripada itu, dengan hierarki yang ketat dan banyak bos regional yang memimpin daerah-daerah tertentu di Sisilia dan seluruh Italia.

Salah satu bos Cosa Nostra paling terkenal adalah Bernardo Provenzano yang memimpin organisasi tersebut dari tahun 1993 hingga ditangkap pada tahun 2006. Provenzano dijuluki "bos diam" karena mampu menghindari penangkapan selama lebih dari 40 tahun.

Bos Cosa Nostra lainnya yang terkenal adalah Salvatore Riina, yang memimpin dari tahun 1978 hingga 1993. Riina dijuluki "The Beast" karena kekejaman dan kebrutalannya dalam melakukan berbagai pembunuhan.

Warsa 1993, Riina ditangkap dan divonis hukuman penjara seumur hidup setelah menjadi buronan selama lebih dari dua dekade.

Kepemimpinan Riina dan Provenzano dalam Cosa Nostra menunjukkan kekuatan dan pengaruh organisasi kejahatan ini di masyarakat Italia.

Maxi Trial

Persidangan Maxi Trial diadakan di Palermo, Sisilia, pada 10 Februari 1986 dan berakhir pada Januari 1992. Persidangan ini adalah respons atas serangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh Cosa Nostra terhadap para petugas penegak hukum dan politikus yang berani melawan organisasi kejahatan tersebut.

Persidangan dipimpin oleh hakim Giovanni Falcone bersama dengan hakim Paolo Borsellino dan hakim Rocco Chinnici.

Dalam persidangan ini, 475 orang dituntut, termasuk anggota Cosa Nostra, politikus, pengusaha, dan pejabat pemerintah. Mereka dituduh terlibat dalam kegiatan kriminal seperti perdagangan narkoba, penipuan, dan pemerasan.

Persidangan menggunakan pendekatan baru yang disebut "maxi-processo" atau "maxi trial" yang mengefektifkan proses pengadilan dengan menggabungkan ratusan kasus kejahatan yang dilakukan oleh Cosa Nostra ke dalam satu persidangan besar.

Menurut catatan The Guardian, sebanyak 338 terdakwa akhirnya dijatuhi hukuman, 19 orang di antaranya dijatuhi hukuman seumur hidup.

Persidangan Maxi Trial dianggap sebagai tonggak sejarah dalam perjuangan Italia melawan mafia dan kejahatan terorganisasi. Upaya Falcone dalam menuntut dan memenjarakan ratusan anggota Cosa Nostra telah membuka jalan untuk memperbaiki sistem peradilan Italia.

Namun, persidangan ini juga menghasilkan konsekuensi yang tidak terduga, seperti mendorong Cosa Nostra untuk meningkatkan kegiatan kriminal mereka di luar Italia, termasuk menguasai New York lewat lima keluarga La Cosa Nostra.

Selain itu, hasil dari Maxi Trial juga memicu serangkaian pembunuhan balasan terhadap para petugas penegak hukum yang terlibat dalam persidangan.

Perlawanan Giovanni Falcone

Giovanni Falcone lahir di Palermo, Italia, pada tanggal 18 Mei 1939. Ia tumbuh dalam keluarga yang sederhana dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Ayahnya seorang pegawai negeri dan ibunya adalah ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Falcone sudah memiliki semangat untuk memerangi kejahatan. Ia mengidolakan polisi dan detektif dalam film-film, juga majalah-majalah kejahatan, serta bertekad untuk menjadi seorang pengacara atau hakim.

Falcone mengambil jurusan hukum di Universitas Palermo pada tahun 1961 dan mendapatkan gelar doktor hukum pada tahun 1964. Selama kuliah, ia mengambil studi tambahan dalam ilmu forensik dan kriminologi.

Pada Desember 1982, Falcone ditunjuk untuk melakukan investigasi atas pembunuhan jaksa penuntut umum Piersanti Mattarella, saudara laki-laki calon Presiden Italia, Sergio Mattarella.

Dia menginisiasi undang-undang anti-mafia yang dikenal sebagai Legge Falcone, sehingga memperkuat upaya pengadilan dalam mengendalikan mafia. Ditunjang teknik penyelidikannya yang inovatif dan berani, dia mengurai aliran dana para mafia yang gerak-geriknya kian terdesak.

Investigasinya menghasilkan dakwaan terhadap sembilan orang atas pembunuhan tersebut, termasuk Michele Greco dan Salvatore Riina, dua bos mafia pertama yang didakwa melakukan pembunuhan di Sisilia.

Selama Operasi Maxi Trial, ia melakukan berbagai penyelidikan besar yang didukung pemerintah Italia dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1985, ia memimpin tim penyelidik bersama FBI dan Kepolisian New York dalam upaya membongkar jaringan penyelundupan heroin internasional oleh para mafia. Operasi yang dikenal dengan “Koneksi Pizza” ini juga mendalami pencucian uang narkoba melalui kedai pizza.

Falcone berhasil mengungkap Mafia Gambino, salah satu dari lima keluarga mafia yang terkenal di AS.

Mafia Gambino terkenal karena aktivitasnya dalam bidang bisnis ilegal, seperti kejahatan keuangan, perdagangan narkoba, pemerasan, dan pengaturan hasil pertandingan olahraga. Mereka juga terkenal karena kepemimpinan yang kuat dan ketat dari para pemimpinnya, termasuk John Gotti dan Charles "Lucky" Luciano.

Konsekuensi dari keberaniannya dalam mendobrak sarang mafia tentu disadari Falcone. Ia mulai banyak mendapatkan intimidasi, ancaman dan upaya pembunuhan, terutama setelah berhasil mengungkap daftar kejahatan yang dilakukan Cosa Nostra pimpinan Salvatore Riina.

Pada tahun 1989, Falcone mengalami upaya pembunuhan pertama kali saat mobilnya diledakkan dengan bom di dekat Palermo. Namun, dia selamat dari serangan tersebut karena tidak ada orang di dalam mobilnya pada saat kejadian.

Setahun kemudian, Cosa Nostra melakukan upaya pembunuhan yang lebih besar dengan merencanakan peledakan rel kereta api di bawah jalan tol yang akan dilalui oleh mobil yang ditumpangi oleh Falcone. Namun, rencana itu akhirnya digagalkan oleh polisi.

Meskipun upaya-upaya tersebut sudah menunjukkan bahwa Falcone menjadi target utama Cosa Nostra, ia tetap memilih untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai jaksa dan hakim yang menangani kasus-kasus mafia.

Giovanni Falcone tewas dalam serangan bom mobil pada 23 Mei 1992 di jalan tol A29 di dekat kota Capaci, Sisilia. Ia dan istri serta tiga anggota polisi yang mengawalnya tewas seketika dalam serangan yang meruntuhkan sebagian besar jalan tol.

Serangan ini direncanakan dan dilakukan oleh Cosa Nostra atas perintah Riina yang tidak senang atas upaya Falcone dalam mengekspos kegiatan kriminal mereka.

Pembunuhan Falcone diikuti oleh pembunuhan Paolo Borsellino, rekannya dalam persidangan Maxi Trial, dua bulan kemudian. Kedua pembunuhan mengguncang Italia dan memicu gerakan nasional untuk melawan mafia.

Pembunuhan ini juga menunjukkan kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh Cosa Nostra, sekaligus tantangan bagi penegak hukum bahwa perjuangan melawan mafia tidaklah mudah.

Infografik Mozaik Giovanni Falcone

Infografik Mozaik Giovanni Falcone. tirto.id/Fuad

Warisan Falcone

Kontribusinya dalam menjalankan Maxi Trial membawa perubahan besar dalam sistem peradilan Italia dan memperlihatkan bahwa mafia bisa dikalahkan melalui upaya pemberantasan yang efektif.

Pada 1992, tak lama setelah kematiannya, Pemerintah Italia membentuk lembaga bernama "Giovanni Falcone Foundation" untuk melanjutkan upaya Falcone dalam memerangi kejahatan terorganisasi.

Presiden Italia saat itu, Oscar Luigi Scalfaro, memberikan penghargaan "Medaglia d'Oro al Valor Civile" (Medali Emas atas Nilai Sipil) secara anumerta di tahun yang sama.

Pada 1996, Universitas Palermo memberikan gelar doktor kehormatan kepada Falcone.

Dua tahun kemudian, Pemerintah Italia membangun sebuah museum dan monumen untuk mengenang Falcone dan Paolo Borsellino, rekan kerjanya yang juga tewas dalam serangan bom, di kota Capaci, Sisilia.

Warsa 2017, Falcone dianugerahi penghargaan "Medaglia d'Oro alla Memoria" (Medali Emas untuk Kenangan) oleh Dewan Kota Palermo.

Karya tulis serta pemikirannya tentang mafia dan kejahatan terorganisasi, “Cose di Cosa Nostra” yang ditulis bersama Marcelle Padovani, terus dipelajari oleh para akademisi maupun penegak hukum di berbagai belahan dunia.

Louis Freeh, direktur FBI yang pernah menjadi rekan saat menjalankan operasi “Koneksi Pizza” mendedikasikan patung perunggu Falcone di halaman akademi FBI di Virginia.

Keberanian dan dedikasi Giovanni Falcone dalam memerangi sindikat mafia membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan diingat banyak orang.

Baca juga artikel terkait HAKIM atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Hukum
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi