Menuju konten utama

Kenali Pneumonia Pada Bayi: Demam Hingga Nafas Terlalu Cepat

Beberapa gejala yang menyertai penyakit pneumonia ini di antaranya, napas terlalu cepat (lebih dari 45 napas per menit) hingga terjadinya demam serta batuk.

Kenali Pneumonia Pada Bayi: Demam Hingga Nafas Terlalu Cepat
Ilustrasi Bayi Menangis. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang bisa terjadi dari kondisi ringan hingga sangat parah. Sehingga saat ada indikasi terjadinya pneumonia harus ada penanganan serius d rumah sakit.

Pneumonia terjadi ketika infeksi menyebabkan kantung udara di paru-paru (biasa disebut dengan alveoli) terisi cairan, lendir atau nanah. Pneumonia bisa menyulitkan Anda untuk menghirup oksigen yang cukup.

Dilansir dari webmd.com, siapa pun dapat terkena infeksi paru-paru ini. Tetapi bayi yang lebih muda dari usia 2 tahun dan orang yang berusia di atas 65 berisiko lebih tinggi terkena pneumonia. Hal ini karena sistem kekebalan mereka mungkin tidak cukup kuat untuk melawannya.

Seseorang bisa terkena pneumonia di satu atau kedua paru-paru. Penyakit ini sangat sulit untuk dideteksi sehingga seseorang bisa saja terkena pneumonia tetapi tidak mengetahuinya. Dokter menyebutnya sebagai pneumonia berjalan. Penyebab pneumonia bisa karena bakteri, virus, dan jamur.

Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia terjadi yaitu Streptococcus pneumoniae. Selain itu, Chlamydophlla pneumonia dan Legionella pneumophila juga bakteri penyebab paru-paru basah.

Kebiasaan gaya hidup, seperti merokok dan terlalu banyak minum alkohol, juga dapat meningkatkan peluang terkena pneumonia.

Beberapa gejala yang menyertai penyakit pneumonia ini di antaranya:

  • Napas terlalu cepat (lebih dari 45 tarikan napas per menit)
  • Demam
  • Batuk
  • Desah
  • Kulit, bibir, atau ujung jari yang terlihat biru
  • Bayi lebih rewel
  • Bayi di atau 6 bulan akan lebih sulit atau menolak untuk makan.
Sementara temuan dalam tinjauan sistematis dan meta-analisis, adanya hipoksia dan peningkatan kerja pernapasan (mendengus, hidung melebar, dan retraksi) dikaitkan dengan diagnosis pneumonia. Sedangkan demam, takipnea, dan temuan auskultasi tidak terkait dengan diagnosis pneumonia.

Selain itu, saat mempertimbangkan diagnosis pneumonia pada anak-anak dan bayi yang mengalami batuk atau demam, keberadaan hipoksia harus dinilai dan anak harus diamati dengan cermat.

Pneumonia adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Sehingga penting untuk mengidentifikasi gejala klinis dan temuan pemeriksaan fisik yang terkait dengan pneumonia untuk meningkatkan diagnosis tepat waktu, mencegah morbiditas yang signifikan, dan membatasi penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Baca juga artikel terkait PNEUMONIA atau tulisan lainnya dari Khairul Ma'arif

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Khairul Ma'arif
Penulis: Khairul Ma'arif
Editor: Nur Hidayah Perwitasari