tirto.id - Pneumonia adalah penyakit paru-paru dan sistem pernapasan di mana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru-paru yang bekerja untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang karena penimbunan cairan.
Menurut tulisan Dr Fransisca dengan judul “Pneumonia”, penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti bakteri, virus, jamur atau parasit. Bisa juga disebabkan oleh bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara langsung dari penyakit lain seperti kanker paru-paru atau mengonsumsi alkhohol.
Orang yang terkena pneumonia sering kali mengalami batuk berdahak, sputum berwarna kehijauan atau kuning, mengalami demam yang tinggi serta menggigil. Selain itu, napasnya menjadi pendek, nyeri pada dada seperti pada pleuritis. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya tajam seperti ditusuk.
Gejala lainnya adalah ketika batuk bisa disertai dengan darah, sakit kepala, atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit menjadi lembab. Selain itu, penderita akan mengalami hilang nafsu makan, kelelahan, kulit pucat, mual, muntah, nyeri sendi dan otot.
Gejala pneumonia bisa berbeda-beda tergantung pada penyebabnya. Misalnya, pneumonia yang disebabkan oleh Legionella menyebabkan diare, pneumonia karena Tuberkulosis atau Pneumocystics menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pneumonia pada bayi biasanya menyebabkan mereka hanya tidur dan kehilangan nafsu makan.
Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus menjalani rawat inap di rumah sakit atau biasa disebut terapi. Umumnya menggunakan antibiotik oral, istirahat dan cairan yang cukup. Jika saat melakukan perawatan di rumah pasien tidak bertambah baik dan timbul komplikasi, pasien harsu dirawat inap di rumah sakit.
Antibiotik biasanya digunakan untuk penderita pneumonia yang disebabkan bakteri dan tidak berlaku untuk pneumonia yang disebabkan virus. Walaupun terkadang digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi bakteri yang muncul pada kerusakan paru oleh pneumonia yang disebabkan virus.
Dikutip dri jurnal yang ditulis oleh Yeni Farida dkk, dengan judul “Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta”, antibiotik yang disarankan sebagai terapi empirik pneumonia rawat inap antara lain sefalosporin generasi ketiga dikombinasikan dengan makrolida, florokuinolon monoterapi dan tigesiklin untuk pasien yang intoleran sefalosopin dan florokuinolon.
Sementara menurut tulisan Fransisca, di Inggris, Amoxillin adalah antibiotik yang dipilih untuk sebagian besar pasien dengan Community Acquired Pneumonia, terkadang ditambah dengan chlarithromycin dan pasien yang alergi terhadap penisilin diberi erithromycin, bukannya amoxicillin.
Di Amerika Utara, pasien dengan Community Acquired Pneumonia cocok biasanya diberi Azithromycin, Claritromycin dan Flouroquinolon menggantikan amoxicillin sebagai pengobatan tahap awal. Pengobatan ini bisa dilakukan 7 sampai 10 hari, tetapi bisa juga hanya 3 hari dalam beberapa kasus.
Kemudian untuk pneumonia viral yang disebabkan oleh virus influenza A dapat diobati dengan Rimantadini atau amantadine, walaupun jenis pneumonia ini bisa diobati dengan Oseltamivir atau Zanamivir. Pengobatan ini hanya bermanfaat jika gejala awal sudah diketahui kurang dari 48 jam. dengan melihat permulaan gejala awal kurang dari 48 jam.
Editor: Dipna Videlia Putsanra