Menuju konten utama

Mengenal Pneumonia yang Menggerogoti Hillary Clinton

Penyakit Pneumonia terkenal kejam dan bisa berakhir dengan kematian penderitanya. Penyakit ini menggerogoti calon presiden AS, Hillary Clinton. Pneumonia bisa dipicu karena bakteri, virus, hingga jamur. Pneumonia yang diderita Hillary karena bakteri. Apakah ini berbahaya dan mengancam karier politik Hillary?

Mengenal Pneumonia yang Menggerogoti Hillary Clinton
Calon presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat Hillary Clinton tiba di bandara untuk kampanye Aksi Pendaftaran Pemilih di Universitas Florida Selatan di Tampa, Florida. ANTARA FOTO/REUTERS/Brian Snyder

tirto.id - Baru-baru ini, calon Presiden AS, Hillary Clinton jadi sorotan publik AS dan dunia. Bukan karena pandangan politik atau ekonominya, tetapi karena masalah kesehatannya. Di tengah rivalitasnya yang terus memuncak melawan Donald Trump, Hillary malah dibelit masalah kesehatan.

Ia hampir kolaps pada peringatan 9/11 di New York karena pneumonia yang dideritanya. Peristiwa itu tentu saja memberikan amunisi bagi Trump untuk menyerang Hillary. Namun, itu tidak berlangsung lama. Berselang lima hari setelah kolaps, Hillary kembali tampil di muka publik dalam kampanye di Greensboro, North Carolina, AS.

Seraya menyindir Trump, Hillary turun dari podium diiringi lagu "I Feel Good" James Brown. Lirik lagunya mungkin menjadi penanda bahwa Hillary merasa baik-baik saja. Sayangnya, pilihan lagu itu terasa tidak pas karena sang pelantun, James Brown, justru meninggal karena pneumonia pada 2006 silam.

Pneumonia memang terkenal kejam. Bukan cuma Brown yang harus meregang nyawa karena penyakit ini. Dalam buku "Antibiotics for Community-Acquired Pneumonia in Children”, Pneumonia telah membunuh sekitar 4 juta orang di dunia setiap tahun. Merujuk pada data Centers for Disease Control and Prevention, pneumonia adalah penyebab kematian paling banyak di urutan kedelapan di Amerika Serikat.

Data 2013, menunjukkan pneumonia menyerang 17 orang dari populasi 100.000. Rupanya tak hanya di zaman ini. Pneumonia sudah unjuk gigi sejak lama. Menurut ranker.com, 17 persen prajurit dan warga tewas karena penyakit ini selama Perang Dunia II.

Apa sebenarnya pneumonia?

Pertanyaan di atas sudah ada sejak ratusan tahun lalu, ketika bakteri pneumococcal, cikal bakal penyakit pneumonia, ditemukan pertama kali pada 1880. Sederhananya, ia adalah infeksi paru-paru. Penyebab utamanya peradangan di paru-paru yang dipicu bakteri, virus, dan jamur atau bahkan parasit di beberapa kasus tertentu. Ilmuan memprediksi pneumonia memiliki lebih dari 30 penyebab yang berbeda. Sangat penting mengetahui akar penyebabnya, agar lebih mudah penyembuhannya. Penyakit ini sering dianggap TBC karena kemiripan gejalanya.

WebMD membagi gejala pneumonia ke dalam dua kategori: gejala karena bakteri dan gejala karena non-bakteri. Pneumonia yang disebabkan bakteri biasanya dimulai dengan flu atau pilek, yang diikuti dengan batuk panjang. Kadang bercampur dengan dahak dan darah. Selain itu, penderitanya akan merasa demam, meriang sampai ngilu di gigi, napas menjadi pendek-pendek, perasaan lemas dan letih, debaran jantung tak normal, muntah-muntah, dan diare. Sementara gejala pneumonia non-bakteri akan lebih susah dideteksi karena mirip dengan demam biasa, hanya meriang atau batuk saja.

Hal ini persis seperti yang dialami Brown. Sampai kematian menjemputnya di malam Natal 2006, Brown tak tahu kalau penyebab batuk berkepanjangan yang dialaminya adalah pneumonia. Setelah wafat, baru dokter memvonis jenazah Brown digerogoti pneumonia akut yang disebabkan virus.

Sekitar sepertiga dari kasus-kasus pneumonia di Amerika Serikat setiap tahun disebabkan oleh virus. Virus penyebab paling umum yang ditemukan pada anak-anak dan muda-mudi. Sementara virus flu sering ditemukan pada orang dewasa. Virus lainnya yang juga populer sebagai penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV), rhinovirus, herpes simplex virus, dan sindrom pernafasan akut parah (SARS). Jika sudah seperti ini, penderita pneumonia mau tak mau harus istirahat penuh dan diberikan vaksin.

Sejak ditemukannya penisilin saat Perang Dunia II, pencegahan pneumonia melalui vaksinasi sudah bisa dilakukan. WebMD Medical Reference from Healthwise (WebMD) menyebutkan dalam laporannya pada 2014, para ahli merekomendasikan imunisasi untuk anak-anak dan lansia di atas usia 65. Anak-anak diinjeksi sekali saja dengan vaksin pneumococcal, sementara lansia harus diinjeksi dua jenis vaksin pneumococcal yang berbeda.

Meski berumur di atas 65 tahun, Hillary ternyata tidak diberi vaksin. Dalam keterangan dokternya, Lisa Bardack mengatakan pneumonia yang diderita Hillary disebabkan oleh bakteri yang tak menular. Sehingga tak perlu vaksin. Penanganan yang diberikan adalah suntikan antibiotik dan anjuran untuk banyak-banyak beristirahat. “Ini hanya pneumonia ringan yang disebabkan bakteri,” tulis Bardack.

Bardack bisa saja benar. Meski dikenal sebagai salah satu pembunuh paling berbahaya, ternyata tak semua pneumonia bisa dicap demikian. Tingkat keparahan pneumonia bergantung pada penyebabnya serta berapa lama penyakit ini terdiagnosa. Norman Edelman, ilmuan dari American Lung Assosiation berpendapat soal ini. Hillary bisa saja memang terkena pneumonia jenis ringan yang melanda 2 juta orang setiap tahunnya.

Di kalangan ilmuan, kini memang ada istilah baru untuk pneumonia ringan. Namanya walking pneumonia. Jenis ini disebabkan oleh bakteri pada udara dan bisa disembuhkan dengan antibiotik dan istirahat cukup selama 1-3 minggu. Pneumonia ini yang didiagnosa terjadi pada Hillary. Bardack menegaskan secara keseluruhan kondisi kesehatan Hillary sudah cukup baik.

Kembalinya Hillary ke podium politiknya hanya dalam hitungan hari, bisa jadi sinyal kuat bahwa pneumonia yang terjadi hanya kategori ringan. Namun andai penyakit pneumonia kelak muncul lagi menyerang Hillary ketika ia menjadi presiden, ia bukan satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang mengidap penyakit serius saat masih bertugas.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Suhendra