tirto.id - Emas merupakan instrumen investasi yang pergerakannya cenderung fluktuatif. Pergerakan naik turun harga emas setidaknya dipengaruhi oleh berbagi faktor, mulai dari inflasi hingga kebijakan bank sentral.
Selain untuk membuat perhiasan, logam mulia emas sudah lama digunakan sebagai salah satu instrumen investasi yang aman. Harganya yang cenderung naik setiap tahun menyebabkan aset ini digemari sebagai lindung nilai.
Berinvestasi emas juga dapat menguntungkan, khususnya saat kondisi ekonomi sedang tidak pasti. Mengutip dari Money Control, harga emas bahkan sempat menyentuh level tertinggi dalam 50 tahun pada 2020 lalu.
Lonjakan harga emas itu bertepatan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang melanda dunia sehingga melumpuhkan banyak sektor vital. Selain kondisi ekonomi, naik turunnya harga emas juga dipengaruhi hal-hal lain.
5 Faktor yang Pengaruhi Pergerakan Harga Emas
Setidaknya adal 5 faktor yang dapa memengaruhi pergerakan harga emas aktor-faktor ini perlu dipertimbangkan sebelum memilih emas sebagai instrumen investasi.
Melansir dari Investopedia, kelima faktor yang dapat pengaruhi pergerakan harga emas adalah inflasi, ketersediaan pasokan, kebijakan bank sentral, exchange-traded funds (ETF), hingga pertimbangan portofolio, berikut penjelasannya:
1. Inflasi
The Smarter Investor menyebutkan bahwa inflasi adalah kenaikan berkelanjutan dalam tingkat harga umum barang dan jasa sebuah ekonomi dalam periode waktu tertentu.
Kondisi inflasi tidak berdampak baik pada harga emas. Hal ini karena ketika negara mengalami inflasi, harga-harga menjadi sangat mahal.
Oleh karena itu, yang berdenominasi adalah mata uang, alih-alih logam safe-heaven. Dengan demikian, kepemilikan mata uang lebih lebih banyak dipilih oleh para investor.
Sebaliknya, logam mulia cenderung kurang diminati sehingga mengalami penurunan harga. Hal ini sempat terjadi pada Juni 2022 ketika inflasi AS naik 9,1 persen tertinggi selama 40 tahun terakhir.
Akibat kondisi tersebut, harga emas terus mengalami tren penurunan selagi dolar dan deretan mata uang lain melambung
2. Ketersediaan pasokan
Emas adalah komoditas tambang langka yang pasokannya dibatasi. Setiap tahunnya, ketersediaan pasokan emas terus menurun menyusul maraknya produksi tambang di seluruh dunia.
Meskipun jumlahnya terbatas, jumlah orang yang ingin membeli emas terus bertambah. Hal ini menyebabkan harga jualnya terus bergerak naik seiring berjalannya waktu.
3. Kebijakan bank sentral
Menurut Investopedia, kebijakan bank sentral memiliki pengaruh besar dalam pergerakan harga emas.
Sebagai contoh, ketika cadangan devisa negara sedang besar dan ekonomi sedang bergejolak, bank sentral ingin mengurangi jumlah emas yang dimilikinya.
Alasannya karena emas merupakan aset mati yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi, deposito, atau mata uang.
Sayangnya, jumlah investor yang ingin membeli emas tidak banyak, sehingga bank sentral mau tak mau menurunkan harga emas.
4. Exchange-Traded Funds (ETF)
Bursa ETF seperti SPDR Gold Shares atau iShares Gold Trust juga dapat memengaruhi pergerakan harga emas.
Hal ini karena bursa tersebut memungkinkan para investor untuk membeli emas tanpa membeli saham pertambangan yang kini menjadi pembeli dan penjual emas utama di pasar modal.
ETF diperdagangkan di bursa seperti saham dengan mengukur kepemilikan aset investor dalam satuan pengukuran emas (ons). Namun, ETF dirancang untuk mencerminkan harga emas, bukan memindahkannya.
5. Daya tarik emas untuk portofolio
Sama seperti aset investasi lainnya, emas menjadi salah satu aset untuk diversifikasi portofolio.
Semakin banyak investor yang memasukkan emas sebagai salah satu aset di dalam portofolionya, maka semakin tinggi pula harganya, begitu pula sebaliknya.
Sayangnya, emas bersaing dengan aset-aset lain yang memberikan imbal hasil lebih cepat seperti deposito, obligasi, saham, atau surat-surat berharga lainnya.
Sehingga ada kalanya emas menjadi kurang diminati dibanding instrumen investasi lain di kalangan investor dan memengaruhi nilainya.
Editor: Yantina Debora