tirto.id - "Tapi luar biasa bagaimana sedikit emas bisa mengubah segalanya."
Perkataan itu keluar dari mulut Kenny Wells, tokoh utama film Gold (2016) yang diperankan aktor Matthew McConaughey. Film itu diadopsi dari kisah nyata skandal terbesar tambang emas di Indonesia: Bre-X.
Kata-kata Kenny sangat benar bahwa emas punya kemampuan untuk mengubah segalanya dalam perjalanan hidup manusia. Faktanya, peradaban berbagai bangsa di bumi ini selalu menempatkan logam emas sebagai posisi penting di dalamnya.
Keyakinan itu pula yang sempat melambungkan nama Bre-X, perusahaan tambang asal Kanada, yang menjadi inspirasi film Gold.
Pada 1995 silam, Bre-X mengejutkan dunia setelah mengumumkan penemuan sumber emas lebih dari 30 juta troy ons di Busang, Kalimantan Timur. Setahun kemudian, mereka kembali menyebut bahwa kandungan emas di Busang bahkan mencapai 57,33 juta ton.
Dengan seketika, nilai saham Bre-X melonjak drastis hingga menyentuh Can$286,5 atau setara US$ 192/unit di bursa Toronto Stock Exchange (TSX). Lonjakan saham tersebut tak pelak menambah pundi-pundi kekayaan David Walsh, pendiri Bre-X pada 1988.
Pencapaian itu merupakan buah dari perjalanan jauhnya ke Jakarta yang dimulai pada 1993. Saat itu, Walsh bertemu dengan John Felderhof, geolog yang menyarankannya membeli properti di kawasan Busang lantaran diyakini mengandung banyak emas.
Kejanggalan demi kejanggalan perlahan muncul setelah Michael de Guzman dikabarkan hilang secara misterius pada Maret 1997. Guzman sendiri merupakan pria asal Filipina yang menjabat direktur urusan eksplorasi Bre-X.
Dia hilang dalam perjalanan menuju Busang menggunakan helikopter yang disewa dari PT Indonesia Air Transport Tbk, anak perusahaan PT Bimantara Citra yang dikendalikan Bambang Trihatmodjo, anak presiden Soeharto.
Singkat cerita, Freeport McMoran Copper & Gold Inc melakukan penelitian ulang untuk memastikan kandungan emas di Busang. Hasilnya, klaim puluhan juta ton emas di tempat itu hanya omong kosong belaka.
Freeport menyatakan bahwa potensi emas di Busang tidak sebesar yang digembar-gemborkan ke publik.
Hasil penelitian itu sontak meluluhlantakkan saham Bre-X. Nilai sahamnya terbanting hingga menyisakan 6 sen dolar Kanada/unit. Tak berhenti sampai di situ, saham Bre-X juga dicoret (delisting) dari sejumlah bursa saham.
Kisah skandal penipuan tambang emas ini bisa dibaca lebih lengkap dalam buku Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi (1997) yang ditulis jurnalis investigasi legendaris asal Indonesia kala itu, Bondan Winarno.
Berkilau Sepanjang Sejarah
Belum ada penelitian yang mampu menjawab kapan sebenarnya emas pertama kali ditemukan hingga akhirnya dianggap sebagai benda berharga oleh komunitas manusia. Yang jelas, kilau emas sudah tersohor sejak era Mesir Kuno.
Dalam buku berjudul The Power of Gold: The History of an Obsession (2000), Peter L. Bernstein membeberkan kisah singkat penemuan jembatan gigi orang Mesir yang terbuat dari emas. Orang tersebut diyakini hidup 4.500 tahun lalu.
Raja Ptolemy II dari Mesir yang hidup pada 285-246 SM dikisahkan pernah memiliki beruang kutub di kebun binatangnya. Suatu ketika, beruang itu dihadirkan pada suatu pesta dengan sekelompok pria membawa lingga berlapis emas setinggi 180 kaki.
Jauh ke depan, emas tetap diposisikan sebagai barang berharga. Seiring perkembangan zaman, fungsi emas tidak lagi hanya sebatas perhiasan ataupun alat tukar. Saat ini, emas telah masuk dalam golongan safe haven atau aset lindung nilai.
Artinya, emas dianggap sebagai aset yang ampuh untuk menangkal gerusan inflasi terhadap kekayaan kita. Oleh karenanya, ia diburu ketika ekonomi dikhawatirkan memburuk dan inflasi meninggi.
Kita melihat kekuatan emas ketika pandemi Coronavirus Disease 19 (Covid-19) melanda tiga tahun silam. Majalah Forbes mencatat, harga emas justru naik 7,6% dari 1 Desember 2019-1 Maret 2020. Sebaliknya, indeks saham Amerika Serikat (AS) ambrol 19,8%.
Saat krisis finansial global terjadi 2008 silam, kilau emas juga lebih cemerlang dibanding aset lindung lainnya. Dari 9 Oktober 2007-1 Oktober 2010, harga emas melesat 78,9% sementara S&P 500 (indeks saham AS) anjlok 20,1%.
Ketangguhan emas tak berhenti di situ. Ia terbukti sakti melewati badai dahsyat tahun ini. Emas kembali muncul sebagai primadona di tengah naiknya tensi Rusia versus Ukraina yang disokong Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).
Kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi dan ketegangan geopolitik mengerek harga emas dunia sebesar 1,6% menjadi US$1.855,17 per troy ons pada Jumat (11/2/2022).
"Emas masuk ke arus safe haven karena kami mendapat risiko geopolitik di luar sana dan kekhawatiran tingkat dampak yang lebih tinggi pada pertumbuhan global," kata Chris Gaffney dari TIAA Bank seperti dikutip Reuters.
Tren penguatan kembali emas terlihat sepanjang bulan ini, dari US$1.629,15 per troy ons pada 3 November 2022, menjadi US$1.750 per troy ons pada hari ini Senin (21/11/2022).
Meski demikian, angka tersebut masih jauh dari level tertingginya di level psikologis 1.800 yang merupakan posisi tertinggi sepanjang tahun ini ketika Rusia melancarkan operasi militernya terhadap Ukraina.
Emas Antam Juga Mengekor
Situasi hampir serupa juga berlangsung di dalam negeri. Sehari sebelum Covid-19 terdeteksi di Wuhan, China, emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dipatok seharga Rp762 ribu per gram pada Senin (30/12/2019).
Pada hari itu, nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp13.952 per dolar AS. Alih-alih anjlok, harga emas Antam justru merangkak naik.
Ketika Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi pada Rabu (11/3/2020), harganya menyentuh Rp839 ribu per gram meski rupiah melemah ke Rp14.350 per dolar AS.
Pelemahan rupiah dan mata uang negara non-dolar AS seringkali menjadi faktor turunnya permintaan emas, karena distributor emas di tiap negara sedunia membeli emas dengan dolar AS. Ketika dolar AS kian mahal, permintaan biasanya menurun.
Begitu pula saat Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang pada Kamis (24/2/2022) lalu. Emas Antam anteng di harga Rp974 ribu per gram dengan nilai mata uang rupiah seharga Rp14.391 per dolar AS.
Sampai artikel ini ditulis pada Senin (21/11/2022), emas Antam dibanderol seharga Rp978.000 per gram. Harga tersebut masih terhitung naik 0,4% dari posisi ketika perang diumumkan. Sementara itu, nilai tukar rupiah setara Rp15.645 per dolar AS.
Secara akumulatif dalam 3 tahun terakhir, persisnya sejak pandemi Covid-19 terdeteksi di penghujung 2019 hingga hari ini, harga emas Antam telah meningkat 28,6%. Sementara itu dolar AS pada periode yang sama hanya menguat 12,1%.
Efektivitas emas selaku benteng pelindung finansial sekaligus sebagai penambah cuan membuat orang Indonesia cenderung memilihnya. Terutama, bagi mereka yang berniat investasi jangka panjang.
Kecenderungan itu tercermin dari hasil survei Jajak Pendapat (JakPat). Pada 2021, sebanyak 46% responden orang Indonesia memilih berinvestasi emas dan terus bertambah menjadi 48% pada 2022.
Peningkatan persentase peminat investasi emas tersebut membuatnya sebagai primadona di antara aset investasi lain. Emas tampil sebagai favorit di antara instrumen investasi lainnya; reksa dana, deposito, saham, properti, valuta asing, obligasi, hingga sukuk.
Menurut Direktur Komersil PT Emas Antam Indonesia (EAI) Dede Izudin, tren peningkatan investasi emas akhir-akhir ini didorong berbagai faktor. Satu di antaranya berkat kemunculan beragam platform investasi digital.
"Milenial justru punya kesadaran yang tinggi untuk investasi. Data penjualan kita pembeli memang mulai dari umur 25 tahun. Itu paling banyak mungkin lebih dari 20%," kata Dede dikutip Beritasatu, Sabtu (5/11/2022).
Oleh karena itu, di tengah penguatan dolar AS, bisa jadi membuktikan keabsahan celoteh Kenny mengenai tuah emas: bahwa ia bisa mengubah segalanya!
Editor: Arif Gunawan Sulistiyono