tirto.id - Kementerian Sosial akan mengembangkan program pengembangan masyarakat atau komunitas adat terpencil. Pengembangan dilakukan usai merebaknya wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, beberapa bulan terakhir.
Menteri Sosial Idrus Marham berkata, kementeriannya sudah menyiapkan anggaran senilai Rp3 miliar untuk pengembangan masyarakat adat terpencil tiap tahun. Program itu dijalankan karena pemerintah sadar tak bisa terus melakukan relokasi terhadap masyarakat adat terpencil.
"Setelah kami lakukan kajian dan memperhatikan kondisi wilayah, maka yang bisa kita lakukan adalah bagaimana supaya di beberapa tempat kami konsentrasikan dalam rangka membangun komunitas adat terpencil," ujar Idrus di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat, Papua, telah memakan puluhan korban. Menurut klaim Idrus, ada 71 korban jiwa yang jatuh akibat wabah campak dan gizi buruk di sana.
Guna mengatasi KLB di Asmat, beberapa kementerian pun melakukan rapat koordinasi di bawah koordinasi Kemenko-PMK hari ini. Idrus berkata, rapat hari ini akan membahas persiapan perawatan, pembinaan, dan pengembangan masyarakat adat di daerah terpencil seperti Asmat.
"Ini tentu kami akan hitung kembali dan semua berangkat dari hasil rapat yang dikoordinasi, dipimpin Ibu Menko [Puan Maharani]. Nanti kami akan bahas masalah itu," ujarnya.
Membantu korban wabah campak dan gizi buruk di Asmat, bantuan berupa makanan siap saji dan obat-obatan sudah disalurkan pemerintah pusat. Kemensos, diakui Idrus, sudah mengirim bantuan seberat 3 ton berisi berbagai biskuit, makanan kecil, dan cepat saji.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko sebelumnya pernah mengungkap sebab meluasnya wabah campak dan gizi buruk di Asmat. Menurutnya, wabah meluas karena kebiasaan masyarakat setempat yang dianggap kurang peduli kesehatan.
Agar penanganan wabah gizi buruk dan campak berjalan efektif, Moeldoko menilai perlu ada edukasi intensif kepada warga agar peduli pada kesehatannya.
Fakta serupa juga diungkap Menteri Kesehatan Nila F Moeloek. Menurutnya, aspek kebersihan menjadi faktor utama penyebab timbulnya wabah gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat.
Nila mengungkap, banyak anak-anak di Asmat yang ditemukan menderita cacingan. Karena penyakit itu, ia mengklaim penuntasan gizi buruk serta campak di Asmat harus dilakukan menyeluruh.
"Kalau buang air gimana, ada cacing yang keluar. Ini mesti diselesaikan. Kalau pun dia dikasih makan tapi kalau enggak bagus [pola hidupnya] akan kembali seperti itu," kata Nila di Kantor Kemenkopolhukam, 19 Januari lalu.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Yuliana Ratnasari