Menuju konten utama

Kemenperin Sebut Angka Optimisme Pengusaha Menurun di Juli 2024

Kementerian Perindustrian mencatat salah satu penurunan optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya enam bulan karena faktor pelemahan rupiah.

Kemenperin Sebut Angka Optimisme Pengusaha Menurun di Juli 2024
Seorang pekerja melintas di samping koil baja untuk bahan dasar pipa baja di Pabrik PT BPI (Bakrie Pipe Industries) yang merupakan anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (25/1/2024). Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk pipa baja yang diproduksi PT BPI hampir mencapai 60 persen dan telah mengekspor produk pipa baja ke Australia, Amerika Serikat Kuwait dan Iran. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa.

tirto.id - Kementerian Perindustrian mencatat optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya enam bulan ke depan menurun di bulan Juli 2024 dibandingkan dengan Juni 2024. Hal tersebut berdasarkan temuan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Juli 2024.

Mereka mencatat angka optimisme sebesar 71,9 persen. Situasi ini tidak berubah dari terakhir kali angka optimisme pengusaha naik yang terekam pada Mei 2024 lalu. Kemudian, sebanyak 22,1 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama enam bulan mendatang. Angka ini meningkat 1,1 poin dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya.

Sementara itu, persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan sebesar 6,0 persen, atau kembali meningkat setelah terus menurun sejak bulan Desember tahun lalu.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, menjelaskan, ada beberapa alasan yang membuat pelaku industri pesimis, salah satunya karena pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Masalah itu yang mengerek biaya impor, terutama dari bahan baku.

"Kami mendapat laporan dari industrinya, kenapa pesimisme naik, karena dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Beberapa komponen motor itu impor, sehingga hal tersebut meningkatkan biaya pembelian komponen produksi untuk sepeda motor roda dua," ujar Febri di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (31/7/2024).

Secara umum, Febri mengatakan IKI berada pada angka 52,40 (ekspansi) pada Juli 2024. Angka tersebut menurun 0,10 poin dibandingkan dengan bulan Juni 2024 yang sebesar 52,50.

Kemudian, nilai IKI bulan ini juga melambat 0,91 poin dibandingkan dengan nilai IKI Juli tahun lalu yang sebesar 53,31.

"IKI pada juli 2024 bernilai 52,40, itu artinya melambat sebesar 0,10 poin dibandingkan IKI Juni 2024 yang sebesar 52,50," kata Febri.

Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, setidaknya 3 subsektor yang mengalami kontraksi, dengan kontribusi subsektor yang mengalami ekspansi terhadap Produk Domestik Bruto (PD) Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I-2024 sebesar 93,6 persen. Tiga subsektor yang kinerja industrinya anjlok pada Juli 2024 yakni industri tekstil, industri kertas dan barang dari kertas, serta industri mesin dan perlengkapan YTDL (yang tidak termasuk dalam lainnya).

Apabila dilihat dari variabel pembentuk IKI, pemerintah mencatat perlambatan nilai IKI variabel pesanan baru yaitu sebesar 1,82 poin sehingga nilai IKI pesanan baru mengalami pelambatan menjadi 52,92. Nilai IKI variabel persediaan produk mengalami peningkatan sebesar 0,48 poin menjadi 55,53.

Senada dengan nilai IKI variabel persediaan produk, nilai IKI variabel produksi juga mengalami peningkatan sebesar 2,45 poin, tetapi masih kontraksi tipis di 49,44 dari capaian Juni 2024.

Secara umum, kegiatan usaha industri pengolahan pada Juli 2024 meningkat 1,2 persen. Persentase responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil, dari 75,4 persen menjadi 76,6 persen.

Akan tetapi, kondisi kegiatan usaha ini lebih rendah dari kondisi bulan Juni tahun lalu yang mencapai 77,4 persen. Febri mengatakan, persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya membaik mengalami penurunan 0,7 persen ke angka 30,7 persen.

Baca juga artikel terkait DUNIA USAHA atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Andrian Pratama Taher