Menuju konten utama

Kemenkes Jelaskan Penyebab Kasus BA4-BA5 Banyak Ditemukan di DKI

Salah satunya, karena DKI Jakarta merupakan daerah aglomerasi dengan mobilitas penduduk yang tinggi.

Sejumlah penumpang KRL berjalan keluar dari Stasiun Sudirman, Jakarta, Jumat (24/9/2021). .ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

tirto.id - Juru Bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Mohammad Syahril menerangkan tiga alasan mengapa Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta paling banyak ditemukan kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Alasan pertama, beber dia, yaitu karena jumlah penduduk DKI Jakarta tergolong banyak. Mengutip dari laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2021 yaitu sebesar 10.609.681 orang.

“Karena jumlah penduduk yang banyak,” kata Syahril kepada Tirto, Selasa (28/6/2022).

Alasan kedua, ujar dia, yaitu surveilans di DKI Jakarta termasuk bagus. Yaitu dapat menemukan orang yang terpapar subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dengan upaya melakukan tes COVID-19 (testing) dan penelusuran kontak erat (tracing), serta dari tempat-tempat yang berisiko tinggi penularannya.

“Surveilans DKI baik, dengan tracing dan testing dari kontak erat pasien positif dan dari tempat-tempat yang risiko tinggi,” tutur Syahril.

Dia melanjutkan alasan terakhir atau ketiga yaitu, karena DKI Jakarta merupakan daerah aglomerasi dengan mobilitas penduduk yang tinggi.

“[Karena DKI Jakarta] daerah aglomerasi dengan mobilitas penduduk yang tinggi,” ujar Syahril.

Dia juga mengatakan bahwa sampai hari ini, Selasa (28/6/2022) total kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 masih sama seperti dua hari yang lalu atau tepatnya hari Minggu, (26/6/2022). Artinya tidak ada kenaikan kasus dari kedua subvarian Omicron ini.

“Masih sama, 388 kasus,” singkat Syahril.

Dengan total kasus tersebut mencapai hampir 400, dia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan jangan panik. Masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya melalui disiplin protokol kesehatan (prokes), melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta melakukan vaksinasi COVID-19 hingga dosis ketiga (booster).

“Tetap tenang jangan panik. Bersama tingkatkan kewaspadaan dengan disiplin proker, PHBS, dan tingkatkan vaksinasi termasuk booster,” imbau Syahril.

Sebelumnya, Kemenkes melaporkan hingga Minggu, 26 Juni 2022, total kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia ada 388. Terdiri dari 44 kasus BA.4 dan 344 kasus BA.5.

“Kasus BA.4 ditemukan paling banyak di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yaitu 37 kasus. Diikuti oleh Provinsi Banten 3 kasus serta Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Bali masing-masing 2 kasus,” kata Syahril kepada Tirto, Senin (27/6/2022).

Kemenkes juga membeberkan bahwa kasus BA.5 ditemukan paling banyak di DKI Jakarta yaitu sebanyak 271 kasus. Diikuti oleh Banten 22 kasus, Bali 13 kasus, Provinsi Jawa Timur (Jatim) 1 kasus, di Provinsi Jawa Barat (Jabar) juga ada. Sedangkan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) juga ditemukan yaitu sebanyak 10 kasus dan masih ada 2 kasus yang sedang diidentifikasi.

Kemudian dari 388 kasus ini, Kemenkes menuturkan ada 26 kasus BA.4 dan 222 kasus BA.5 yang ditemukan pada Warga Negara Indonesia (WNI) dan 2 kasus BA.4 dan 12 kasus pada Warga Negara Asing (WNA).

Baca juga artikel terkait SUBVARIAN OMICRON atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri