tirto.id - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengonfirmai COVID-19 subvarian Omicron EG.5.1 atau Eris telah ditemukan di Indonesia sejak beberapa bulan lalu.
Hal ini disampaikan Nadia merespons pemberitaan media soal varian Eris yang disebut menjadi biang kerok peningkatan kasus positif COVID-19 di Inggris.
“Walau sudah teridentifikasi (di Indonesia) tapi kita tidak perlu khawatir karena kalau kita lihat tidak ada apeningkatan kasus atau pun fatalitas,” kata Nadia dihubungi reporter Tirto, Selasa (8/8/2023).
Nadia menegaskan subvarian tersebut belum mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan tidak panik.
“Tetap waspada jaga kesehatan individu masing-masing. Kita juga terapkan surveilens di wilayah dan surveilens genomik,” sambung dia.
Hingga saat ini, varian Eris masih belum menjadi ancaman serius di Indonesia. Kendati demikian, Nadia menyarankan masyarakat tetap melengkapi vaksinasi COVID-19.
”Tidak ada peningkatan kasus ataupun fatalitas dari COVID-19 jadi tetap waspada dan jaga kesehatan dengan segera lengkapi vaksinasi yang saat ini masih gratis,” tambah Nadia.
Sementara itu, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan subvarian Eris terdeteksi di Indonesia sejak Maret 2023.
“Paling awal tercatat di Jakarta, di Indonesia dan itu di awal-awal maret dan ini akhirnya menyebar ke Asia, Eropa, dan Amerika. Dan saat ini sudah ada kurang lebih 36 negara,” kata Dicky kepada reporter Tirto.
Dicky mengamati subvarian Eris belum menghasilkan keparahan dan kematian yang siginifikan.
“Sejauh ini saya kira masyarakat tidak perlu panik, saya kira secara umum potensi untuk menjadi dominan iya, tapi menyebabkan dampak serius, saya belum melihat itu,” tambah Dicky.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan