tirto.id - Komandan Tim Pencarian SAR pesawat Lion Air JT610 Hendra Sudirman mengimbau keluarga korban agar tidak datang ke Posko Utama evakuasi yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Masyarakat atau keluarga korban silakan datang saja pusat krisis yang ada di Bandara Soekarno Hatta atau ke RS Polri [Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur] yang jelas sudah ada jenazah," tutur Hendra di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Kepala Kantor SAR DKI Jakarta ini pun meminta doa dari masyarakat agar proses evakuasi dan pencarian korban bisa berjalan dengan cepat dan lancar.
Berdasarkan informasi yang ia berikan, pada pencarian hari pertama timnya masih sebatas mengevakuasi bagian tubuh jenazah yang sudah mengapung di perairan.
Tidak menutup kemungkinan masih banyak jenazah yang terperangkap di dalam badan pesawat yang jatuh di sekitar perairan Karawang, Jawa Barat itu.
"Kemungkinan itu ada, tapi kami juga menunggu jika ada jenazah yang kembali mengapung," kata Hendra menambahkan.
Untuk pencarian badan pesawat sendiri diharapkan dapat dilakukan lebih cepat dengan penggunaan perangkat sonar dan geosurvei yang telah dikirimkan Senin malam.
Pada evaluasi hari pertama evakuasi, tim SAR mengaku masih terkendala dengan pemetaan bawah laut karena keterbatasan perangkat yang dimaksudkan tadi.
"Kalau sudah ditemukan, untuk mencari kotak hitam juga tidak terlalu sulit karena pasti tidak jauh dari badan pesawatnya," ujar Hendra.
Pesawat Lion Air jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” yang berada di sekitar Karawang, Jawa Barat setelah 13 menit mengudara.
Pada pukul 06.33 WIB, pesawat yang diperkirakan membawa total 189 penumpang dengan rincian 178 orang dewasa, 1 anak, 2 bayi infant, 8 kru pesawat itu kehilangan kontak. Ada satu teknisi yang juga turut dalam penerbangan ini untuk memastikan pesawat laik terbang.
Pesawat yang jatuh ini buatan 2018 dan baru dioperasikan Lion Air sejak 15 Agustus 2018 . Pesawat dinyatakan laik operasi.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan copilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri