Menuju konten utama

Kelangkaan LPG 3 Kg dan Rencana Distribusi Tertutup

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, rencana sistem distribusi tertutup yang akan diberlakukan tidak seharusnya menimbulkan kelangkaan LPG 3 kg di masyarakat.

Kelangkaan LPG 3 Kg dan Rencana Distribusi Tertutup
Warga menukarkan dan mengisi gas elpiji 3 kilogram pada operasi pasar di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (5/12/2017). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah.

tirto.id - PT Pertamina (Persero) membantah pengurangan jumlah LPG atau elpiji 3 kilogram yang disalurkan ke masyarakat. Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan penyaluran gas bersubsidi sepanjang Juli-November 2017 terus berada di kisaran 20,2 sampai 20,3 ribu metrik ton setiap harinya.

“Tidak benar ada isu pengurangan. Kadang-kadang dipelintir subsidi dikurangi. Malah Desember ini kami akan tingkatkan penyaluran 21 ribu metrik ton per hari,” kata Iskandar saat jumpa pers di kantornya, pada Jumat (8/12/2017).

Iskandar mengakui sejak awal bulan ini Pertamina sedang menghadapi lonjakan permintaan. Kendati demikian, Iskandar mengklaim peningkatan kebutuhan akan elpiji bersubsidi sifatnya sementara menjelang libur akhir tahun.

“Itu hanya kenaikan sesaat, sehingga kami tidak khawatir. Mereka hanya memenuhi kebutuhan tabung kosong saja untuk stok. Begitu dua sampai tiga tabungnya terisi, permintaan turun lagi,” kata Iskandar.

Iskandar mengakui peningkatan permintaan memang cukup mengagetkan. Lonjakan permintaan di tahun-tahun sebelumnya biasa terjadi pada tengah Desember hingga saat periode libur Natal dan Tahun Baru, bukan pada wal Desember.

Selain faktor permintaan, Iskandar berkata Pertamina juga menemukan indikasi kelangkaan elpiji 3 Kg bersubsidi dikarenakan penggunaan yang tidak sesuai peruntukan. Pertamina mengklaim menemukan elpiji 3 kg bersubsidi yang digunakan pengusaha rumah makan, binatu, genset, maupun rumah tangga tergolong mampu. Penyaluran yang tidak tepat sasaran ditengarai karena pemerintah masih menerapkan sistem distribusi terbuka.

Iskandar mengutarakan rencana, pemerintah mengubah sistem distribusi elpiji 3 kg menjadi tertutup pada 2018. Namun, alih-alih menimbulkan kesadaran bagi masyarakat, wacana pendistribusian elpiji bersubsidi secara tertutup justru membuat masyarakat panik dan cenderung memborong gas bersubsidi untuk persediaan di rumah. Akibatnya elpiji 3 kg menjadi langka di pasaran.

“Ini sempat memancing kepanikan konsumen masyarakat, sehingga membeli berlebihan dan mengisi dua sampai tiga stok tabung di rumah. Akhirnya masyarakat yang benar-benar membutuhkan sulit mendapatkan elpiji 3 kilogram,” kata Iskandar.

Iskandar juga sempat menyinggung rencana peluncuran Bright Gas berukuran 3 kilogram nonsubsidi. Ia tidak memungkiri anggapan kalau produk baru sengaja diluncurkan guna menggantikan tabung elpiji 3 kilogram bersubsidi yang rencananya akan didistribusikan secara tertutup pada 2018.

Sementara Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harya Adityawarman menilai rencana sistem distribusi tertutup tidak seharusnya menimbulkan kelangkaan di masyarakat. Harya mengatakan penerapan rencana itu masih memerlukan verifikasi data terhadap rumah tangga yang berhak menerima.

“Sistem itu masih kami rancang. Nanti ada 25,7 juta rumah tangga yang akan mendapatkan. Sistem validasi ada di Kementerian Sosial dengan istilah bantuan sosial,” kata Harya.

Hingga akhir November 2017, Pertamina mencatat realisasi penyaluran elpiji 3 kilogram bersubsidi telah mencapai 5,75 juta metrik ton. Adapun angka tersebut setara dengan 93 persen dari kuota yang ditetapkan pemerintah melalui APBNP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2017 yang sebesar 6,199 juta metrik ton.

Sampai akhir Desember 2017, penyaluran elpiji 3 kilogram bersubsidi diperkirakan lebih 1,6 persen di atas kuota APBNP 2017. Untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi sepanjang pekan ini, Pertamina mengklaim telah menyalurkan sekitar 590 ribu elpiji 3 kilogram bersubsidi.

Baca juga artikel terkait KELANGKAAN ELPIJI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Abdul Aziz