tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan bekerja sama untuk mengantisipasi dampak bencana kekeringan di Indonesia pada tahun ini.
Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo menjelaskan penanggulangan bencana kekeringan diprioritaskan untuk mencegah gagal panen di sektor pertanian.
"Karena dikhawatirkan ada kerugian kurang lebih Rp3 Triliun jika seluruh desa gagal panen," ujar Agus di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (22/7/2019).
"Kalau kita enggak panen padi, nanti kita harus impor lagi. Jadi itu salah satu strategi menanggulangi bencana kekeringan yang kita hadapi saat ini," tambah dia.
Selain padi, menurut Agus, bencana kekeringan juga mengancam sejumlah lahan pertanian palawija gagal panen. Sektor perkebunan juga menjadi perhatian BNPB.
"Tapi prioritasnya masih di situ [Pertanian]. Nanti kalau itu sudah oke, baru melebar ke perkebunan. Karena perkebunan biasanya pohonnya tinggi-tinggi dan akarnya dalam sampai bawah tanah. Jadi mereka [lebih] tahan dibanding padi atau palawija," ujar dia.
Oleh karena itu, BNPB kini berfokus untuk mencegah bencana kekeringan berdampak besar terhadap sektor pertanian. "Sekarang BNPB fokus mencegah, dibanding mengobati. Karena mencegah lebih efisien," kata Agus.
Agus menerangkan sejumlah provinsi yang wilayahnya terdampak kekeringan pada saat ini adalah Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom