Menuju konten utama

Penyebab Pembelian Beras di Ritel Modern Dibatasi & Alasannya

Kenapa pembelian beras di ritel dibatasi? Simak penyebab dan alasannya.

Penyebab Pembelian Beras di Ritel Modern Dibatasi & Alasannya
Sejumlah pengujung mengangkat beras program Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan (SPHP) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (19/2/2024). ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso/aww.

tirto.id - Pembelian beras di ritel modern dibatasi 5 kg hingga 10 kg per harinya. Masyarakat tidak bisa leluasa mendapatkan beras seperti biasanya sehingga menimbulkan banyaknya keluhan.

Saat ini, masyarakat hanya dapat membeli beras premium di toko ritel sebanyak 1 sampai 2 pack ukuran 5 kg saja per orang per hari. Dengan kata lain, maksimal beras yang bisa dibeli di toko ritel adalah sebanyak 10 kg per harinya.

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mengatakan, pemberlakuan pembatasan pembelian ini dilakukan guna untuk pemerataan distribusi beras. NFA menilai bahwa pembatasan ini cukup untuk kebutuhan satu keluarga per hari.

Kepala Kantor Cabang Bulog Cianjur Renato Horison menyatakan bahwa harga beras ditargetkan normal kembali pada Maret 2024 .

"Kami terus berupaya menekan harga beras agar tidak terus naik dan diharapkan pada Maret 2024 harganya sudah kembali normal," Ujar Renato yang dikutip pada Antara, Kamis, (22/2/2024).

Penyebab Pembelian Beras Dibatasi dan Fakta-Faktanya

Menanggapi adanya keluhan masyarakat, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), membuka suara bahwa ketersediaan beras premium memang terbatas di ritel modern. Mereka juga menambahkan penyebabnya adalah ketersediaan beras dari produsen menurun.

Salah satu penyebab melonjaknya harga beras karena adanya penurunan produksi beras yang dipicu perubahan iklim ekstrim di Indonesia sejak pertengahan 2023 hingga saat ini.

Oleh karena itu, banyak petani beras yang gagal panen sehingga menyebabkan produksi beras berkurang sementara kebutuhan terus meningkat.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo, mengungkapkan panen dalam negeri pada musim terakhir hanya menghasilkan beras kurang dari 1 juta ton, padahal kebutuhan beras di Indonesia bisa mencapai 2,5 - 2,6 juta ton.

"Karena dari panen lokal kemarin angkanya di bawah 1 juta ton, kebutuhan sebulan 2,5 juta ton - 2,6 juta ton. Jadi ini mesti clear," ucap Arief Selasa (27/2/2024) dikutip Antara.

Kelangkaan inilah yang memicu adanya kenaikan harga tinggi di pasaran. Menghadapi kondisi ini, pembatasan pembelian beras diberlakukan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menghindari pembeli yang akan menimbun beras.

Kemungkinan lain saat kondisi seperti ini adalah munculnya pembeli yang menjual kembali beras dengan harga yang tidak normal. Selain itu, ritel modern juga diharuskan mentaati aturan Harga Eceran Tertinggi (HET), sehingga harga beras di seluruh ritel modern disamaratakan.

Untuk diketahui, harga beras premium di ritel modern harus mengikuti HET sebesar Rp69.500 per 5 kg, sedangkan untuk harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog ditetapkan dengan HET Rp54 ribu per 5kg.

Ketentuan HET ini juga menjadi pemicu ritel modern memilih untuk tidak menjual beras premium. Pasalnya, harga modal untuk mengambil beras premium saat ini melebihi HET.

“Saya mengecek langsung di pasar ritel modern, memang suplai untuk (beras) premium harganya sudah naik, jadi sebagian ritel modern tidak ambil karena belinya sudah di atas HET,” kata Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, pada Senin (26/2/2024) dikutip Antara.

“Ini nggak ngambil, karena beras premium itu harganya tinggi, tadi ada Rp72.000 per 5 kg, ada yang Rp80.000 per 5 kg, sementara HET Rp69.500, ngambilnya ada Rp72.000, ada Rp75.000, maka ritel modern tidak menjual beras premium,” ucap Zulkifli.

Baca juga artikel terkait MAHALNYA HARGA BERAS 2024 atau tulisan lainnya dari Wulandari

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Wulandari
Penulis: Wulandari
Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya