tirto.id - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) meminta pemerintah memperbaiki kebijakan terkait penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri. Pasalnya, bahan baku masih mendominasi sekitar 75 persen nilai impor berdasarkan kategori barang.
Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta mengatakan pengereman impor bahan baku ini perlu dilakukan. Sebab dalam jangka panjang dapat menggerus devisa negara.
Bila hal itu dibiarkan, dia khawatir perekonomian nasional semakin rentan lantaran cadangan devisa negara terus menipis.
“Kalau kita ingin dapat devisa maka industrinya diarahkan untuk menghasilkan devisa,” ucap Arif dalam konferensi pers di kantor KEIN, Jakarta pada Jumat (17/5/2019).
“Ngapain pakai barang dari impor kalau bisa disediakan dalam negeri. Ini juga dalam rangka menghemat devisa,” tambah Arif.
Dia pun menyoroti industri makanan dan minuman (mamin) sebagai salah satu sektor pelanggan impor bahan baku. Salah satunya adalah gula.
Menurut Arif, kebiasaan Indonesia melakukan impor gula telah menghabiskan devisa negara hingga triliunan rupiah. Dia menambahkan, target revitalisasi pabrik-pabrik gula milik BUMN yang dipatok dalam rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN), belum terpenuhi. Sebaliknya, industri justru bergantung pada gula rafinasi impor.
“Kalau ingin menekan neraca perdagangan kita perlu dorong pengembangan budidaya tebu dan mungkin harus ada lahan yang perlu disediakan,” ucap Arif.
Menurut Arif, langkah Thailand dalam mengatasi persoalan bahan baku dapat ditiru. Misalnya, negara itu mengganti bahan baku gandum dengan beras untuk industri makanan dan minuman.
“Industri mie di sana berbasis padi-padian. Ini perlu dipikirkan apa kita terus mengandalkan terigu dan gandum?” Ujar Arif.
Sebagai negara yang rajin mengimpor gandum, kata Arif, Indonesia juga perlu memikirkan solusi serupa, termasuk untuk jenis bahan baku lainnya.
Hal yang sama, Arif melanjutkan, juga dapat diterapkan dalam pemanfaatan minyak sawit untuk bahan biodiesel. Dia berpendapat pelaksanaan program B20 secara maksimal bisa mengurangi impor bahan bakar untuk keperluan industri.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom