Menuju konten utama

Kasus Mercy vs Honda Beat: Misteri Pria Kekar Pengawal Bos Indaco

Tiga pria bertubuh kekar menjadi saksi kunci dalam "kasus Mercy maut" yang dikendarai Iwan Adranacus, pengusaha cat terkenal di Solo.

Kasus Mercy vs Honda Beat: Misteri Pria Kekar Pengawal Bos Indaco
Proses rekonstruksi kejadian Eko Prasetio, pengendara Honda Beat, yang ditabrak Mercy yang dikendarai Iwan Adranacus. FOTO/Istimewa

tirto.id - Dalam kasus kematian Eko Prasetio, Kepolisian Resor Kota Surakarta tak mengungkap secara gamblang peranan kolega sekaligus tiga bodyguard bos PT Indaco Warna Dunia, Iwan Adranacus. Padahal ketiganya memiliki andil dalam kasus dugaan tabrakan yang menewaskan Eko Prasetio di samping Markas Polresta Surakarta.

Semua saksi yang kami temui merujuk tiga pria kekar itu sebagai orang yang pertama kali cekcok dengan Eko Prasetio. Kejar-kejaran itu berujung fatal: Eko tewas pada 22 Agustus 2018 setelah ditabrak dari belakang oleh Iwan yang mengendarai Mercedes-Benz.

Namun, peran tiga orang ini hanya tertulis dalam berita acara pemeriksaan. Mereka tak dihadirkan saat rekonstruksi dugaan pembunuhan itu. Ketiganya juga lepas dari jeratan, meski satu dari tiga pria itu sempat terlihat menempeleng kepala Eko, yang kemudian menjadi penyulut korban mengacungkan jari tengah.

Semua saksi mata yang kami temui mengingat bahwa tiga pria yang mendampingi Iwan itu berperawakan kekar, lengannya penuh otot seperti binaragawan, dan tubuhnya tinggi. Tak ada yang berani mendekat ketika para pria kekar ini membubarkan warga yang mengejar Iwan.

Wong diusir dan dibubarke, kok,” kata seorang saksi yang ikut mengejar Iwan.

Enam orang warga, kebanyakan pengendara ojek online, yang mengejar Iwan langsung balik badan menuju lokasi kejadian tabrakan. “Mereka (tiga orang pria kekar) meminta kami bubar,” katanya.

Kejaran massa memang tak berhasil membuat Iwan diboyong ke kantor polisi. Namun, salah satu pengejar kemudian melaporkan kasus tabrakan ini kepada Komisaris Fadli, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Surakarta, yang kebetulan saat itu berada di ruangannya.

Fadli sempat keluar melihat peristiwa tabrakan dan kemudian bergegas mendatangi kediaman Iwan bersama tiga anggota Sabhara Polres Surakarta dengan menggunakan sepeda motor.

“Saya yang tangkap sendiri,” ujar Komisaris Fadli kepada Tirto, Senin pertama September lalu.

Fadli berkata, tiga pria kekar itu sempat menghalangi dirinya. Namun, mereka akhirnya keder ketika tahu Fadli adalah polisi. Iwan semula menolak, tapi turut ciut ketika Fadli memintanya bertanggung jawab. Iwan segera dibawa ke Mapolresta Surakarta untuk diperiksa.

“Saya beritahu, korbannya tewas. Pelaku kemudian mau ikut,” kata Fadli.

Belakangan, Fadli mencium aroma janggal dari kecelakaan yang terjadi di samping kantornya. Ia menilai kasus ini bukan kecelakaan biasa. Demi menguatkan dugaannya, Fadli memeriksa saksi-saksi secara maraton, juga berkali-kali menonton rekaman CCTV dari lokasi kejadian. Hasilnya, ia yakin Iwan sengaja menabrak Eko.

“Malamnya kami langsung menetapkan Iwan sebagai tersangka dugaan pembunuhan,” kata Fadli.

Siapa Tiga Pria Kekar Itu?

Tiga pria ini diketahui bernama Dionisius Ndale, Leo Mentairo, dan Nataliz Kraiz Dura. Sebenarnya, Polresta Surakarta turut menangkap tiga pria itu bersama Iwan Adranacus. Mereka datang lebih dulu. Baru setelahnya, Iwan menyusul ke dalam gedung Satuan Reserse Kriminal untuk dimintai keterangan.

Dalam salinan surat perkembangan hasil penyelidikan yang dipegang penasihat hukum Mega Bintang selaku kuasa hukum keluarga Eko Prasetio, ketiganya tercatat sebagai "teman Iwan." Mereka menjalani pemeriksaan selama 24 jam tapi kemudian dibebaskan karena disebut tak terlibat dalam dugaan pembunuhan yang dilakukan Iwan.

Padahal, jika bersandar pada hasil rekonstruksi yang dilakukan kepolisian pada 29 Agustus 2018, ketiganya diketahui ikut terlibat cekcok dengan Eko, tepat di depan Sasana Krida Warga Mangkubumen. Di lokasi ini, cekcok bermula karena Eko menganggap mobil Iwan menghalangi jalan.

Ketika cekcok makin sengit, Nataliz menempeleng Eko. Maria—bukan nama sebenarnya—salah satu saksi mata, mengingat orang yang menempeleng Eko adalah pria berbaju merah.

Saksi mata di Jalan MT Haryono juga menguatkan bahwa Nataliz adalah orang yang menampar Eko sebelum insiden penabrakan di Jalan KS Tubun. Nataliz terlihat mengejar Eko, lalu naik Mercy yang dikendarai Iwan, tepat di depan Patung Kuda, di ujung Jalan MT Haryono.

“Yang mengejar menggunakan baju warna merah,” kata Dwi, saksi mata lain saat ditemui Tirto, Rabu pertama September lalu.

Dalam rekonstruksi yang digelar Polresta Surakarta pada Rabu, 29 Agustus, Nataliz—sang pria berbaju merah itu—diketahui keluar dari pintu kanan Mercy. Sementara Dionisius Ndale dan Leo Mentairo menyusul keluar dari pintu sebelah kiri.

Setelah lampu lalu lintas menyala hijau, keduanya masuk ke mobil Iwan, sedangkan Nataliz mengejar Eko yang mengacungkan jari tengah.

Nataliz Kraiz Dura bukan nama baru di catatan kepolisian. Dalam penelusuranTirto, pada 2012, Nataliz sempat ditangkap Kepolisian Sektor Mangga Dua karena melakukan perusakan kantor polisi. Ia digelandang bersama enam pelaku lain.

Infografik HL Indepth Mercy Solo

Teman atau Bodyguard?

Salah seorang penyidik Polresta Surakarta mengatakan tiga pria berbadan kekar yang diperiksa dalam kasus dugaan pembunuhan Eko adalah "kolega Iwan" dari Nusa Tenggara Timur. Mereka datang dari Jakarta untuk menghadiri syukuran rumah baru Iwan di Jalan Menteri Supeno, Manahan. Di rumah baru itu pula Iwan ditangkap usai menabrak Eko.

Menurut penyidik, satu di antara tiga pria itu adalah teman SMP Iwan saat sekolah di NTT. Sementara dua orang lain adalah teman satu daerah Iwan, yang sama-sama dari Ende, Flores. Penyidik enggan menjelaskan kenapa tiga pria ini dilepaskan usai diperiksa.

“Bukankah satu di antara mereka ikut menempeleng kepala korban?” tanya Tirto kepada seorang penyidik.

“Yang pas di TKP pembunuhan kan (mereka) tidak tahu,” kata penyidik.

Menurut tetangga Iwan, pengusaha berpengaruh di Solo itu biasa didampingi bodyguard ketika berpergian. Tetangga mengenal mereka sebagai "penjaga Iwan". Mereka kerap nongkrong di angkringan di depan rumah baru Iwan.

“Badannya besar-besar, tapi mereka baik,” ujar Adi, salah satu tetangga Iwan.

Adi tak tahu nama-nama bodyguard yang biasa mendampingi Iwan. Ia hanya tahu bahwa mereka adalah penjaga Iwan. “Kalau lihat dari wajahnya sih, sepertinya orang-orang [dari] Timur,” kata Adi, merujuk Nusa Tenggara Timur, tempat Iwan lahir.

Pada awal kasus, Komisaris Fadli mengatakan tiga pria bertubuh kekar yang mengusir warga ketika mengejar Iwan memang bodyguard. Fadli mengatakan mereka dibebaskan dari kasus karena tak mengetahui bagaimana dan mengapa Iwan tega menabrak Eko dengan Mercy.

Meski begitu, Fadli kemudian meralat ucapannya. Ia mengatakan bahwa para pria bertubuh kekar itu adalah "teman Iwan", sebagaimana tercantum dalam berita acara pemeriksaan.

Sigit Sudibyanto, tim penasihat hukum keluarga Eko, menyayangkan penyidikan Polresta Surakarta yang melepaskan peran ketiga orang itu. Dia berencana membuat laporan baru gugatan pidana terhadap Dionisius Ndale, Leo Mentairo, dan Nataliz Kraiz Dura karena "mereka ikut jadi penyulut [penabrakan] dengan menempeleng Eko,” ujar Sigit.

Rencananya, dalam waktu dekat, tim penasihat hukum korban akan melaporkan dugaan keterlibatan tiga pria itu.

“Mungkin mereka bisa dijerat dengan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan,” ujar Sigit kepada Tirto. “Tunggu saja, drafnya masih saya buat.”

Baca juga artikel terkait KASUS MERCY MAUT DI SOLO atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Hukum
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nuran Wibisono