tirto.id - Kartu ucapan tahun baru bisa menjadi obyek riset ilmiah bagi para ahli sains. Para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), misalnya, membuat kartu ucapan tahun baru 2018 seukuran virus Polio. Pembuatan kartu ucapan tahun baru ini dengan teknologi "Dual-Beam Focused Ion Beam" (FIB).
Inovasi LIPI ini sepertinya hendak menandingi proyek National Physical Laboratory (NPL) di Inggris beberapa waktu lalu yang merilis kartu natal terkecil di dunia. Kartu tersebut berukuran 15x20 mikron, lebih kecil dari pada ukuran rambut manusia yang seukuran 50-80 mikron (1 mikron = 1/1.000.000m).
Sementara kartu ucapan tahun baru 2018 buatan para Pusat Penelitian (Puslit) Fisika di Laboratorium Focused Ion Beam (FIB) LIPI memiliki ukuran panjang tak jauh berbeda. Kartu itu hanya berukuran 25 mikrometer atau 0,025 milimeter. Dengan demikian, kartu ucapan ini setara dengan besar virus polio yang merupakan jenis virus berukuran terkecil.
Kartu ucapan itu berbentuk persegi panjang seperti plat kendaraan bermotor dengan tulisan "Selamat Tahun Baru 2018". Di bagian bawahnya tertulis "Laboratorium FIB P2F LIPI" dan terdapat logo LIPI di bagian kanan.
Proses pembuatan kartu ucapan ini menggunakan metode ukiran (engraving) di atas material wafer silikon dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari tembakan ion galium yang difokuskan.
Peneliti LIPI menggunakan teknologi alat Dual-Beam FIB dalam pembuatan kartu ini. Saat ini, teknologi Dual-Beam FIB yang dimiliki Puslit Fisika LIPI menjadi satu-satunya yang ada di Indonesia. Teknologi Dual-Beam FIB biasa diaplikasikan untuk kebutuhan di bidang "life science", industri semikonduktor, dan teknologi nano lainnya.
"Ini adalah salah satu itikad kami para peneliti untuk memperkenalkan teknologi terbaru yang Indonesia miliki kepada masyarakat luas,” kata Eni Sugiarti, Peneliti dan pakar karakterisasi nano material Puslit Fisika LIPI, dalam siaran pers lembaga ini, pada Minggu (31/12/2017)
Kepala Puslit Fisika LIPI, Rike Yudianti menambahkan akses terhadap fasilitas Dual-Beam FIB ini sebenarnya terbuka untuk masyarakat luas.
"Semua kalangan boleh memanfaatkannya. Kami bisa riset bersama nanti. Boleh dari kalangan mahasiswa, dosen, peneliti swasta, industri, bahkan kalangan pelajar, semua bisa memanfaatkan,” ujar dia.
Ia mengimbuhkan, “Tidak hanya FIB, alat lain yang kami punya seperti TEM, SEM, XRD, BET, FTIR, dan yang lain-lain juga bisa dimanfaatkan (masyarakat)."
Dia menjelaskan alat bernama Dual Beam FIB dilengkapi dengan 4 detektor yang terdiri dari Secondary Electron, Back Scattered Electron, Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan Electron Backscattered Diffraction (EBSD). Alat ini juga dilengkapi omniprobe in-situ pick up system.
Alat tersebut memiliki lima fungsi sekaligus karena dilengkapi sejumlah perlengkapan. Misalnya, ada empat detektor beserta teknologi Schottky Field Emitter Gun (FEG), Galium Liquid Metal Ion Source (GIS) dengan material carbon, serta Tungsten dan Platina.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom