tirto.id - Harga beras di Tanah Air terus meroket. Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengakui kondisi tersebut terjadi karena gagal panen yang terjadi di seluruh dunia.
Sebab itu, pemerintah mengucurkan bantuan pangan. Hal itu disampaikan Jokowi saat menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Bulog Purwomartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/1/2024).
“Kenapa bantuan beras ini kita berikan? Karena memang di seluruh dunia, di semua negara itu harga berasnya terkerek naik semuanya, naik. Karena apa? Panennya banyak yang gagal, panennya banyak yang puso," ujar Jokowi dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (30/1/2024).
Lebih lanjut, Jokowi menuturkan, kegagalan panen tersebut diakibatkan perubahan iklim. Hal tersebut menyebabkan 22 negara menghentikan kebijakan ekspor berasnya dan lebih memprioritaskan beras untuk kebutuhan di dalam negerinya.
"Oleh sebab itu, kita kesulitan untuk membeli beras di negara-negara lain karena beras mereka dipakai sendiri untuk rakyatnya," kata Jokowi.
Jokowi juga selalu menekankan kepada para petani agar meningkatkan produktivitas padi. Diharapkan suplai beras menjadi melimpah sehingga harga beras bisa ditekan lagi.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, membeberkan, situasi saat ini membuat petani lambat dalam masa tanam dan menyebabkan defisit produksi beras di Tanah Air. Dia menjelaskan kondisi tersebut yang membuat harga beras makin meroket.
“Situasi memang sedang dapat tekanan dari sisi produksi, sebagian petani kita terlambat tanamnya, baru mulai Januari mereka tanam,” kata Bayu saat ditemui awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Bayu menambahkan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan dalam periode Januari sampai dengan Februari, Indonesia mendapat tekanan defisit produksi beras sekitar 2,7 juta ton. Hal ini yang menyebabkan masa panen akan mundur.
“Nanti baru mulai ada panen agak besar bulan Maret. Jadi sekarang sedang terjadi defisit, makanya harganya naik,” ucap Bayu.
Tak hanya itu, Bayu menjelaskan, harga pupuk masih belum turun yang disebabkan oleh perang Ukraina-Rusia dan situasi global yang memanas. Tentu kondisi tersebut mempersulit rantai pasok.
“Gangguan dari rantai pasok karena ada situasi dengan laut merah ada Houthi, di sana membuat transportasi mutar. Tadinya lewat terusan Suez lebih pendek, sekarang jadi panjang,” kata dia.
Sebab itu, dia menjelaskan, pemerintah gencar memberi bantuan pangan dan intervensi melalui Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sederet langkah yang dilakukan demi menekan angka kenaikan harga beras yang kian melambung.
“Ini harus terus dilaksanakan paling tidak masyarakat punya alternatif, bisa mengurangi nantinya tekanan dari
kenaikan harga,” ujar dia.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin