Menuju konten utama

Jembatan Rusak di Bantargadung, Pelajar Sisir Sungai Walau Deras

Warga terpaksa menyusuri sungai karena jembatan roboh akibat diterjang luapan air sungai.

Jembatan Rusak di Bantargadung, Pelajar Sisir Sungai Walau Deras
Pemandangan Sungai Cigadung yang membelah Dusun Bantargadung Girang dan Dusun Kubang di Desa Bantargadung,Siang itu, Jum’at lalu (30/9/2022), foto/Rilis Dompet Dhuafa

tirto.id - Rusaknya jembatan di Sungai Cigadung, Desa Bantargadung yang membelah Dusun Bantargadung Girang dan Dusun Kubang rusak sejak Jumat, 30 September 2022. Akibatnya, warga, termasuk anak sekolah, harus melintas dengan cara menyusuri sungai, meskipun melalui jalan setapak yang terjal dan bebatuan licin.

Mereka terpaksa menyusuri sungai karena jembatan roboh akibat diterjang luapan air sungai, setelah hujan deras mengguyur wilayah Sukabumi pada pekan sebelumnya. Jembatan itu merupakan satu-satunya akses pintas yang biasa dipakai warga setempat, seperti berangkat sekolah, mencari nafkah, pergi mengaji, ke rumah sakit, hingga mengurus administrasi kependudukan.

“Mau gimana lagi? Terpaksa harus lewat bawah (sungai). Ada jalan lain, tapi kalau lewat jalan sana jauh banget, bisa 5 kilometer jalan kaki, jalanannya rusak, dan naik-turun. Kalau pakai ojek motor harus ongkos 25 ribu sekali jalan, pulang-pergi 50 ribu. Itu belum ongkos yang lain,” kata Mumuh (50), salah satu warga Dusun Kubang dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto.

Sehari-hari Mumuh yang bekerja sebagai pedagang ikan cue harus menjajakan dagangannya ke daerah Pasar Sukabumi setiap dua hari sekali. Biasanya dia berangkat pukul 4:00 pagi dan kembali pulang pukul 21:00 malam. Alhasil, dia harus tetap menyusuri sungai di waktu gelap.

Sungai Cigadung

Pemandangan Sungai Cigadung yang membelah Dusun Bantargadung Girang dan Dusun Kubang di Desa Bantargadung,Siang itu, Jum’at lalu (30/9/2022), foto/Rilis Dompet Dhuafa

“Sebelum jembatan rusak, waktu hujan itu airnya terus meluap. Sekolah anak-anak terpaksa diliburkan, yang mau berangkat jualan juga enggak bisa menyeberang karena arusnya deras. Hingga akhirnya banjir menerjang jembatan,” jelas Mumuh.

Ia juga bercerita, suatu hari ada pedagang ikan cue lain yang melewati jembatan menggunakan sepeda motor. Baru berjalan beberapa meter, motor si pedagang itu tersangkut di sela-sela papan jembatan yang bolong. Sementara dagangannya, ikan cue, yang sudah siap dijual, jatuh berhamburan ke sungai.

Beberapa kali warga mengupayakan perbaikan, mulai dari menambah tumpukan karung pasir untuk menahan longsoran tanah, hingga mengganti papan kayu menjadi bambu. Namun, sejak dibangun tahun 2017, kerusakan kali ini adalah yang paling parah.

Erwandi Saputra, salah satu Tim Recovery DMC (Disaster Management Center) Dompet Dhuafa, mengatakan, bagi masyarakat Desa Bantargadung, jembatan bukan hanya sekadar jalan, tapi juga penghubung ilmu pengetahuan, penghubung rezeki, dan penghubung kehidupan seluruh warga.

“Mereka sangat berharap, akses andalan untuk menyeberangi Sungai Cigadung ini bisa segera berdiri lebih kokoh lagi. Semoga dengan kebaikan kita bersama, juga mampu menyambung kembali asa warga Dusun Girang dan Dusun Kubang,” kata Erwandi, pasca-assesment jembatan di Desa Bantargadung.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: pers rilis
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya