tirto.id - Jemaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), merayakan Idulfitri 1440 Hijriah pada Selasa (4/6/2019), sesuai dengan perhitungan atau rukyat dengan melihat kemunculan bulan dalam menentukan 1 Syawal 1439 Hijriah.
"Pelaksanaan shalat Ied hari ini berdasarkan rukyat dan hisab serta didasarkan pada ayat-ayat Alquran dan hadis," kata salah seorang tokoh Naqsabandiyah, H Sayid Afandi, yang ditemui usai melaksanakan salat Ied di Masjid Riadul Khair, Lingkungan Kebon Lauk, Pagutan, Mataram, Selasa.
Berdasarkan pemantauan, ratusan jemaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah, terdiri atas orang dewasa dan anak-anak memadati ruangan hingga halaman masjid.
Mereka tampak khusyuk melaksanakan salat dua rakaat. Setelah itu mendengarkan khatib menyampaikan ceramah tentang Idulfitri. Selanjutnya mereka bersalam-salaman sebagai tanda saling memaafkan atas segala kesalahan.
Sayid menegaskan pihaknya merayakan Idulfitri 1440 Hijriah lebih awal, bukan berarti tidak mematuhi pemerintah yang telah menetapkan Lebaran pada 5 Juni 2019.
"Kami tetap mengikuti pemerintah sebagai pemimpin agama yang telah menetapkan Idulfitri 1440 Hijriah, tetapi mempersilakan jemaah lainnya melaksanakan salat Ied sesuai perhitungannya," ucap Sayid.
Ia juga sangat mengapresiasi pemerintah yang sudah bijak terhadap perbedaan waktu merayakan Idul Fitri, sehingga situasi tetap harmonis.
"Kami berharap perbedaan penetapan 1 Syawal tersebut tidak menyebabkan perdebatan dan perpecahan, namun harus saling menghargai," katanya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Mataram, Burhanul Islam, mengakui memang sering terjadi perbedaan antara pemerintah dengan jemaah Tarekat Naqsabandiyah terkait penetapan awal bulan Ramadan dan 1 Syawal.
"Namun perbedaan tersebut tidak terlalu dibesar-besarkan sehingga tidak pernah ada gejolak dan masyarakat umum memaklumi dan bisa memaknai perbedaan," katanya.
Hasil Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) telah resmi diumumkan. Hari Raya Idul Fitri 1440 H dinyatakan jatuh pada Rabu, 5 Juni 2019. Keputusan itu berdasarkan hasil pemantauan hilal di 105 titik di 34 provinsi Indonesia.
Hasil pemantauan menyimpulkan hilal berada di bawah ufuk. Dengan begitu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bulan Ramadan digenapkan 30 hari sehingga Idulfitri jatuh pada Rabu, 5 Juni.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Maya Saputri