Menuju konten utama
Riset Kesehatan

Jahe Jadi Obat Baru Sindrom Metabolik, Menurut Riset UI Terbaru

Jahe sebagai obat baru kelainan atau sindrom metabolik (MetS), berdasarkan hasil riset terbaru Doktor Biomedik UI. Selengkapnya simak di bawah ini.

Jahe Jadi Obat Baru Sindrom Metabolik, Menurut Riset UI Terbaru
Dr. dr. Shirly Gunawan, Sp.FK. (FOTO/Rilis UI)

tirto.id -

Jahe yang dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan diyakini bisa menjadi obat baru untuk mengobati kelainan metabolik.

Demikian hasil pengembangan penelitian terbaru mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Shirly Gunawan mengenai efek kandungan senyawa pada jahe sebagai bahan alam dalam pengobatan Sindrom Metabolik (MetS).

Jahe sendiri selama ini terkenal sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai keunggulan, di antaranya sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiobesitas, antidiabetes, antimikroba, antikanker, neuroproteksi, proteksi kardiovaskuler, dan proteksi terhadap gangguan saluran napas.

MetS adalah sekumpulan gangguan metabolik yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2).

Ada lima kondisi MetS yang bisa dialami, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), abnormalitas kadar lemak dalam darah (dislipidemia), kadar trigliserida tinggi (hipertrigliseridemia), kadar gula darah tinggi (hiperglikemia), dan obesitas dengan penumpukan lemak di perut. Seorang penderita MetS setidaknya mengalami tiga dari lima kondisi tersebut.

Shirly mengatakan, prevalensi MetS secara global kian meningkat.

Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), dari 35% populasi dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 50–60% mengalami MetS. Di Cina, MetS dialami oleh sekitar 58,1% dari populasi berusia >60 tahun.

Sementara itu, di Indonesia, prevalensi MetS mencapai angka 23%. Sayangnya, tingginya angka prevalensi MetS tidak diimbangi dengan pengobatan yang adekuat.

“Hingga saat ini, belum ada obat tunggal untuk mengatasi MetS. Pada umumnya, pasien dengan MetS mendapat pengobatan yang bersifat polifarmasi (penggunaan beberapa obat secara bersamaan) sehingga memengaruhi kepatuhan (compliance) pasien dalam berobat," ujar melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (5/7/2023).

Hal inilah, lanjutnya, yang kemudian mendorongnya untuk menganalisis efek modulasi salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam jahe.

"Senyawa aktif yang terkandung dalam jahe, yaitu 6-gingerol, terhadap MetS dengan fokus pada jalur endoplasmic reticulum stress atau ER stress," jelas Shirly.

Jahe Obat Baru Kelainan Metabolik

Dr. dr. Shirly Gunawan, Sp.FK. (FOTO/Rilis UI)

Dia menilai, jalur ER stress berperan penting terhadap terjadinya MetS. ER stress adalah kondisi akumulasi unfolded atau misfolded protein pada lumen retikulum endoplasma (RE).

Kondisi ini akan mengaktivasi jalur sinyal Unfolded Protein Response (UPR) dengan target utama pada organ hati, jaringan lemak, usus, dan otot rangka. UPR mampu meredakan ER stress, menjaga keseimbangan RE, serta meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan sel.

Apabila sel dapat menghadapi ER stress, ia akan bertahan hidup. Sebaliknya, jika sel tidak mampu mengatasi ER stress, akan terjadi disfungsi dan kematian sel, sehingga terjadi kelainan metabolik, seperti DMT2, dislipidemia, dan obesitas.

Penelitian yang dilakukan Shirly menggunakan model tikus jantan Sprague-Dawley dengan memberikan 6-gingerol pada 5 kelompok tikus selama 8 minggu.

Pemberian 6-gingerol dosis 100–200 mg/kg/hari menunjukkan adanya kemampuan modulasi jalur ER stress pada model tikus MetS.

Senyawa ini dapat mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah puasa, dan memperbaiki resistensi insulin. Dengan demikian, 6-gingerol berpotensi menjadi kandidat obat baru untuk kelainan metabolik.

Hasil penelitiannya kemudian ditulis dalam disertasi berjudul “Efek Modulasi 6-gingerol pada Model Tikus Sindrom Metabolik: Fokus pada Jalur Endoplasmic Reticulum Stress” dan ini pula yang membawa Shirly meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI dengan IPK cumlaude 3,99.

Jahe Obat Baru Kelainan Metabolik

Jahe sebagai obat baru kelainan metabolik, hasil riset Doktor Biomedik Universitas Indonesia (UI). (FOTO/Rilis UI)

Sidang doktoral tersebut diketuai oleh Dekan FKUI, Prof. Ari Fahrial Syam, dengan tim penguji yang terdiri atas Dr. Melva Louisa, Dr. Puspita Eka Wuyung, Dr. Tri Juli Edi Tarigan, dan penguji tamu dari Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Dr. Iskandar R. Budianto.

Prof. Erni Hernawati Purwaningsih, selaku promotor beserta dr. Vivian Soetikno dan Prof Frans Ferdinal, selaku kopromotor berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya, khususnya terkait uji klinis 6-gingerol sebagai kandungan obat pada sindrom metabolik.

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk mengurangi polifarmasi dan meningkatkan kepatuhan pasien dengan sindrom tersebut.

Baca juga artikel terkait JAHE

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya