tirto.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian berencana untuk mengembangkan padi hibrida. Pasalnya, padi hibrida diklaim akan menghasilkan panen hingga 20 persen lebih banyak dan cocok untuk ditanam di negara tropis seperti Indonesia.
Hal itu juga sesuai dengan visi pemerintah untuk meningkatkan produksi padi dalam negeri, membuka peluang ekspor, dan mendukung swasembada beras.
"Untuk padi kita akan mengembangkan potensi-potensi hibrida ke depan. Oleh karena itu momentum simposium ini penting untuk Indonesia melihat perkembangan penelitian di bidang padi hibrida dan membuka diri untuk bekerja sama peneliti yang bergerak di bidang padi," kata Kapala Badan Litbang Pertanian Kementan Muhammad Syakir di Yogyakarta, Selasa (27/2/2018).
Syakir menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan International Hybrid Rice Symposium 2018 yang diselenggarakan di Hotel Alana Yogyakarta. Simposium digelar untuk merumuskan solusi terhadap tantangan adopsi padi hibrida di Asia Tenggara di tengah ancaman perubahan iklim global.
Syakir berharap simposium ini menjadi peluang untuk mengedukasi publik mengenai prospek investasi teknologi padi hibrida, mengingat visi pemerintah untuk meningkatkan produksi padi dalam negeri.
"Ada peluang bagi sektor pemerintah dan swasta Indonesia untuk bermitra dengan lembaga penelitian untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Peluang ini sangat ditanamkan dalam simposium ini dan kami mendorong lebih banyak partisipasi dari pemangku kepentingan terkait," ujar Syakir.
Padi hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi dari kedua tetua tersebut.
Dengan menggunakan padi hibrida, hasil panen akan lebih tinggi daripada hasil padi unggul biasa. Selain itu, padi jenis ini juga lebih kompetitif terhadap hama.
Sayangnya, harga benih hibrida di Indonesia masih mahal dan petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya.
"Kami kerja sama dengan negara-negara yang sudah maju hibridanya untuk menghasilkan inovasi teknologi, varietas unggul. Bukan hanya padi, kami terbuka juga untuk jagung, kedelai, dan tanaman lain," kata Syakir.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra