tirto.id - Kelangkaan dan kenaikan harga beras menjadi isu yang menyita perhatian masyarakat dalam kurun beberapa bulan terakhir. Pasalnya, harga beras menyentuh harga yang dinilai tertinggi sepanjang sejarah di bulan Maret. Harga beras menyentuh Rp14.000 per kilogram untuk beras medium dan sempat menyentuh Rp18.000 untuk beras premium.
Selain mengalami kenaikan harga yang signifikan, berdasarkan penelusuran Tirto dan wawancara dengan warga di sejumlah daerah, ketersediaan beras juga mengalami kelangkaan di beberapa daerah.
Di tengah isu kelangkaan dan kenaikan harga beras yang tengah menjadi perhatian masyarakat, beredar di media sosial sebuah unggahan video dengan narasi bahwa penyebab kelangkaan dan kenaikan harga beras saat ini adalah karena pemerintah mengekspor 2,5 juta ton beras ke China.
Video dengan narasi tersebut diunggah oleh sejumlah akun Facebook, di antaranya “Ferman H Haruna”,“Al Fatih Ibrahim Wan”,“Satria Tria”, “Msantosa Aljogjawy”,“Fikri Ansyah”,“Wiajeng Nia”, “Ef DT”, “Hilal Al Faruq”,“Ba Jank”, “Rini Bundanya Balqis”,“Ocha Budiman” dan “Maghfira Shazfa” pada periode Rabu (28/2/2024) hingga Senin (4/3/2024).
“Loh loh loh ga bahaya ta ? Rakyat disuruh makan singkong sama talas Krn beras langka Lah malah mau ekspor 2,5 juta ton ke cina. Ok lanjutkan lah pak krn banyak tuh yg minta dilanjutkan. Banyak yg menolak perubahan. Mereka lebih milih melanjutkan. Seperti kata emak2 di sekitaran tempat tinggal kami jika ada yg mengeluh apa2 mahal jawabnya jogetin aja say...Hahahahaha,” tulis salah satu akun tersebut.
Sementara, berikut teks yang tertera dalam video:
“Astaghfirullah hal'Azim Indonesia kirim beras ke china 2,5 juta ton, sementara kita lagi langka beras mala disuruh makan singkong keladi dan sukun Ya ALLAH, ternyata rakyat prank lagi..!!!” tulis keterangan teks dalam video tersebut
Sepanjang Rabu (28/2/2024) hingga Jumat (22/3/2024) atau selama 23 hari tersebar di Facebook, salah satu unggahan tersebut telah memperoleh satu tanda suka, dua komentar dan 110 tayangan.
Lantas, benarkah informasi yang menyebutkan bahwa alasan kelangkaan dan kenaikan harga beras adalah karena pemerintah mengekspor 2,5 juta ton beras ke China?
Penelusuran Fakta
Pertama-tama, Tim Riset Tirto melakukan penelusuran dengan menonton video yang disertakan dalam unggahan secara utuh dari awal hingga akhir.
Melalui keterangan dalam video, kami mengetahui bahwa seseorang yang berbicara di video tersebut adalah anggota DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan (PDIP). Dalam video tersebut, ia menyinggung soal rencana ekspor beras sebanyak 2,5 juta ton ke China yang akan dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Kemudian untuk mengetahui konteks video tersebut secara utuh, kami memasukkan kata kunci “Anggota DPR Sebut Kementan Ekspor Beras ke China 2 Juta Ton” ke platform pencarian video Youtube.
Hasilnya, kami menemukan video identik yang diunggah oleh kanal resmi DPR-RI berjudul “ANGGOTA DEWAN DONGKOL INFO INTERNAL KEMENTAN TAK SINKRON DAN INGIN EKSPOR BERAS KE CHINA” yang diunggah pada Jumat (1/7/2022).
Berdasarkan informasi dalam video tersebut, kami mengetahui bahwa seseorang yang sedang berbicara dalam video adalah Sudin, anggota Fraksi PDIP DPR-RI yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPR-RI.
Dalam video tersebut, Sudin nampak mengkritik soal tidak sinkronnya data di internal Kementan soal rencana ekspor beras sebanyak 2,5 juta ton ke China oleh instansi tersebut pada tahun 2022 lalu.
“Engga, menteri anda ngomong, apa baca gak berita? Indonesia akan ekspor beras ke China 2 juta ton betul kan? Tadi anda ngomong permintaan 2,5 terus anda ngomong barusan 2 juta, Kementerian Pertanian merilis di media akan mengekspor beras ke China 2 juta ton," kata Sudin dalam video tersebut.
Sebagai konteks, pada tahun 2022 lalu, Menteri Pertanian saat itu, Syahrul Yasin Limpo, memang menyebut Indonesia menerima permintaan ekspor beras dari tiga negara yaitu China, Brunei Darussalam, dan Arab Saudi.
Dikutip dari Antara, Syahrul mengatakan, China mengajukan permintaan impor beras sebesar 2,4 juta ton/tahun ke Indonesia, Brunei Darussalam 100.000 ton/tahun, dan Arab Saudi sebesar 1.500 ton/tahun.
Meski demikian, pemerintah tak serta merta menyanggupi permintaan tersebut dan hanya menyanggupi ekspor sebesar 100.000 ton/tahun karena ingin tetap mengamankan kebutuhan pangan dalam negeri.
"Bapak Presiden dari permintaan banyak negara hanya setuju 100.000 ton, tapi sebetulnya kami punya overstock di atas 7 juta ton. Kami tidak mau ekspor tapi kebobolan, harapannya tidak ada masalah," kata Syahrul, Rabu (22/6/2022) dikutip dari Antara.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga telah membantah narasi dalam video unggahan yang menyebutkan bahwa alasan kelangkaan dan kenaikan harga beras adalah karena pemerintah mengekspor 2,5 juta ton beras ke China. Kominfo sendiri mengkategorikan unggahan tersebut sebagai hoaks.
Terkait permasalahan kelangkaan dan kenaikan harga beras, pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo sendiri, sebut penyebab utama dari masalah kelangkaan dan kenaikan harga beras saat ini adalah faktor alam seperti perubahan cuaca ekstrem dan El Nino.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, tidak ditemukan keterangan resmi yang membenarkan narasi bahwa alasan kelangkaan dan kenaikan harga beras adalah karena pemerintah mengekspor 2,5 juta ton beras ke China.
Video yang disertakan dalam unggahan tidak terkait dengan kondisi kelangkaan dan kenaikan harga beras saat ini.
Jadi, informasi yang menyebutkan bahwa alasan kelangkaan dan kenaikan harga beras adalah karena pemerintah mengekspor 2,5 juta ton beras ke China bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading)
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty