tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah 19,08 poin atau 0,32 persen ke posisi 5.920,97 poin pada perdagangan Senin (3/2/2020) pagi. Sementara, indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan juga bergerak turun sebesar 5,58 poin atau 0,58 persen ke posisi 956,39 poin.
Merosotnya IHSG pada perdagangan Senin pagi ini masih dibayangi oleh kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus korona. Selebihnya, data dari dalam negeri pada pekan ini menjadi penahan agar IHSG tidak turun lebih jauh ke zona merah seperti dikatakan Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Senin (3/2/2020) dilansir dari Antara.
Diprediksikan oleh Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, IHSG pekan ini masih terdepresi di bawah 6.000 akibat sentimen wabah virus korona yang masih belum ditangani dengan baik.
“Virus korona akan menjadi berita utama yang diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi global dan Cina, tetapi kami berharap ada rebound IHSG akibat IHSG berada di support 5.939. Tetapi, melihat tekanan indeks global akibat wabah virus korona yang menyebar dengan cepat, IHSG sangat mungkin turun kembali pada pekan ini,”ujar Hans Kwee di Jakarta, Minggu (2/2/2020) dikutip dari Antara.
Saham di Negara Lain
Saham-saham di Jepang dibuka melemah pada pembukaan perdagangan Senin (3/2/2020) pagi waktu setempat. Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) jatuh 357,53 poin atau 1,54 persen ke posisi 22.874,65 poin dilansir dari Antara.
Kemerosotan pada perdagangan saham Jepang ini seiring dengan turunnya Wall Street pada akhir pekan lalu. Data ekonomi Amerika Serikat gagal mengesankan di tengah hasil laba perusahaan yang beragam.
Hal yang sama juga terjadi di Bursa Efek Hong Kong pada pembukaan perdagangan Senin (3/2/2020) pagi waktu setempat. Indeks Hang Seng yang dibuka melemah 0,47 persen atau 123,02 poin menjadi diperdagangkan pada 26.189,61 poin dilansir dari Antara.
Indeks Komposit Shanghai juga merosot 8,73 persen menjadi diperdagangkan pada 2.716,70 poin pada pembukaan perdagangan Senin (3/1/2020). Dilansir dari Antara, mayoritas saham-saham di Cina dibuka turun tajam setelah libur panjang Tahun Baru Imlek akibat sentimen wabah virus korona yang masih terjadi.
Saham-saham Cina pada sektor pariwisata, perjalanan, dan perhotelan diperkirakan akan menjadi beban penjualan. Paslanya, pemerintah Cina telah menghentikan perjalanan domestik untuk memperlambat penyebaran virus korona tersebut.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora