Menuju konten utama

IDAI Masih Selidiki Penyebab Suspek Hepatitis Akut di Indonesia

IDAI masih melakukan investigasi penyebab kasus suspek atau dugaan hepatitis akut misterius pada anak di Indonesia.

IDAI Masih Selidiki Penyebab Suspek Hepatitis Akut di Indonesia
Ilustrasi Hepatitis. foto/Istockphoto

tirto.id - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso mengumumkan saat ini IDAI bekerja sama dengan Kemenkes menginvestigasi penyebab kasus suspek (dugaan) hepatitis akut misterius di Indonesia.

Dia juga mengimbau agar orang tua jangan panik dengan berkembangnya penyakit yang menyerang anak-anak ini.

“Saya kira kita sama-sama prihatin dengan kondisi yang ada ya, namun kami dari IDAI tetap mengimbau supaya orang tua juga jangan panik ya. Dan rekan-rekan media juga jangan bikin panik massal ya, karena itu nanti enggak bagus juga buat masyarakat kita ya,” ucap Piprim dalam media briefing bertajuk “Serba-Serbi Penyakit Anak PascaLebaran”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube IDAI_TV pada Selasa (10/5/2022).

“Yang penting adalah karena kita sekarang ini terutama dari IDAI, kerja sama juga dengan Kemenkes dan berbagai pihak, ini sedang terus melakukan investigasi ya penyebabnya seperti apa. Dan juga kita terus melakukan surveilans, kewaspadaan diri ya,” tambah dia.

Piprim menuturkan, mereka dengan para ketua IDAI cabang se-Indonesia tiap hari Senin mengadakan rapat koordinasi. Pada rapat terakhir per Senin (9/5/2022), dari berbagai daerah belum banyak melaporkan kasus suspek hepatitis akut misterius ini.

“Dan pada rapat terakhir Senin kemarin, itu dari berbagai daerah belum banyak melaporkan ya, baru yang dari Tulungagung sama dari Sumatera Barat. Tapi itu pun kan kasusnya belum masuk kriteria probable pun belum ya, karena belum memenuhi persyaratan-persyaratan. Jadi masih dalam penyelidikan,” terang dia.

Oleh karena itu, lanjut Piprim, langkah-langkah yang mereka lakukan untuk mencegah penularan hepatitis akut misterius ini adalah dengan mengedukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini agar semua dapat meneruskan protokol kesehatan (prokes) seperti selama pandemi COVID-19.

“Selama pandemi ini kita sudah belajar bagaimana mengatasi penularan melalui saluran pernapasan ya. Melalui masker, jaga jarak, cuci tangan, dan seterusnya,” kata dia.

Kemudian, lebih lanjut Piprim, mereka mengedukasi bagaimana cara menghindari penularan lewat saluran pencernaan. Contohnya, dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang matang serta menghindari dari pencemaran terhadap makanan dan minuman.

“Dan juga kami dari IDAI meningkatkan surveilans kewaspadaan ini untuk para anggota IDAI di mana saja di Indonesia ya. Untuk mewaspadai dan melakukan rujukan dengan segera apabila ditemukan pasien-pasien yang memenuhi kriteria ya,” sambung dia.

Piprim menerangkan bahwa gejala hepatitis akut misterius itu ada penyakit kuning dan buang air besar (BAB) berwarna pucat. Jika itu ditemukan, bisa dilakukan pemeriksaan uji fungsi hati yakni dengan mengecek serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT).

“Jadi, sampai tahap ini kami bersama Kemenkes masih terus menantikan hasil investigasinya. Tapi yang penting adalah kita melakukan surveilans kewaspadaan diri agar supaya kasus-kasus itu bisa terjaring sedini mungkin ya,” tutur dia.

“Jangan sampai sudah terlambat, sudah full blown hepatitis akut yang berat, baru dirujuk ke rumah sakit. Tentu ini nanti hasilnya tidak maksimal,” imbuh Piprim.

Di sisi lain, Kemenkes mengatakan sampai saat ini kasus suspek atau diduga terkena hepatitis akut misterius, angkanya masih 15 anak. Meski begitu, ternyata kasus tersebut mayoritas ditemukan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu sebanyak 11 kasus.

“Masih di angka suspek 15 ya. [Kasus paling banyak] di DKI Jakarta ya, ada 11 kasus,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi kepada Tirto, sore ini.

Dia menuturkan bahwa selain ditemukan di DKI Jakarta, 4 kasus lainnya masing-masing sebanyak 1 kasus ada di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), serta Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Dari kelima belas anak itu, terdapat 12 orang yang berusia 1-16 tahun dan 3 orang berusia 17-20 tahun.

Baca juga artikel terkait HEPATITIS AKUT atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri