tirto.id - Ratna Sarumpaet telah mengaku membuat berita bohong tentang penganiayaan terhadap dirinya. Hoaks itu dia produksi dan sebarkan dalam tahap masa kampanye Pemilu 2019. Hingga saat ini Ratna menjabat sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.
“Kali ini saya pencipta hoaks terbaik ternyata, menghebohkan sebuah negeri," ungkap Ratna di kediamannya, Jalan Kampung Melayu Kecil V Nomor 24, RT04 RW05, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018). Padahal bukan pertama kalinya Ratna menjadi biang hoaks.
Anggota Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menegaskan, Ratna telah mengingkari perjanjian kampanye Pemilu damai. Padahal pakta integritas Pemilu damai, aman, berintegritas, tanpa hoaks, tanpa politisasi SARA, dan tanpa money politik itu baru ditandatangani 11 hari yang lalu.
"Ini mencederai kampanye damai. Komitmen untuk menjaga Pemilu damai, harus dipastikan bukan hanya pekerjaan elite, namun juga bagian pekerjaan tim pemenangan bawahnya," kata Titi saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (3/10/2018).
Titi menuturkan, dalam kasus Ratna, penyebaran kabar bohong ternyata tidak mengenal status sosial, latar belakang pendidikan, maupun jabatan politik. Elit partai seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, hingga Fadli Zon turut mengembangkan hoaks tersebut. Sebab menurut Titi, hoaks Ratna menguntungkan secara elektoral bagi Prabowo-Sandiaga.
"Agar tetap konsisten dengan kampanye damai, harusnya semua pihak jangan mudah terprovokasi menyebar informasi yang belum terverifikasi, apalagi yang bisa menguntungkan secara elektoral," katanya.
Hoaks yang diciptakan Ratna akan terus diingat publik dan dijadikan senjata untuk memojokkan Prabowo. Hal ini karena menurut Direktur Populi Center Usep S. Ahyar hoaks ciptaan Ratna akan dinilai sebagai kegagalan strategi kampanye yang terus dikenang sehingga berdampak pada elektabilitas Prabowo-Sandiaga.
"Ini kan kelihatan yang sebelah itu seperti kehilangan kehabisan gagasan, kehabisan ide untuk mengkampanyekan pasangan calonnya itu, sehingga harus memakai hal-hal yang seperti itu," kata Usep.
Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Ahmad Rofiq pun berpandangan serupa. Ia menilai Ratna telah mengkhianati perjanjian Pemilu damai.
"Ini sudah melanggar dan ini menghalalkan segala cara untuk pemenangan. Sangat tidak etis. Ini bagian dari keprihatinan besar yang tidak perlu terulang karena sangat memalukan," katanya kepada reporter Tirto.
Rofiq mengatakan, TKN Jokowi-Ma’ruf akan segera membahas masalah Ratna. Mereka akan mempertimbangkan membawa kasus Ratna ke ranah hukum atau tidak.
Jubir TKN Jokowi-Ma’ruf yang lainnya, Johnny G. Plate menegaskan Ratna bukan hanya melanggar perjanjian Pemilu damai. Namun juga telah merusak demokrasi di Indonesia.
Prabowo Minta Polisi Proses Hukum Ratna
Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Ferry Juliantono membantah pihaknya terlibat merancang skenario hoaks yang dijalankan Ratna. Dia mengungkapkan bahwa dukungan kepada Ratna murni karena rasa solidaritas semata.
"Karena solidaritas. Kami juga anti kekerasan, apalagi Bu Ratna perempuan. Jadi kalau itu yang kemarin disampaikan itu benar, kami harus mengutuk," katanya saat dihubungi reporter Tirto.
Ferry juga mengatakan bahwa tim BPN akan mengevaluasi Ratna. “Ya tentu ini akan ada evaluasi dan akan diberikan sanksi," katanya.
Sedangkan capres nomor urut 2 dalam Pilpres 2019, Prabowo Subianto tegas meminta pihak kepolisian segera memproses hukum Ratna. Prabowo merasa dibohongi Ratna dan memastikan tidak akan menolerir kebohongan di tim kampanyenya.
"Kami persilakan aparat kepolisian, jika ada proses hukum, beliau harus bertanggungjawab," ujar Prabowo saat menggelar konferensi pers di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dieqy Hasbi Widhana