tirto.id - Harga komoditas pangan terus meroket menjelang Natal dan Tahun Baru di Pasar Puri, Kembangan, Jakarta Barat. Mulai dari cabai, beras hingga telur.
Para pedagang pun mengeluh. Omzet mereka mengalami penurunan. Seperti Yeni, pedagang sembako mengakui penghasilannya menurun hingga 15 persen saat harga beras merangkak naik.
“Pada saat beras mengalami kenaikan, penurunan omzet bisa sampai 15% itu sangat berpengaruh sekali buat saya sebagai pedagang sembako beras. Karena kami jual beras ini hingga berkarung – karung jadi kami pastinya tidak mau rugi dan harus terjual habis. Minimal beras yang masih berkualitas baik harus habis terjual setidaknya 3 hari," kata Yeni saat berbincang dengan Tirto di Pasar Puri, Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (20/12/2022).
Bukan cuma Yeni yang merasakan penurunan omzet. Wahyu, pedagang cabai juga mengakui penghasilannya turun hingga 10 persen.
Dia menuturkan saat ini harga cabai rawit dibanderol Rp 65.000 – Rp 70.000 per kilogram. Kemudian cabai keriting Rp 60.000 per kilogram, cabai besar Rp 60.000 per kilogram.
"Ketika cabai naik, itu sangat mempengaruhi penjualan saya dan juga termasuk omzet saya hingga 10 persen," curhat Wahyu.
"Karena sekarang kan daya beli masyarakat juga tinggi. Jadi mau tidak mau saya sebagai pedagang cabai harus berpikir keras untuk bagaimana caranya mencoba mempertahankan penjualan cabai di harga yang ideal, jika tidak saya akan kesepian pembeli dan gamau percuma saya sudah memanen banyak cabai untuk dijual," tambahnya.
Sama seperti Yeni dan Wahyu, Angga pedagang telur ayam juga mengakui harga telur saat ini naik. Dampaknya omzet menurun 5 persen.
"Jika harga telur naik itu kan pasti berpengaruh pada omzet ya, yang saya perkirakan mencapai 5 persen. Penurunan tersebut buat saya tidak terlalu parah walaupun saya sebagai pedagang telur masih terkena dampaknya," ungkap Angga.
Sementara itu, Angga pun berharap kepada pemerintah agar harga telur bisa ditekan sehingga tidak membuat omzet para penjual terus merosot.
"Karena untuk saat ini saya harap kenaikan harga telur itu jangan sampai drastis karena akan sangat memperparah saya sebagai pedagang dan juga supplier telur yang memasok telur ke saya," harap Angga.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengakui, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan harga saat ini. Kemendag mencatat komoditas yang patut diwaspadai mengalami kenaikan adalah telur.
“Telur ini kan banyak orang bikin kue, permintaannya naik. Harganya seharusnya Rp27.000 sampai Rp29.000, dan sekarang sudah menyentuh harga Rp31.000,” jelas Zulkifli.
Zulkifli sudah berdiskusi dengan Kemendagri dan pemda terkait dengan kenaikan harga pangan tersebut. Diputuskan, akan memberikan subsidi transportasi bila kenaikan harga telur sudah mencapai lebih dari 5 persen.Hal tersebut bertujuan agar harga telur tidak lebih dari Rp31.000 sampai Rp32.000.
“Ngambil dari Jawa untuk Kalimantan, ongkos transportasinya akan ditanggung,” jelasnya.
Selanjutnya, Zulkifli melaporkan untuk komoditas lain seperti beras, sudah didatangkan impor sebesar 200 ribu ton dari total 500 ribu ton yang akan masuk ke Indonesia hingga Februari 2023.
“Masuk operasi pasar Bulog dijamin harga Rp9.450 di manapun, ada terus barangnya,” ungkap dia.
Zulkifli menambahkan, komoditas lain yang mengalami kenaikan harga adalah sayur mayur. Ini disebabkan faktor musiman mengingat saat ini mendekati hari besar seperti Natal.
“Nanti keperluan akan landai lagi, jadi naik 5 persen tidak apa apa mengenai sayur bayam, sayur kol, sayur-sayuranlah. Tapi itu kita toleransi,” katanya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin