tirto.id - Harga minyak mentah merosot sekitar dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Penurunan terjadi menyusul aksi ambil untung dari reli baru-baru ini di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global dan perkiraan peningkatan persediaan minyak AS.
Dikutip dari Antara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret tergelincir 1,49 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 80,13 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot urun 2,06 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi ditutup pada 86,13 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Pasar minyak melemah karena para pedagang mengambil keuntungan setelah mendekati tertinggi multi-minggu," kata Analis pemasok informasi pasar FX Empire, Vladimir Zernov, Selasa (24/1/2023).
Harga minyak telah mencetak kenaikan yang solid baru-baru ini. Itu membuat Brent menetap di level tertinggi sejak akhir November pada Senin (23/1/2023), didorong oleh ekspektasi permintaan yang lebih tinggi di China.
Aktivitas bisnis AS berkontraksi pada Januari selama tujuh bulan berturut-turut, meskipun penurunan mengalami moderasi di seluruh sektor manufaktur dan jasa untuk pertama kalinya sejak September dan kepercayaan bisnis menguat saat tahun baru dimulai.
"Ekonomi AS masih bisa berguling dan beberapa pedagang energi masih skeptis tentang seberapa cepat permintaan minyak mentah China akan bangkit kembali pada kuartal ini," kata analis OANDA, Edward Moya dalam sebuah catatan.
Aktivitas bisnis zona euro membuat kejutan kembali ke pertumbuhan moderat pada Januari, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Komposit flash S&P Global menunjukkan. Namun aktivitas ekonomi sektor swasta Inggris turun pada tingkat tercepat dalam dua tahun.
Para pedagang juga menunggu data stok bahan bakar AS karena Badan Informasi Energi AS akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat. Para analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS menunjukkan penurunan 2,4 juta barel.
Sementara itu, panel OPEC+ kemungkinan akan mendukung kebijakan produksi minyak kelompok produsen saat ini ketika bertemu minggu depan, lima sumber OPEC+ mengatakan pada Selasa (24/1/2023), karena harapan permintaan China yang lebih tinggi mendorong reli harga minyak diimbangi oleh kekhawatiran atas inflasi dan pelambatan ekonomi global.
Editor: Intan Umbari Prihatin