tirto.id - Sebuah patung toilet emas 18 karat karya Maurizio Cattelan berjudul "America" dipasang di kamar mandi lantai lima Museum Solomon R. Guggenheim, New York City, pada 2016.
Karya seni ini berfungsi baik layaknya toilet yang disediakan untuk publik secara gratis. Merupakan kesempatan langka bagi pengunjung museum untuk mencoba hal menakjubkan dengan berbagi pengalaman menggunakan toilet emas.
Pada 14 September 2019, toilet emas senilai $6 juta itu dicuri di Istana Blenheim, Inggris, tempat dipamerkan dengan status pinjaman dari Museum Guggenheim. Patung itu sukses menyampaikan pesan sebagai komentar satire tentang ekses dunia seni dan ketidaksetaraan kekayaan.
Maurizio Cattelan cukup senang patung toiletnya tidak dipamerkan di atas alas mewah atau dalam galeri khusus museum, tapi di sebuah ruangan kecil sesuai fungsinya, menunggu siapa saja yang membutuhkannya.
“Ketika saya melihatnya di sana beberapa hari yang lalu untuk pertama kalinya, saya menangis. Hampir saja," ujarnya sebagaimana dikutip The New York Times.
Pada masa lalu, kebutuhan manusia untuk buang hajat telah mendorong perkembangan berbagai sistem dan perangkat yang berfungsi sebagai toilet. Dalam sejarah yang panjang, berbagai budaya dan peradaban telah berkontribusi pada kemajuan teknologi toilet. Dari Sumeria hingga Tudor dan Mesir kuno, setiap peradaban menciptakan sentuhan uniknya sendiri.
Toilet Kuno
Seiring munculnya peradaban awal, manusia mulai menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan sanitasi. Fungsi awal toilet adalah memberikan tempat yang aman dan terpisah untuk buang air besar. Pada tahap awal, toilet-toilet kuno biasanya berupa lubang sederhana yang digali di tanah atau di dalam struktur bangunan.
Budaya-budaya kuno, seperti Mesir, Lembah Indus, Yunani, dan Romawi, telah mengembangkan sistem toilet yang lebih maju. Mereka menggunakan saluran pembuangan air yang terhubung ke sungai atau selokan, memberikan kemudahan dalam membuang tahi.
Toilet paling awal yang diketahui ditemukan di Peradaban Lembah Indus di barat laut India dan Pakistan, berasal dari sekitar 2800 SM. Toilet-toilet ini terhubung ke sistem selokan kompleks yang membawa limbah dari kota.
Mesir Kuno juga berperan dalam evolusi toilet. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, toilet dalam ruangan yang belum sempurna digunakan di rumah-rumah orang Mesir Kuno. Toilet ini terdiri dari tempat duduk sederhana dan wadah di bawahnya untuk pembuangan kotoran.
Toilet siram mulai muncul di peradaban Minoan sekitar satu milenium kemudian. Ini menandai peralihan toilet yang lebih kompleks karena mulai menggunakan air. Praktik penggunaan air lantas diadopsi oleh orang Romawi.
Bangsa Romawi kerap menempatkan jamban di pemandian dan menjadikannya tempat berkumpul yang populer untuk bersosialisasi dan membicarakan bisnis.
Toilet Bangsa Romawi
Seiring waktu, toilet menjadi simbol kemajuan sosial dan wahana berinteraksi. Fungsi awalnya sebagai tempat buang air besar juga telah berkembang menjadi sistem sanitasi yang kompleks dan penting bagi kehidupan sehari-hari.
Di kota-kota Romawi, toilet umum merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari, dan sering ditempatkan di dekat pemandian umum atau tempat-tempat pertemuan sosial lainnya.
Salah satu contoh terkenal dari toilet publik Romawi adalah Cloaca Maxima yang dibangun di Roma sekitar 600 SM. Toilet ini merupakan saluran pembuangan limbah yang rumit dan sangat maju untuk masanya.
Sistem ini digunakan untuk mengalirkan air dan limbah dari kota ke sungai. Meskipun lebih berfungsi sebagai sistem pembuangan air umum, ini menunjukkan betapa seriusnya orang Romawi dalam merawat sanitasi kota mereka.
Sementara toilet portabel yang sederhana juga tersedia bagi warga Romawi biasa, terdiri dari barisan lubang yang bersebelahan di atas parit pembuangan. Toilet ini sering kali terletak di dalam rumah atau bangunan umum, seperti tempat pemandian atau pasar.
Orang Romawi juga percaya bahwa mandi penting untuk kebersihan pribadi dan kesehatan. Pemandian adalah pemandangan umum di kota-kota Romawi dan digunakan oleh orang-orang dari semua kelas sosial. Pemandian biasanya dilengkapi dengan air panas dan dingin, menjadi tempat berkumpul, bersosialisasi, dan berbincang dengan teman atau kenalan.
Sistem sanitasi canggih Romawi membantu menjaga kota tetap bersih dan bebas penyakit. Inilah salah satu alasan mengapa Kekaisaran Romawi bisa menjadi begitu kuat.
Temuan Mesin Al-Jazari
Pada 1206 M, Ismail al-Jazari menemukan mesin siram tangan yang menjadi prototipe toilet siram modern. Ia adalah seorang insinyur dan penulis Muslim dari Dinasti Artuqid di Jazirah, Mesopotamia (sekarang tenggara Turki). Hidup pada abad ke-12 dan ke-13, dikenal karena karyanya tentang mekanika, hidrolika, dan mesin.
Al-Jazari lahir di Al-Jazira, wilayah yang terletak di antara Sungai Tigris dan Eufrat. Dia belajar di bawah bimbingan beberapa insinyur dan ilmuwan terkemuka, termasuk Al-Khazini dan Al-Samawal. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia bekerja untuk Dinasti Artuqid sebagai insinyur dan perancang mesin.
Dia telah menciptakan berbagai mesin yang inovatif, termasuk mesin pencuci tangan, jam air, mesin pemompa air, dan robot. Mesin pencuci tangan ia diciptakan pada tahun 1206.
Mesin ini bekerja menggunakan mekanisme yang membebaskan air saat dipicu, sehingga pengguna dapat dengan mudah mengendalikan aliran air saat mencuci tangan mereka.
Al-Jazari juga telah menulis sebuah buku tentang karyanya yang berjudul al-Jami' bain al-Ilmi wa al-Amal al-Nafi fi Sina'at al-Hiyal (Kumpulan Pengetahuan dan Keahlian yang Berguna dalam Seni Mekanika). Buku ini berisi deskripsi tentang berbagai mesin yang telah diciptakan olehnya, serta instruksi tentang cara membuatnya.
Penemuan Al-Jazari terutama ditujukan untuk mencuci tangan daripada membuang limbah. Paten pertama untuk toilet siram seperti yang kita kenal sekarang, diberikan kepada penemu asal Skotlandia, Alexander Cumming pada tahun 1775.
Inovasi John Harington yang Dipatenkan Alexander Cumming
Perkembangan toilet modern dengan sistem pembilasan air terjadi pada abad-abad terakhir. Penemuan Sir John Harrington dan Alexander Cumming, serta berbagai penemuan teknologi lainnya memperbaiki efisiensi dan higienitas toilet.
Toilet modern tidak hanya menyediakan tempat untuk buang air besar, tetapi juga memperhatikan kenyamanan pengguna, penghematan air, dan perlindungan lingkungan.
Rumah Panjang Whittington merupakan salah satu toilet umum pertama di London dengan fasilitas terpisah untuk pria dan wanita yang dibuka pada 1 Mei 1421. Toilet umum ini memiliki 128 kursi, setengah untuk pria dan setengah untuk wanita, terletak di Jalan Walbrook, yang kemudian mengalirkan limbah ke selokan di tepi Sungai Thames.
Toilet siram pertama di Inggris dipasang pada tahun 1449 oleh Thomas Brightfield, terdiri dari jamban batu dengan tangki air yang dialiri air hujan dan pipa luapan. Rencana terperinci pertama dari toilet pembilasan muncul dalam Metamorfosis Ajax tahun 1596 karya Sir John Harrington, tetapi kurang jaringan saluran pembuangan.
Harrington mengembangkan toilet siram dengan tangki yang ditinggikan dan pipa pembuangan kecil tempat air mengalir untuk menyiram limbah. Toiletnya didesain untuk meningkatkan kebersihan dan kenyamanan dibandingkan dengan toilet-toilet kuno pada zamannya, yang umumnya hanya berupa lubang di atas parit pembuangan atau kamar kecil sederhana dengan peralatan buang air besar yang primitif.
Toilet ini terdiri dari sebuah bak yang berfungsi sebagai tangki air yang terhubung dengan toilet duduk. Setelah pengguna selesai menggunakan toilet, mereka dapat mengaktifkan sistem pembilasan dengan menarik tuas atau pegangan yang ada di samping toilet. Sehingga memungkinkan air mengalir melalui saluran pembuangan dan membersihkan kotoran dari tempat duduk, kemudian dialirkan ke dalam saluran pembuangan.
Meskipun toilet Harrington menawarkan peningkatan dalam hal kebersihan dan kenyamanan, penemuan ini tidak diterima dengan baik pada zamannya. Harrington sebenarnya mematenkan toiletnya pada tahun 1596 dan mencoba memopulerkannya di kalangan bangsawan, termasuk Ratu Elizabeth I. Namun, penemuan tersebut tidak mencapai popularitas yang diharapkan pada masa itu.
Pada akhir 1800-an, Thomas Crapper memperkenalkan desain toilet siram yang lebih baik. Perusahaannya, Thomas Crapper & Co, memiliki ruang pamer kamar mandi pertama di dunia dan masih beroperasi sampai sekarang.
Memasuki abad ke-19, ada sejumlah perkembangan penting dalam teknologi toilet, termasuk penemuan S-trap oleh Alexander Cummings. S-trap adalah pipa melengkung yang mencegah gas selokan masuk ke dalam mangkuk toilet dan dianggap sebagai terobosan besar dalam desain toilet karena membuat toilet siram jauh lebih sehat.
Berbeda dengan sistem toilet Sir John Harrington yang menggunakan katup di atas tangki, yang menyebabkan masalah kebocoran dan kurang efisien, Cumming menemukan cara yang lebih efektif dan efisien dengan meletakkan katup di bagian bawah tangki, sehingga air hanya bisa mengalir keluar saat katup tersebut dibuka secara manual.
Sistem pembilasan air yang ia perkenalkan menjadi dasar bagi toilet modern yang lebih efisien dan higienis, yang sekarang menjadi norma di banyak rumah dan fasilitas umum di seluruh dunia.
Buruknya Penanganan Limbah
Pada abad ke-19, London mengalami ledakan populasi dan urbanisasi yang cepat, tetapi sistem sanitasi kota tidak mampu menangani jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pencemaran air dan masalah sanitasi menjadi sangat parah karena kotoran manusia dan limbah industri dibuang langsung ke Sungai Thames tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Kondisi ini menciptakan aroma busuk yang tidak tertahankan di sepanjang sungai dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Pada musim panas 1858, cuaca yang panas dan kering memperburuk situasi ini. Panas membuat air di Sungai Thames menjadi dangkal dan mengurangi aliran air, sehingga limbah terkumpul dan terendap di dasar sungai. Baunya yang mengerikan menjadi semakin tak tertahankan bagi warga London dan juga anggota Parlemen yang bertugas di Palace of Westminster yang terletak di dekat sungai.
Peristiwa ini dikenal dengan "The Great Stink" atau “Bau Hebat”, menjadi pemicu perubahan dalam sistem sanitasi kota London. Dalam beberapa tahun berikutnya, proyek besar dilakukan untuk membersihkan Sungai Thames dan membangun sistem saluran pembuangan yang lebih efisien dan tertutup.
Di Batavia, Pemerintah Hindia Belanda menghadapi masalah sampah dan kebersihan, sehingga harus membuat kebijakan sistem Negeenuursbloemen (bunga-bunga jam sembilan) untuk menampung kotoran manusia pada jam tertentu.
Batavia mengalami perubahan karena kualitas udara yang buruk dan wabah penyakit menyebabkan orang kaya membuka permukiman baru di wilayah selatan yang lebih sehat. Meski memiliki sungai Sungai Ci Liwung yang terkenal, kota ini masih bergelut dan terus dihantui dengan masalah banjir, betonisasi sungai, dan sampah.
Sistem sanitasi kota, yang terdiri dari jamban (toilet umum), awalnya dibangun untuk meningkatkan kebersihan umum. Namun, banyak dari jamban ini yang diubah menjadi rumah darurat, memungkinkan para penjahat untuk bersembunyi dengan mudah.
Menurut Zeffry J. Alkatiri dalam Jakarta Punya Cara (2012), medio 1970-an jamban tersebut masih bisa dilihat di sekitar Jalan Gajah Mada, Sawah Besar, dan kawasan Harmoni. Pemda DKI pernah melakukan beberapa kali penertiban, sampai akhirnya jamban tersebut menjadi hunian permanen di sepanjang Ci Liwung dan anak sungai lainnya, dan terus bertahan hingga hari ini.
Sementara perkembangan toilet terus mengalami inovasi pada abad ke-20, dengan berbagai tambahan fungsi dan material baru. Toilet modern umumnya menggunakan sistem pembilasan air yang efisien dan dapat diatur.
Beberapa toilet bahkan dilengkapi dengan sensor otomatis untuk menghemat air, seperti pembilasan atau pembukaan tutup toilet.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi