tirto.id -
Ferry Effendi, pemerhati masalah Sosial dari Universitas Airlangga Surabaya, menyarankan agar pemerintah mulai memikirkan penempatan para mantan TKI sepulangnya mereka ke Tanah Air, khususnya yang bekerja di sektor perawatan orang usia lanjut/nursing.
Ia mengatakan bahwa pemerintah dapat mengintegrasikan penempatan TKI yang pernah bekerja sebagai perawat orang berusia lanjut (Geriatric Nursing), khususnya yang berasal dari Taiwan, dengan pembangunan lingkungan perumahan khusus bagi warga usia lanjut (Senior Living Residence).
"Kalau konsep ini sudah jalan, maka mantan-mantan TKI bisa bekerja sesuai keahlian mereka di negeri sendiri. Saat ini pemerintah Indonesia butuh investor asing untuk mengembangkan konsep tersebut," ujarnya seperti dikutip dari kantor berita Antara di Jakarta, Minggu malam, (20/3/2016).
Ferry mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak TKI yang bekerja di sektor nursing, khususnya di negara-negara Asia Timur seperti Taiwan dan Jepang. Dengan perpaduan dua program di atas, diharapkan bahwa pemerintah dapat memecahkan permasalahan warga usia lanjut, sekaligus menyalurkan para mantan TKI ke lapangan kerja yang sesuai keahliannya.
Indonesia sendiri, menurut Ferry, memiliki potensi lapangan kerja bagi sektor nursing. Indonesia memiliki Panti Sosial Tresna Werdha (panti jompo) sebanyak 235 unit dan Puskesmas Ramah Lansia yang tersebar di 28 provinsi.
"Sebagaimana halnya buruh migran yang bekerja sebagai perawat atau 'care giver' di Taiwan dan Jepang. Mereka menguasai bahasa asing dan keterampilan yang memadai. Sayangnya, begitu pulang ke Indonesia, tidak ada tempat bekerja yang sesuai dengan kemampuan mereka sekarang," ujar Ferry.
Pernyataan Ferry tersebut dikeluarkannya di dalam acara seminar oleh Global Worker Organization (GWO) di Taiwan. Selain Ferry, Indonesia juga diwakili oleh Riwanto Tirtosudarmo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anis Hidayah (Direktur Eksekutif Migrant Care), dan Palmira Permata Bachtiar (Lembaga Penelitian SMERU).
Acara yang digelar di salah satu perguruan tinggi negeri di Taiwan tersebut, juga menghadirkan para peneliti sosial dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura, Indonesia, dan Filipina.
"Para pembicara tersebut sebelumnya telah melakukan penelitian terhadap kebijakan dan pandangan hidup tenaga perawat asing dari Asia," kata Direktur GWO, Karen Hsu.