tirto.id - Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa gelombang tinggi masih berpotensi akan terjadi di perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Saat sekarang sedang berlangsung masa transisi atau peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan atau dari musim angin timuran menuju angin baratan," katanya seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan pada masa transisi dari musim angin timuran menuju angin baratan, pola arah angin di wilayah perairan selatan Jabar, Jateng, dan DIY cenderung bervariasi, yakni dari arah tenggara hingga barat daya.
Dengan pola arah angin yang bervariasi, gelombang di wilayah perairan selatan Jabar hingga DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar hingga DIY secara umum lebih kondusif dibanding saat musim angin timuran maupun musim angin baratan.
Namun, hal itu bukan berarti gelombang tinggi tidak berpotensi terjadi saat masa transisi dari musim angin timuran menuju musim angin baratan maupun sebaliknya.
"Gelombang tinggi masih berpotensi saat masa transisi namun tidak setinggi ketika musim angin timuran maupun angin baratan yang sering kali mencapai lebih dari 4 meter atau sangat tinggi," katanya.
Sehingga, Teguh mengimbau nelayan dan pengguna jasa kelautan lainnya maupun masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di pesisir selatan Jabar hingga DIY untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi yang berkisar 2,5-4 meter.
Menurutnya, hal itu disebabkan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter dan kecepatan angin di atas 15 knot berbahaya bagi perahu nelayan.
Selain itu, tinggi gelombang lebih dari 1,5 meter dan kecepatan angin di atas 16 knot berbahaya bagi tongkang serta tinggi gelombang lebih dari 2,5 meter dan kecepatan angin di atas 21 knot berbahaya bagi kapal feri.
Editor: Agung DH