Menuju konten utama

Gelang Kesehatan Bisa Sembuhkan Penyakit, Fakta atau Mitos?

Kalung atau gelang yang diklaim dapat menyembukan penyakit pada dasarnya hanyalah aksesoris magnetik.

Gelang Kesehatan Bisa Sembuhkan Penyakit, Fakta atau Mitos?
Ilustrasi gelang kesehatan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pernah mendengar mengenai aksesoris yang berfungsi untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit? Seperti gelang atau kalung yang dipakai kemudian diklaim bisa mencegah penyakit ataupun mengobatinya.

Bahannya secara umum terbuat dari bebatuan alami atau magnet. Terapi ini menggunakan magnet statis yang disisipkan ke berbagai bentuk medium.

Lalu, apakah benar gelang atau kalung kesehatan bisa mencegah berbagai penyakit atau menyembuhkan penyakit tertentu?

Terapi magnetik merupakan praktik medis alternatif yang menggunakan magnet statis (yaitu tidak bergerak) untuk mengurangi rasa sakit dan masalah kesehatan lainnya.

Magnet terapi biasanya diintegrasikan ke dalam gelang, cincin, atau sisipan sepatu, kalung dan lain sebagainya.

Banyak penelitian yang dilakukan selama tiga dekade terakhir telah menunjukkan bahwa perangkat magnetik statis tidak menawarkan manfaat lebih dari perangkat palsu tanpa magnet.

Studi-studi ini menunjukkan bahwa perangkat terapi magnet statis mungkin tidak berfungsi sama sekali selain memiliki efek plasebo pada mereka yang memakainya, seperti dilansir dari laman Live Science, Senin (17/12/2018).

Bagaimana Cara Kerjanya?

Masih dari laman yang sama, banyak perusahaan yang menjual magnet ini dengan mengklaim bahwa magnet kecil di dalam gelang atau perangkat lain membantu meningkatkan aliran darah ke area tubuh tempat perangkat tersebut dipakai.

Aliran darah yang meningkat ini kemudian dikatakan membantu jaringan menyembuhkan lebih cepat.

infografik-sc efek placebo

infografik-sc efek placebo. (tirto.id/Fuad)

Ide ini mungkin terdengar masuk akal karena darah mengandung zat besi, kemudian magnet menarik zat besi, besi dalam darah terikat pada hemoglobin dan tidak bersifat feromagnetik.

Jika darah bersifat feromagnetik, tentu akan meledak ketika menjalani scan MRI, di mana magnet yang digunakan ribuan kali lebih kuat dari pada yang dimasukkan ke dalam gelang magnet dan sejenisnya, menurut Bruce Flamm, seorang profesor klinis kebidanan dan ginekologi di University of California, Irvine.

Padahal magnet terapi yang dijual untuk meredakan sakit dan nyeri terebut hanya memiliki medan magnet yang umumnya terlalu lemah untuk menembus kulit.

Magnet terapi yang paling sering digunakan berukuran 400 hingga 800 gauss. Juga dikenal sebagai magnet permanen, magnet statis yang digunakan dalam perangkat terapi.

Penelitian Soal Gelang dan Kalung Magnetik

Studi ilmiah dengan manusia sebagai subyek dianggap telah gagal dalam menunjukkan keampuhan menggunakan magnet untuk mengobati rasa sakit atau sendi dan kekakuan otot.

Salah satu penelitian di Canadian Medical Association Journal, dengan judul Static magnets for reducing pain: systematic review and meta-analysis of randomized trials.

Para peneliti menyimpulkan: "Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan magnet statis untuk menghilangkan rasa sakit, dan karena itu magnet tidak dapat direkomendasikan sebagai pengobatan yang efektif."

Salah satu hasil yang sering dikutip oleh pendukung terapi magnetik ini adalah penelitian Baylor College of Medicine, yang berjudul Response of Pain to Static Magnetic Fields in Postpolio Patients: a Double-Blind Pilot Study.

Penelitian ini, dipimpin oleh Carlos Vallbona, melaporkan "pereda nyeri yang signifikan dan cepat pada subjek postpolio" melalui penggunaan magnet gauss 300-500 (sekitar 10 kali lebih kuat dari magnet kulkas) selama 45 menit pada area yang terkena 50 pasien, demikian seperti dilansir dari laman Live Science.

Tetapi penelitian yang dilakukan Baylor adalah skala kecil dan agak kontroversial, menurut James Livingston, seorang pensiunan dosen dan mantan fisikawan MIT, General Electric.

Kedua dokter yang melakukan penelitian tersebut melaporkan bahwa mereka telah menggunakan magnet untuk meredakan nyeri lutut mereka sendiri sebelum penelitian. Hal tersebut tentu menimbulkan keraguan tentang objektivitas peneliti, kata Livingston.

Selain itu, Vallbona dan rekan penelitinya, Baylor tidak pernah lagi melakukan penelitian dengan skala yang lebih besar, dan pada kenyataannya, topik ini tidak pernah lagi dipublikasikan.

UC Irvine's Flamm melihat lebih dekat melalui ilmu sains di balik magnet terapeutik yang kemudian ditulis dalam artikel yang ia terbitkan bersama Leonard Finegold, seorang profesor fisika di Drexel University.

Artikel ini diterbitkan oleh British Medical Journal, para penulis meninjau literatur ilmiah tentang kemanjuran magnet terapi yang tersedia secara komersial untuk mengobati berbagai penyakit. Mereka tidak menemukan bukti bahwa magnet semacam itu benar-benar berfungsi seperti yang diklaim sebelumnya.

"Sejauh ini, mengenai medan magnet statis, tidak ada bukti yang pasti bahwa mereka bekerja," kata Finegold, demikian dilansir dari laman Live Sciene.

Penegasan Finegold sesuai dengan posisi National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH) pada terapi magnet. Situs web NCCIH menyatakan, "bukti ilmiah tidak mendukung penggunaan magnet untuk menghilangkan rasa sakit."

NCCIH juga menyatakan bahwa tidak ada bukti seperti itu untuk mendukung penggunaan magnet dalam pengobatan.

Baca juga artikel terkait GELANG KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Maria Ulfa
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yantina Debora

Artikel Terkait