Menuju konten utama

Geguritan Bahasa Jawa: Ciri-Ciri, Struktur, dan Jenisnya

Geguritan bahasa Jawa termasuk salah satu ragam sastra dalam budaya Jawa. Simak penjelasan terkait ciri-ciri, jenis, dan contohnya, di bawah ini.

Geguritan Bahasa Jawa: Ciri-Ciri, Struktur, dan Jenisnya
Ilustrasi geguritan bahasa Jawa. Pelajar mengikuti kompetisi bahasa dan sastra Jawa 2022 di Taman Pintar, Yogyakarta, Senin (22/8/2022). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp.

tirto.id - Kesusastraan Jawa mengenal puisi dengan istilah geguritan. Geguritan bahasa Jawa sudah berkembang dari zaman kerajaan sebelum Indonesia merdeka dan digunakan pujangga untuk menyindir para raja atau kolonialis yang berkuasa. Geguritan awalnya hadir dari tembang dan menjadi karya seni yang indah.

Mengutip laman Warisan Budaya Kemdikbud, geguritan berasal dari kata dasar gurit, 'tatahan' atau 'oretan'. Dari segi pengertian, geguritan adalah seni atau sastra puisi yang digoreskan menggunakan Bahasa Jawa dan umumnya dibacakan menggunakan tembang indah.

Struktur geguritan mempunyai aturan pakem sehingga pada zaman dahulu hanya bisa diciptakan oleh para pujangga yang berpengetahuan. Seiring perkembangan zaman, geguritan bahasa Jawa beradaptasi dengan keadaan. Pembuatannya kini mirip seperti puisi bebas pada umum yang tidak terikat aturan-aturan, seperti metrum, sajak, dan lagu.

Jenis-Jenis Geguritan dan Contohnya

Geguritan saat ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu geguritan gagrak lawas dan geguritan gagrak anyar. Perbedaan keduanya terlihat jelas pada hasil karya yang tercipta. Pengertian dua jenis geguritan tersebut dijelaskan di bawah ini.

1. Geguritan gagrak lawas

Geguritan gagrak lawas merupakan puisi jawa yang masih terikat pembuatannya dengan aturan sastra Jawa lama, seperti kidung dan tembang. Hal ini terlihat pada tembang macapat, tembang gedhe, serta tembang tengahan.

Contoh geguritan gagrak lawas dapat dilihat berikut ini.

Sun-gegurit

Kaanan jaman saiki

Sipat pemudha-pemudhi

Srawungane saya ndadi

Raket wewekane sepi

Tan kadi duk jaman nguni

Srawung sarwa ngati-ati

Yen manut wasiteng kuna

Priya srawung lan wanita

Gampang ketaman panggodha

Nerak ing laku susila

Temah darbe jeneng ala

Wasanene tibeng papa

2. Geguritan gagrak anyar

Geguritan gagrak anyar ialah puisi Jawa yang sudah tidak lagi terikat aturan baku layaknya sastra Jawa lama. Struktur dan pemakaian bahasanya bebas, serta kadang disisipkan kata-kata selain bahasa jawa. Isi geguritan banyak bersumber dari perasaan yang dituliskan dengan pilihan kata puitis.

Berikut contoh geguritan gagrak anyar:

sepira gedhene rasa bungah sing kok rasakake,

nalika sesawangan sing mulane katon endah padha bubrah

merga tumindakmu kang sawiyah

apa banjur kowe bakale rumangsa paling gagah

sawise kasil ngrusak tatanan sejarah

jaremu aja nganti kekayaane bangsa iki kajarah

dening bangsa liya kang adoh saka omah

nanging kasunyatane tumindakmu ora beda adoh klawan gajah

kang diutus njaga lestarine sawah

samesthine bakal ana bebana gedhe kang bakal kok tampa

samungkure kembang manca warna ilang saka pekarangane

Ciri-Ciri Geguritan

Ciri-ciri geguritan berbeda-beda tergantung jenisnya. Berikut ciri-ciri gagrak anyar dan geguritan gagrak lawas.

A. Ciri-ciri geguritan gagrak anyar

Berikut ciri-ciri geguritan gagrak anyar:

  1. Memiliki jumlah bait bebas.
  2. Jumlah baris bebas.
  3. Mempunyai jumlah guru wilangan bebas.
  4. Pembuatannya tidak diawali dengan sun gegurit, yakni kata “aku mengarang” atau “membaca geguritan”.

B. Ciri-ciri geguritan gagrak lawas

Berikut ciri-ciri geguritan gagrak lawas:

  1. Memiliki jumlah bait dalam setiap bab yang tidak teratur, namun paling sedikit terdapat empat bait (empat baris).
  2. Jumlah suku kata di setiap suku kata tetap, berjumlah 8 suku kata.
  3. Menambahkan bunyi akhir baris memakai kata pengantar suara guru. Hal ini seperti sajak pada sastra Melayu/Indonesia.
  4. Geguritan ini biasanya diawali dengan kata "sun gegurit".
  5. Geguritan gaya lama memiliki isi berupa pelajaran tertentu seperti tata krama.

Struktur Geguritan

Struktur geguritan terdiri atas struktur fisik dan batin. Berikut penjelasan masing-masing struktur geguritan tersebut.

A. Struktur fisik geguritan

Struktur fisik merupakan unsur yang terlihat pada susunan kata di geguritan. Rincian struktur ini mencakup:

  • diksi;
  • pengimajinasian;
  • kata konkret;
  • majas;
  • versifikasi; dan
  • tipografi.

B. Struktur batin geguritan

Jenis struktur geguritan yang kedua adalah struktur batin. Struktur geguritan ini bermakna sebagai unsur pembangun dan tidak tampak langsung pada penulisan kata di puisi jawa. Struktur batin terdiri atas:

  • tema;
  • nada;
  • perasaan; dan
  • amanat.

Baca juga artikel terkait BAHASA JAWA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin