tirto.id - Kesusastraan Jawa mengenal puisi dengan istilah geguritan. Geguritan bahasa Jawa sudah berkembang dari zaman kerajaan sebelum Indonesia merdeka dan digunakan pujangga untuk menyindir para raja atau kolonialis yang berkuasa. Geguritan awalnya hadir dari tembang dan menjadi karya seni yang indah.
Mengutip laman Warisan Budaya Kemdikbud, geguritan berasal dari kata dasar gurit, 'tatahan' atau 'oretan'. Dari segi pengertian, geguritan adalah seni atau sastra puisi yang digoreskan menggunakan Bahasa Jawa dan umumnya dibacakan menggunakan tembang indah.
Struktur geguritan mempunyai aturan pakem sehingga pada zaman dahulu hanya bisa diciptakan oleh para pujangga yang berpengetahuan. Seiring perkembangan zaman, geguritan bahasa Jawa beradaptasi dengan keadaan. Pembuatannya kini mirip seperti puisi bebas pada umum yang tidak terikat aturan-aturan, seperti metrum, sajak, dan lagu.
Jenis-Jenis Geguritan dan Contohnya
Geguritan saat ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu geguritan gagrak lawas dan geguritan gagrak anyar. Perbedaan keduanya terlihat jelas pada hasil karya yang tercipta. Pengertian dua jenis geguritan tersebut dijelaskan di bawah ini.
1. Geguritan gagrak lawas
Geguritan gagrak lawas merupakan puisi jawa yang masih terikat pembuatannya dengan aturan sastra Jawa lama, seperti kidung dan tembang. Hal ini terlihat pada tembang macapat, tembang gedhe, serta tembang tengahan.Contoh geguritan gagrak lawas dapat dilihat berikut ini.
Sun-gegurit
Kaanan jaman saiki
Sipat pemudha-pemudhi
Srawungane saya ndadi
Raket wewekane sepi
Tan kadi duk jaman nguni
Srawung sarwa ngati-ati
Yen manut wasiteng kuna
Priya srawung lan wanita
Gampang ketaman panggodha
Nerak ing laku susila
Temah darbe jeneng ala
Wasanene tibeng papa
2. Geguritan gagrak anyar
Geguritan gagrak anyar ialah puisi Jawa yang sudah tidak lagi terikat aturan baku layaknya sastra Jawa lama. Struktur dan pemakaian bahasanya bebas, serta kadang disisipkan kata-kata selain bahasa jawa. Isi geguritan banyak bersumber dari perasaan yang dituliskan dengan pilihan kata puitis.Berikut contoh geguritan gagrak anyar:
sepira gedhene rasa bungah sing kok rasakake,
nalika sesawangan sing mulane katon endah padha bubrah
merga tumindakmu kang sawiyah
apa banjur kowe bakale rumangsa paling gagah
sawise kasil ngrusak tatanan sejarah
jaremu aja nganti kekayaane bangsa iki kajarah
dening bangsa liya kang adoh saka omah
nanging kasunyatane tumindakmu ora beda adoh klawan gajah
kang diutus njaga lestarine sawah
samesthine bakal ana bebana gedhe kang bakal kok tampa
samungkure kembang manca warna ilang saka pekarangane
Ciri-Ciri Geguritan
Ciri-ciri geguritan berbeda-beda tergantung jenisnya. Berikut ciri-ciri gagrak anyar dan geguritan gagrak lawas.
A. Ciri-ciri geguritan gagrak anyar
Berikut ciri-ciri geguritan gagrak anyar:- Memiliki jumlah bait bebas.
- Jumlah baris bebas.
- Mempunyai jumlah guru wilangan bebas.
- Pembuatannya tidak diawali dengan sun gegurit, yakni kata “aku mengarang” atau “membaca geguritan”.
B. Ciri-ciri geguritan gagrak lawasBerikut ciri-ciri geguritan gagrak lawas:
- Memiliki jumlah bait dalam setiap bab yang tidak teratur, namun paling sedikit terdapat empat bait (empat baris).
- Jumlah suku kata di setiap suku kata tetap, berjumlah 8 suku kata.
- Menambahkan bunyi akhir baris memakai kata pengantar suara guru. Hal ini seperti sajak pada sastra Melayu/Indonesia.
- Geguritan ini biasanya diawali dengan kata "sun gegurit".
- Geguritan gaya lama memiliki isi berupa pelajaran tertentu seperti tata krama.
Struktur Geguritan
Struktur geguritan terdiri atas struktur fisik dan batin. Berikut penjelasan masing-masing struktur geguritan tersebut.
A. Struktur fisik geguritan
Struktur fisik merupakan unsur yang terlihat pada susunan kata di geguritan. Rincian struktur ini mencakup:- diksi;
- pengimajinasian;
- kata konkret;
- majas;
- versifikasi; dan
- tipografi.
B. Struktur batin geguritanJenis struktur geguritan yang kedua adalah struktur batin. Struktur geguritan ini bermakna sebagai unsur pembangun dan tidak tampak langsung pada penulisan kata di puisi jawa. Struktur batin terdiri atas:
- tema;
- nada;
- perasaan; dan
- amanat.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin