Menuju konten utama

Hari Pangan Sedunia 2020 16 Oktober: Kondisi Pangan di Saat Pandemi

Sejarah, tema Hari Pangan Sedunia 2020, dan bagaimana implementasinya di saat pandemi.

Hari Pangan Sedunia 2020 16 Oktober: Kondisi Pangan di Saat Pandemi
Buruh tani membersihkan bulir padi di area persawahan di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (22/6/2020). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin.

tirto.id - 16 Oktober merupakan Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tahun. Tanggal peringatan ini diambil sesuai dengan hari berdirinya Asosiasi Pangan dan Pertanian Organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) pada 16 Oktober 1945.

Tujuan diperingati hari ini adalah tercipta kesadaran tentang adanya masalah obesitas dan gizi buruk akibat kelaparan. Sebanyak 150 negara anggota berpartisipasi dalam perayaan tersebut dengan mengadakan kegiatan dan acara dalam upaya untuk mengakhiri kelaparan dan mempromosikan gaya hidup sehat.

Ribuan kegiatan sosialisasi yang diadakan pada hari ini mempertemukan para pebisnis, pemerintah, media, LSM, dan masyarakat umum untuk membantu mereka yang tidak mampu makan, bahkan sekali sehari.

Dikutip dari Hindustan Times, ada beberapa fakta mengenai makanan di seluruh dunia yang membuat Hari Pangan ini layak untuk diperingati.

1. Ada cukup makanan yang diproduksi di dunia untuk memberi makan seluruh penduduk, tetapi 820 juta orang di seluruh dunia pergi tidur dengan lapar setiap malam.

2. Nelayan, petani kecil, dan penggembala menghasilkan sekitar 70 persen dari pasokan pangan global, tetapi mereka rentan terhadap kerawanan pangan.

3. PBB memperkirakan pada tahun 2018, 489 juta dari 815 juta orang yang kekurangan gizi dan 122 juta dari 155 juta anak yang mengalami stunting tinggal di negara-negara yang terkena dampak konflik seperti perang saudara.

4. Diperkirakan 17 juta anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia menderita malnutrisi akut parah, tetapi hanya 20 persen dari anak-anak yang mengalami malnutrisi parah memiliki akses ke perawatan yang menyelamatkan mereka.

5. Kemiskinan dan kelaparan akut terjadi di antara penduduk perdesaan.

Obesitas dan malnutrisi ironisnya adalah dua sisi mata uang yang sama. Sementara kelaparan dan kekurangan gizi menyebabkan beberapa kematian setiap tahun, obesitas juga meningkat dan menjadi penyebab utama yang harus jadi perhatian.

1. Obesitas telah mencapai proporsi epidemi secara global, dengan sedikitnya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun akibat kelebihan berat badan atau obesitas.

2. Sebanyak 41 juta anak prasekolah mengalami obesitas.

3. Narau dan American Samoa adalah negara dengan jumlah penderita obesitas terbanyak di dunia.

4. Lebih dari 603 juta orang dewasa dan 107 juta anak-anak dari populasi global sekitar 7,5 miliar mengalami kelebihan berat badan.

Infografik Hari Pangan Sedunia

Infografik Hari Pangan Sedunia. tirto.id/Fuadi

Tema Hari Pangan Sedunia 2020

Tema Hari Pangan Sedunia 2020 ke-75 adalah "Grow, Nourish, Sustain. Together." Dilansir FAO, krisis kesehatan global Covid-19 merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan hal-hal yang menjadi kebutuhan paling dasar.

Masa-masa yang tidak pasti ini telah membuat orang menghidupkan kembali penghargaan untuk sesuatu yang mungkin dianggap remeh: makanan. Makanan adalah inti dari kehidupan dan landasan budaya dan komunitas.

Mempertahankan akses ke makanan yang aman dan bergizi akan terus menjadi bagian penting dari respons terhadap pandemi Covid-19, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan, yang paling terpukul oleh pandemi dan guncangan ekonomi yang diakibatkannya.

Menjadi agenda penting untuk mendukung pahlawan pangan, petani dan pekerja di seluruh sistem pangan, yang memastikan makanan berpindah dari pertanian ke piring bahkan di tengah gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti krisis Covid-19 saat ini.

Dalam beberapa dekade terakhir dunia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Meskipun sekarang produksi makanan cukup untuk memberi makan semua orang, sistem makanan masih tidak seimbang.

Kelaparan, obesitas, degradasi lingkungan, hilangnya keanekaragaman hayati, kehilangan dan pemborosan pangan, serta kurangnya keamanan bagi pekerja rantai makanan hanyalah sebagian dari masalah yang menggarisbawahi ketidakseimbangan ini.

Ketika negara-negara mulai mengembangkan dan menerapkan rencana pemulihan Covid-19, ini adalah peluang untuk mengadopsi solusi inovatif berdasarkan bukti ilmiah sehingga mereka dapat membangun kembali dengan lebih baik dan meningkatkan sistem pangan, membuatnya lebih tahan terhadap guncangan.

Hari Pangan Sedunia menyerukan solidaritas global untuk membantu semua populasi, dan terutama yang paling rentan, untuk pulih dari krisis, dan untuk membuat sistem pangan lebih tangguh dan kuat sehingga dapat menahan peningkatan volatilitas dan guncangan iklim, memberikan makanan sehat yang terjangkau dan berkelanjutan untuk semua, dan mata pencaharian yang layak bagi pekerja sistem pangan.

Tujuan ini tak hanya membutuhkan skema perlindungan sosial yang lebih baik dan peluang baru yang ditawarkan melalui digitalisasi dan e-commerce, tetapi juga praktik pertanian yang lebih berkelanjutan yang melestarikan sumber daya alam bumi, kesehatan kita, dan iklim.

Negara, sektor swasta, dan masyarakat perlu memastikan sistem pangan kita menumbuhkan (Grow) beragam makanan untuk menyehatkan (Nourish) populasi yang terus bertambah dan menopang (Sustain) planet ini, bersama-sama (Together).

Baca juga artikel terkait HARI PANGAN SEDUNIA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH